Friday, November 30, 2007

Tiru-Tiru Kembang Waru

Alkisah, dulu warga sebuah kota kecil di kawasan Persia (Iran) punya kebiasaan untuk menggunakan toilet umum. Ada beberapa toilet umum yang tersedia di kota itu untuk kepentingan seluruh warga. Uniknya, pada setiap toilet itu penjaganya dibekali sebuah terompet. Terompet itu digunakan untuk memberi sinyal bahwa toilet sudah buka (toilet dibuka sebelum fajar). Sehingga suara terompet itulah yang ditunggu-tunggu oleh warga kota itu sebelum mereka pergi ke toilet.

Nah, suatu ketika warga dikejutkan dengan hilangnya terompet tersebut. Maka bingunglah penjaga dan seluruh warga kota itu. Penjaga toilet bingung, tanpa terompet itu bagaimana dia bisa memberi tahu ke seluruh warga kalau toilet sudah buka. Warga kota itu juga bingung, tanpa terompet itu bagaimana mereka bisa tahu kalau toilet sudah buka.

Akhirnya, semua sepakat untuk mencari ganti terompet yang hilang itu. Setelah susah payah, akhirnya mereka menemukan seorang yang menjual terompet. Walaupun dengan harga yang 10 kali lipat dari harga semestinya, warga pun tetap membeli terompet itu.
Transaksi penjualan terompet dengan harga luar biasa itu ternyata dilihat oleh seorang pendatang. Pendatang tersebut jadi penasaran kenapa terompet itu bisa dijual dengan harga setinggi itu. Setelah mengetahui hal itu karena ketergantungan warga kota itu terhadap terompet, maka ia langsung tergiur untuk berjualan terompet di kota itu. Barangkali yang terbayang di pikirannya saat itu adalah hukum supply demand yang bisa membuatnya cepat kaya.

Keesokan harinya dia kulakan terompet dari luar daerah, dan kemudian dia jajakan di alun-alun kota yang ramai. Tapi di luar dugaannya ternyata terompet jualannya itu tidak laku sama sekali. Bingunglah dia dan tak habis pikir kenapa teori ”supply demand” kok tidak jalan di sini. Sejenak kemudian ada seorang saudagar kaya menghampiri si penjual terompet itu. Saudagar kaya itu kemudian bertanya: ”Apakah engkau bingung kenapa barang dagangan mu tidak laku?”. ”Iya, pak”, jawab penjual terompet itu tangkas. Saudagar itu kembali bertanya: ”Apa alasanmu menjual terompet itu di sini?”. Lalu si penjual itu pun menceritakan latar belakang dia berjualan terompet itu.

Saudagar kaya itu kemudian berkata: ”Ah, berarti engkau kurang cermat! Toilet di kota ini hanya ada dua, jadi tidak mungkin terompetmu akan laku. Lagipula kau tidak tahu karakter orang daerah ini”.”Apa maksudmu, wahai saudagar?”, tanya pedagang terompet itu.
”Ah, kau tak perlu tahu. Berikan padaku 1 terompet. Akan kutunjukkan karakter orang daerah ini.”, kata si saudagar itu. Pedagang terompet itu pun segera memberikannya sambil bertanya: ”Memang apa yang akan kau lakukan, wahai saudagar?”. ”Lihat saja besok!”, jawab saudagar kaya.

Keesokan harinya pedagang itu dibuat terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh saudagar kaya tersebut. Saudagar itu menjadikan terompet jualannya sebagai tongkat dan dia gunakan berkeliling di keramaian. Orang-orang yang melihat pemandangan aneh itu bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan oleh saudagar kaya tersebut. Tapi karena yang melakukannya adalah seorang saudagar kaya, maka orang-orang pun mulai menirunya. Dipikirnya itulah rahasianya saudagar tersebut bisa kaya. Lalu berbondong-bondonglah warga menghampiri sang saudagar untuk bertanya dimana bisa membeli terompet tersebut untuk mereka jadikan tongkat.

