Wednesday, March 26, 2008

The Servant


A Simple Story About the True Essence of Leadership


In order to lead, you must serve. Ini adalah premis utama dari “The Servant” karya James C. Hunter. Premis utama tersebut didiskusikan dalam “The Servant” melalui kisah John Daily, seorang business executive yang mulai kehilangan posisinya sebagai bos, suami, ayah dan pelatih. Diceritakan kemudian John Daily mengasingkan diri selama seminggu ke sebuah Benedictine Monastery untuk memusatkan dan menemukan kembali keseimbangan pikirannya. Selama pengasingannya tersebut, legenda Wall Street tersebut menemukan perspektif baru tentang leadership, yaitu servant leadership.

10 Atribut Cinta dan Kepemimpinan
Buku karya James C. Hunter ini menyebutkan ada beberapa atribut kunci dari seorang servant leader. Secara tidak sengaja, ternyata ini juga merupakan atribut dari Cinta,
yang pernah dibahas orang sebelumnya sebagai perilaku yang baik terhadap sesama.

• Sabar (patient) – bisa menunjukkan self-control
• Baik (kind) – memberikan perhatian, apresiasi, dan dorongan
• Rendah hati (humble) – berwibawa tanpa pretensi atau arogansi
• Menghormati (respectfull) – memperlukan setiap orang sebagai orang penting
• Tidak egois (selfless) – memenuhi kebutuhan orang
• Pemaaf (forgiving) – marah pada tempatnya namun kemudian memaafkan
• Jujur (honest) – bebas dari kecurangan
• Komitmen (commitment) – konsisten dengan pilihan

Semua atribut perilaku tersebut akan mendorong kita untuk mau melayani dan berkorban kepasa sesama. Hal ini dapat berarti bahwa mengesampingkan keinginan dan kebutuhan pribadi untuk fokus kepada apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

The Law of the Harvest
Ingat: ”anda akan menuai apa yang anda tanam”. Agar supaya otoritas atau pengaruh anda dapatkan, harus diciptakan lingkungan yang tepat dan pemeliharaan perilaku yang dibutuhkan secara konsisten. Ibaratnya dalam sebuah taman, agar supaya tanaman bisa tumbuh baik dan subur maka dibutuhkan tanah, sinar matahari, air, pupuk dan cara perawatan yang benar. Satu hal yang mungkin kita tidak dapat terlalu yakin adalah kapan sebenarnya bunga-bunga yang kita tanam tersebut akan mekar. Tanamkan pada pikiran kita bahwa pengaruh (influence) bukanlah sebuah biji kacang yang akan berbuah dalam semalam, tapi ia adalah sesuatu yang membutuhkan waktu untuk tumbuh berkembang.

The Rewards of Leading with Authority
Memimpin dengan otoritas memungkinkan kita untuk memiliki misi personal, yaitu: untuk melayani orang yang kita pimpin, untuk mendengarkan apa yang dia butuhkan, untuk memberikan penghargaan dan pengakuan, untuk menunjukkan kebaikan, dan untuk bersikap jujur. Ketika “servant leadership” ini telah menjadi etos dalam kehidupan kita, maka yakinlah orang akan berbaris untuk mengikuti apa yang anda inginkan.

Dengan melayani orang lain dan mencintai tetangga kita, maka otomatis kita juga sedang menjalankan doktrin dari semua agama. Kita juga akan menjadi manusia yang matang secara psikologis dan spiritual, dimana hal tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang dalam kehidupannya.

Ketika resep tersebut di atas dijalankan dengan benar, maka hadiah terpenting yang akan kita dapatkan adalah kesenangan dan kebahagiaan. Yaitu ketika kita mengutamakan kepentingan orang lain maka kita akan terbebas dari belenggu self-centeredness.

Dr. Albert Schweitzer mengatakan: ”I don’t know that your destiny will be, but one thing I do know. The only ones among you who will be really happy are those who will have sought and found how to serve”.

Nabi Islam, Rasulullah SAW mengatakan pula: “Manusia terbaik di antara kalian adalah dia yang paling bermanfaat (melayani) bagi orang lain”.

Siapkah kita untuk memiliki sikap “melayani”? [undzurilaina].

Tuesday, March 25, 2008

OPO ISLAM KUDU BENER...?

Tak seperti biasanya, warung Cak Supar yang terletak di ujung Gang Pasar Kambing kurang begitu ramai. Terlihat hanya beberapa orang yang sedang menikmati dinginnya malam itu seraya menghisap rokok dan menikmati hanggatnya kopi atau teh di warung yang buka sampai subuh itu. Tepat di hadapan Cak Supar yang tangannya sedang dengan lincah mengaduk-aduk gorengan nasi, duduk melamun si Gugun. Saat itu, ia sedang bersedih merenungi nasibnya yang banyak dibenci orang sekelilingnya. Ia pandangi asap rokok yang ia hembuskan dan kemudian terbang melayang serta lenyap ditelan gelapnya malam. Mungkin diriku akan bernasib seperti asap rokok itu, pikirnya. Memang sejak peristiwa di Dolly minggu lalu, ia cenderung menjadi seorang pendiam. Kata beberapa orang tetangganya, gayanya yang ceplas-ceplos serta "kemlinthi" itu nyaris tak kelihatan lagi.

Heei...!, lagi opo cak...? kok ngalamun thok...?, tegur Mat Nayar mengagetkan Gugun dari lamunannya. Ia pun tersenyum kecut menanggapi Mat Nayar sahabatnya semenjak sekolah di SD Negeri Benteng Miring dulu. Ono opo Gun kok sumpek...? tanya Mat Nayar lirih.


