Dulu ada suatu masa ketika orang yang menjadi pengikut Ahlul Bait Nabi saw, dikejar-kejar oleh penguasa di zamannya. Nama-nama mereka itu dimasukkan dalam daftar hitam. Mendaftar-hitamkan seseorang berarti merampas haknya sebagai manusia, mengambil hartanya, kehormatannya, dan nyawanya sekaligus.
Salah seorang murid Imam Musa bin Ja’far al-Kadzim as berniat menyelamatkan diri cara dengan pergi haji. Murid tersebut menyempatkan diri menemui Imam Musa dan mengadukan keadaannya. Ia juga telah mengabarkan bahwa ada salah seorang komandan militer telah menyatakan mengikuti Ahlul Bait secara diam-diam. Imam Musa menyuruh muridnya itu untuk membawa surat kepada komandan itu. Di situ tertulis:
"Dengan nama Allah yang Maha kasih Maha sayang. Ketahuilah bahwa di bawah arasy ada perlindungan yang tidak ditempati kecuali oleh orang yang memberikan bantuan kepada saudaranya, membebaskan kesulitannya, dan memasukkan ke dalam hatinya kebahagiaan. Pembawa surat ini adalah saudaramu. Wasalam."
Sepulang dari haji, si murid tadi mengunjungi komandan militer tsb dan memberikan surat Imam kepadanya. Komandan itu mencium surat itu sambil berdiri. Setelah membacanya, ia memanggil orang untuk menghadiahkan kepadaku hartanya dan pakaiannya. Dinar demi dinar, dirham demi dirham, lembar demi lembar pakaian ditumpukkan bagiku. Ia memberikan harta kepadaku yang tidak ternilai. Ia juga memanggil orang untuk menghapuskan namaku dari daftar hitam. Aku diberikan surat kebebasan dari segala macam tuntutan. Aku ucapkan selamat tinggal kepadanya dan aku pun meninggalkan dia.
Dalam hati aku berfikir, rasanya aku tak dapat membalas budi dia kecuali aku akan berhaji lagi pada tahun depan. Aku akan berdoa baginya. Aku akan menyampaikan kabar dia kepada Imam.
Pada musim haji berikutnya, aku menemui Imam Musa. Aku ceritakan perihal orang yang membantuku itu. Wajahnya tampak bersinar gembira.
Lalu Imam bertanya kepadaku: “Apakah dia membahagiakanmu?”
Aku berkata: “Benar.”
Imam berkata: “Demi Allah, ia telah membahagiakanku dan membahagiakan Amirul Mukminin. Demi Allah, ia juga telah membahagiakan kakekku Rasulullah saw. Demi Allah, ia juga telah membuat Allah SWT ridha kepadanya.“
Apa yang dikatakan oleh Imam tsb, sebenarnya adalah meneruskan pesan kakek beliau, Nabi Muhammad saw:
“Barang siapa membahagiakan seorang mukmin, ia telah membahagiakan aku. Barang siapa membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah”. Dan ketika Nabi saw ditanya tentang amal yang paling utama, ia berkata: “Engkau memasukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin. Engkau lepaskan kesulitannya. Engkau hibur hatinya. Engkau tunaikan hutang-hutangnya.”
Allahumma sholli ala Muhammad wa aali Muhammad.[undzurilaina]