Saudagar itu langsung pergi menemui penjual terompet dan memborong semua terompet yang ada. Tak lama semua terompet nya sudah ludes terjual. Penduduk kota itu pun mulai bertongkatkan terompet, meniru apa yang dilakukan oleh saudagar kaya tadi.
Penjual terompet itu pun terheran-heran melihat kejadian yang baru saja ia alami itu.

Keesokan harinya sang saudagar tidak lagi menggunakan terompet sebagai tongkat. Penduduk kota yang kemarin beramai-ramai meniru itu pun jadi sangat menyesal.

Begitulah, saudagar itu benar2 mengetahui bahwa orang yang gampang ikut-ikutan adalah ”ladang emas” yang dengan sukarela memberikan ”emas” kepadanya untuk sesuatu yang belum jelas manfaatnya buat dia.

Orang yang mudah ikut-ikutan itu bak bunga yang membiarkan kuncup-kuncupnya layu tak berkembang hanya karena ingin memiliki sayap agar bisa terbang seperti kupu-kupu. Dia tidak berfikir bagaimana kuncup2 yang ia miliki bisa mekar dan menebar keharuman. Dia tidak menyadari bahwa tidak ada 2 individu yang benar-benar identik di dunia ini dalam semua sisinya. Selayaknya kita berfikir tentang menemukan dan memaksimalkan potensi yang ada pada diri kita, bukannya sibuk untuk menjadi orang lain. Orang-orang besar yang sukses adalah orang2 yang selalu kreatif dan inovatif. Orang-orang besar dan sukses tidak sibuk mengikuti pikiran orang lain, tapi dia selalu berusaha membuat sesuatu yang baru.
Sedang orang yang mudah untuk ikut-ikutan, biasanya akan selalu jadi objek pelengkap atau bahkan penderita dalam hidupnya. Energinya akan dihabiskan untuk meniru gaya orang lain yang belum tentu cocok dan baik dia ikuti.
Walaupun demikian perlu diketahui juga bahwa tidak semua meniru itu tidak baik. Meniru orang atau perbuatan yang baik dari orang yang memang layak untuk ditiru tentu itu adalah perbuatan yang semestinya. Yang tidak semestinya adalah ketika kita meniru perbuatan yang tidak tepat, dan dari orang yang tidak tepat pula. Layaknya sekawanan kambing yang dipimpin oleh seekor kambing jantan. Apabila sang kambing jantan yang ada di depan melompat (karena ada kayu rintangan), maka seluruh kambing yang mengikutinya pun semuanya ikut-ikutan melompat, walaupun kayu rintangan itu sudah disingkirkan.

Tiru-tiru kembang waru, wong sok niru ora mutu (orang yang suka niru nggak bermutu)”. [undzurilaina]

Friday, November 16, 2007

Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally

PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karna selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan.

Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.

Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri," kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing.[undzurilaina]

Fenomena 'Sabtu Kawin Minggu Cerai' Pengungsi Irak

Sangat menyedihkan. Sementara para tetangga2 Arab-nya sibuk bergandengan tangan mesra dengan para musuh2nya. Dan saudara2 seagamanya di tempat lain masih sibuk utk membuat front masing2 utk "menyerang" saudaranya sendiri. Menari melenggak-lenggok mengikuti irama yang dimainkan musuh2nya. Maafkan kami saudaraku.
Ya Allah.....ampuni kami..

14/11/2007 07:35 WIB
Fenomena 'Sabtu Kawin Minggu Cerai' Pengungsi Irak
Arfi Bambani Amri - detikcom

Jenewa - Peperangan membuat seks dan perkawinan menjadi darurat di antara pengungsi Irak di Suriah. Pada kondisi ini, kaum perempuanlah yang terutama menjadi korban.

Perkawinan darurat ini dikenal sebagai 'perkawinan akhir minggu'. Kawin pada hari Sabtu, lalu hari Minggu bercerai.


"Jadi secara formal tidak disebut pelacuran namun pada dasarnya seks darurat," komentar Asisten Komisioner Tinggi UNCHR Erika Feller seperti dilansir AFP, Rabu (14/11/2007).

Kondisi ini muncul, karena perempuan seringkali tak punya pilihan lain untuk memberi makan anaknya. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terpaksalah dia melakukan pernikahan sehari itu.

Perkawinan digelar melalui 'upacara tradisional' di mana pihak laki-laki harus membayar, lalu hari Minggu kembali dilakukan upacara perceraian sesuai kebiasaan setempat.

Menurut Feller yang sudah berkunjung ke Suriah itu, terdapat 1,4 juta pengungsi Irak di negeri itu. Mereka bukan hanya kekurangan makanan dan bantuan lain, tapi juga menghadapi eksploitasi seksual, kekerasan dan penolakan.

Menurut UNHCR yang menangani isu pengungsi, lebih dari 4,2 juta warga Irak telah mengungsi sejak invasi AS Maret 2003 lalu. Selain ke Suriah, pengungsian juga mengalir ke Libanon, Mesir dan Iran .
(aba/nrl)

Thursday, November 15, 2007

Doa tidak dikabulkan?

Pernah suatu hari, Imam Ali bin Abi Thalib berkhotbah Jumat, dan setelah usai ada seseorang yang berdiri dan bertanya: "Wahai Amirul Mukminin, mengapa doa-doa dan permintaan kita yang senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT tidak dikabulkan oleh Allah SWT, bukankah Dia telah berfirman dalam Alquran:

"Mintalah (berdoalah) kalian pada-Ku pasti akan Kukabulkan doa kalian."( Q.S. al Mu`min [40]: 60.)

Imam Ali as. menjawab: "sesungguhnya hati-hati kalian telah berkhianat kepada Allah SWT dengan delapan sifat (yang menyebabkan doa-doa kalian tidak pernah dikabulkan oleh Allah SWT), yaitu:

1. Kalian mengetahui Allah SWT tetapi kalian tidak pernah memenuhi hak-hak-Nya yang telah diwajibkan kepada kalian, sehingga pengetahuan kalian terhadap Allah tidak akan bermanfaat sama sekali bagi diri kalian.

2. Kalian beriman kepada Rasulullah saw., lalu kalian menentangnya dan bahkan ikut andil dalam mematikan syariat-Nya. Lalu di mana buah iman kalian.

3. Kalian membaca kitab (Alquran) yang diturunkan untuk kalian tetapi kalian tidak mengamalkannya, kalian mengatakan kami mendengar dan kami patuh namun kalian menentangnya.

4. Kalian mengatakan takut dari api neraka, tetapi perbuatan dan kelakuan kalian setiap saat mendorong diri kalian ke sana dengan berbagai kemaksiatan yang kalian lakukan, lalu di mana rasa takut kalian?

5. Kalian mengatakan sangat mendambakan dan senang sekali bila masuk ke dalam surga, tetapi setiap saat kalian melakukan perbuatan yang menjauhkan diri kalian darinya, lalu di mana rasa cinta dan harapan kalian kepada surga itu?

6. Sesungguhnya kalian memakan berbagai nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kalian, tetapi kalian tidak pernah mensyukurinya.

7. Sesungguhnya dalam firman-Nya, Allah SWT telah memerintahkan kalian agar menjadikan setan sebagai seteru dan musuh bebuyutan dalam kehidupan kalian "Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka tempatkanlah dia sebagai musuh,"(Q.S. al Fâthir [35]: 6) tetapi kalian menjadikan setan sebagai teman setia dan mengikuti jejaknya tanpa pernah membantah dan melawannya.

8. Kalian menempatkan aib manusia di pelupuk mata kalian, tetapi meletakkan aib kalian sendiri berada di punggung, kalian mencela orang padahal sesungguhnya kalian lebih patut dan layak mendapat celaan dari pada orang yang kalian cela.

Maka doa apa dan yang mana lagi harus mendapat ijabah Ilahi dari kalian, sedangkan kalian telah menutup rapat-rapat pintu ijabah dan menyumbat celah-celahnya, bertakwalah kalian kepada Allah SWT, perbaikilah amal perbuatan kalian, sucikanlah hati kalian, dan ajaklah orang-orang untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, niscaya doa-doa yang kalian panjatkan akan dikabulkan Allah SWT.[undzurilaina]

(Dikutip dari "Doa doa dalam Sujud" karya Alwi Husein Lc)

Tuesday, November 13, 2007

Ketika Sakit atau dalam Kesulitan


Bismillahirahmanirrahim,

Ya Allah, bagi MU segala pujian

karena tidak henti-henti nya aku bergerak

berkat kesehatan badanku,

bagi Mu segala pujian

karena penyakit

yang Engkau timpakan pada jasadku,

Aku tidak tahu

keadaan mana yang paling patut aku mensyukuri Mu

waktu yang mana yang paling pantas aku memuji Mu

Apakah waktu sehat?

ketika Engkau senangkan daku

dengan yang baik-baik dari rezki Mu,

Engkau bangkitkan semangatku

untuk mencari Ridho dan karunia Mu,

Engkau kuatkan aku untuk mentaati Mu

pada apa yang telah Kau berikan taufiqnya bagiku?

Ataukah waktu sakit?

ketika Engkau menguji aku

dan Engkau anugerahkan kenikmatan kepadaku,

dengan meringankan dosa-dosa

yang memberati punggungku,

mensucikan kesalahan-kesalahan

yang telah menenggelamkan diriku,

memberikan peringatan

untuk memperoleh pengampunan,

dan menyadarkan akan penghapusan dosa

dengan kenikmatan yang terdahulu

Dalam keadaan demikian,

apa yang dituliskan oleh dua malaikat bagiku

berupa amal yang bersih

yang tidak terpikirkan oleh hati

yang tidak terucapkan oleh lidah

yang tidak dilakukan oleh anggota badan

tetapi semuanya karunia dari Mu atasku

dan anugerah dari perlakuan Mu terhadapku

Ya Allah,

sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarga nya,

Cintakan aku kepada apa yang Kau ridhoi untuk ku,

Ringankan bagiku apa yang telah Engkau timpakan kepadaku,

Sucikan aku dari hal-hal kotor

yang dahulu aku lakukan,

Hapuskan dariku kejelekan

yang sebelumnya aku kerjakan,

Berikan kepadaku nikmatnya kesehatan,

Datangkan kepadaku sejuknya kesejahteraan,

Jadikanlah jalan keluarku dari sakitku

menuju ampunan Mu,

perpindahanku dari kemalanganku

menuju maaf Mu,

lepasnya aku dari deritaku

menuju ketentraman Mu,

keselamatanku dari kesusahan ini

menuju pertolongan Mu,

Sungguh, Engkaulah yang mencurahkan anugerah,

menaburkan karunia,

Maha Pemberi, Maha Pemurah,

Pemilik Keangungan dan Kebaikan.

(dikutip dari kumpulan munajat Imam Ali Zainal Abidin, As-Shahifah as-Sajjadiyyah)

Tuesday, November 6, 2007

PERANGKAP TIKUS

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus.

Sang tikus kaget bukan kepalang.

Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak

"Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."

Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkat tikus"

Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.

Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku”

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat
perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.

Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.

Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)

Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda.

Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing.

Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.

Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SUATU HARI….KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI. [undzurilaina]

Roger Cohen: From Paris with love

By Roger Cohen
Sunday, November 4, 2007

NEW YORK: French President Nicolas Sarkozy arrives in Washington on Tuesday for a visit billed as sealing "the renewal of ties between France and the United States following the crisis of 2003." Here's how the post-Iraq Franco-American lovefest may unfold at the White House.

BUSH: Yo, Sarko!

SARKOZY: Bonjour, George!

BUSH: I was thinking - it happens - you're now my best friend in Europe. Berlusconi's toast. Where's Blair? As for the ex-Commie Pole, I never could remember his name. I may have to learn French!

SARKOZY: Up to a point, Mr. President.

BUSH (laughing): Yeah, amigo, maybe I'll leave that to Giuliani. What's French for prostate cancer? Well, this is déjà vu all over again! As I said up in Kennebunkport, we've had our good disagreements on Iraq but I never allowed disagreements to not find other ways to work together - or not.

SARKOZY (puzzled): Your philosophy is too clever!

BUSH: Next you'll call me a Ph.D.-type!

SARKOZY: No, no! The important thing is we are family. Iraq is ancient history. Between old allies there can be no divorce.

BUSH (startled): Divorce?

SARKOZY: When husband and wife split.

BUSH: You know, I don't hold it against her, the way she trashed my Maine burgers and corn, but . . .

SARKOZY (interrupting): Speaking of history, I'm going to decorate six of your World War II veterans with the Legion d'Honneur.

BUSH: That's just outstanding, Sarko. Look, you and me are levelers who level with people. I'll be blunt. There's still this opinion that the French are ungrateful wimps who have the opinion they won the war when, in my opinion and our opinion and almost everybody's opinion, we won it for them. So dishing out those legions is good.

SARKOZY: Merci, George. I'm determined to change the image of France here. You know, more than 200,000 new businesses were started last year.

BUSH: No surprise there, Sarko. I've learned since taking office that the French for "entrepreneur" is "entrepreneur." And, since you took office, I've learned the French for "weekend" is not "long weekend." And that's been a revelation!

SARKOZY: The French want to work and make money. The American way! That's why I just gave myself a $200,000 raise. Before, politicians were afraid, but my theory is we're just as greedy as Anglo-Saxons!

BUSH: You still earn about $150,000 less than me, and $17 million less than Charles Prince and Stan O'Neal. So it's the right move. But the way you jumped on the global-warming bandwagon with that pinhead pseudo-prophet, Al Gore! My folks tell me you're going to stop building roads!

SARKOZY: Oui, oui, we levy an eco-tax on pollutant cars, and cut taxes on environmentally friendly products, and double the size of our high-speed train network. Europeans go nuts over this stuff. Ask Angie Merkel!

BUSH (breaking into song): Angie, Annnn-gie, ain't it good to be alive?

SARKO (concerned): Mr. President, are you . . .

BUSH (interrupting): Never could figure the euros. No More roads! Try that in Texas! And you guys oppose the death penalty. We say it's letting 'em off lightly.

SARKOZY: One must look forward. What's new, Mr. President?

BUSH: Well, let's see, what do you make of our Middle East peace conference?

SARKOZY: Not much. You spend six years doing nothing and then you call a big meeting. Bizarre. Still, as we say in France, it's better to appear to do something with nothing than to appear to do nothing with something.

BUSH: Huh? Don't go left-bank on me, Sarko. My view is simple: anything to please Blair! I miss that guy. Brown reminds me it's not difficult to tell the difference between a sour Scotchman and a ray of sunlight.

SARKOZY: No comment, Mr. President.

BUSH: Iran tops our agenda. If they get a nuke they could proliferate. They could become perpetuators of attacks on freedom's march and the homeland's ballgames. And Democrats wouldn't recognize Hitler if they sat down to breakfast with him.

SARKOZY: Up to a point, George. As I've said, the choice could be between the Iranian bomb and the bombing of Iran. Tough diplomacy is how to avoid that. You want three wars in Islamic states?

BUSH: It's mucho, but Dick's still hungry!

SARKOZY: Anyway, no daylight between us, that's my motto!

BUSH: Paris by night between us, that's mine! One decider to another!

SARKOZY: I address Congress tomorrow. What should I say?

BUSH: That they're a bunch of UN-hugging, French-speaking, garlic-eating, cheese-loving losers!

SARKOZY: Pardon? What?

BUSH: Sorry, Sarko. I get terrible flashbacks. God Bless la France!

SARKOZY: Et Vive l'Amerique!

http://www.iht.com/articles/2007/11/04/opinion/edcohen.php