Kemudian Gugun menceritakan semua yang terjadi mulai dari peristiwa di Langgar Miftahul Jannah sampai penganiayaan terhadap dirinya di Dolly. Terus terang aku lagi prihatin karo ummat Islam jaman sa'iki, perasane awake kudhu bener lan wong liyo salah terus!. Lanjut Gugun tak bersemangat.

Lha ..yo'opo mane Gun...wong...kelakoanmu koyok ngono...?, komentar Mat Nayar dengan nada sedikit menyudutkan.

Merasa dipojokkan, Gugun pun "terbangun" dan siap ngotot seperti sediakala. Masalahne gak sesederhana iku Cak....!, tegas Gugun dengan sedikit meninggi. Ia kemudian mengisahkan panjang lebar kedunguan jama'ah Langgar Miftahul Jannah dalam menjawab pertanyaan nakalnya. Ia paparkan pula kesempitan berpikir pasukan berjubah yang mengobrak-abrik kompleks pelacuran Dolly. Setelah itu, Gugun juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap umat Islam saat ini yang menurutnya terlampau yakin kalau dirinya mampu menangkap kebenaran sejati. Sing ngomong Islam mesti bener iku khan cuma wong Islam dewe.., kata Gugun dengan nada nyinyir mengakhiri kalimatnya.

Lho...lho....!, yo terang wae mesti bener Gun...!, lha wong aturan-aturan iku soko Qur'an sing Maha Suci ..., ko'en lali tah... wejangane Lik Hisyam jaman biyen iku...?. Di dunia ini hanya ada satu kebenaran mutlak, yaitu nash-nash Al-Qur'an. Akal manusia-lah yang harus menemukannya, ujar Mat Nayar dengan aksen Maduranya yang tak dapat disembunyikan itu. Pancen ko'en iku rodhok kekiri-kirian Gun...., bahaya lho pemikiranmu iku....!, tambah Mat Nayar prihatin.

Pada saat yang sama muncul dari kejauhan seorang pemuda bersarung, berkopiah putih dan berjalan agak tergesa-gesa. Walaupun Gugun dan Mat Nayar tak menyadari, Cak Supar melihat kedatangan pemuda keturunan Arab yang dikenal oleh penduduk Gang Pasar Kambing sebagai anak muda yang pendiam, sopan, dan alim. Konon, ia pernah sekolah di Qom kampung halaman Khomeini. Oleh karenanya, walau usianya belum genap tiga-puluh tahun, banyak orang menganggapnya sebagai tempat bertanya. Oleh karenanya ia segera memanggilnya, yek Husin...yek Husin.....mampir.....!!!, teriak Cak Supar sambil melambaikan tangannya. Mungkin maksud Cak Supar agar Husin bisa menengahi perdebatan mengenai agama yang tampaknya tak kunjung usai.

Mengatahui kehadirannya diharapkan, Husin dengan langkah yang lebih cepat segera menuju ke warung tersebut.

Asslamualaikum....!, sapa Husin Ali kepada semua orang yang duduk di warung itu.

Waalaikum salaam...!. jawab mereka serentak. Cak Supar pun segera menyambut sang langganan dengan ramah.

Husin sengaja memilih duduk di samping Gugun dan Mat Nayar yang sudah dikenalnya sejak sepuluh tahun yang lalu. Ia segera memesan sepiring nasi goreng seraya menegur kedua teman lamanya tersebut: Yok opo kabare rek...?. Rupanya Mat Nayar sedang dalam keadaan terlampau serius untuk menanggapi basa-basi tersebut. Ia ternyata lebih suka melibatkan Husin ke dalam perdebatannya dengan Gugun.

Mat Nayar langsung menjelaskan secara panjang lebar pembicaraannya dengan Gugun. Bak Da'i yang memiliki sejuta ummat, Mat Nayar secara khusus memaparkan keabsolutan kebenaran dalam Islam. Hanya orang-orang yang mampu berpikir independent dapat menangkap keabsolutan kebenaran Islam, tegas Mat Nayar dengan bahasa Indonesia yang sedikit kagok. Dalam terang dan kebeningan Quran yang pasti benar itu, lahirlah "independent minds", macam Umar dan Ali, lahirlah pula "ilmuwan-ilmuwan" pionir dalam segala bidang. Lahirlah juga peradaban unggul yang bertahan bertahan berabad-abad. Ngono...Gugun sik gak percoyo wae..., yek....!, kata Mat Nayar seraya melirikkan matanya ke Gugun.

Sedangkan Gugun tetap dengan gayanya yang khas tak bergeming serta menyembulkan senyum sinis.

Cukup bijak si Husin Ali ini rupanya. Lek pendapatmu yo'opo Cak Gun....?, tanyanya yang sepertinya sedang berusaha menerapkan prinsip "both side coverage".

Mungkin terlampau rumit kango aku nerangno makna "independent minds" dari perspektif psikologi opo maneh filsafat. Tapi secara awam dan sederhana, menurutku "independent mind" iku cara berpikir sing "independent", yaitu merdeka, bebas, dan otonom dari segala bentuk pengaruh, intervensi serta distorsi yang menghalangi kita untuk menemukan kualitas intrinsik suatu objek. Menurutku, gak bakal ono wong iso "independent" iku. Tapi..., malangnya manusia sering dengan mudahnya menyatakan bahwa ia telah mampu berfikir secara independent dan mendasarkan pada kriteria-kriteria obyektif , oleh karenanya "objective truth" dalam jangkauannya. Logika berpikir koyok ngene iku sing nyebabno umat Islam selalu ngeroso bener dewe.....!. Wong Islam sakjane kudu belajar soko sejarah...., perselisihan, intrik, konspirasi, bahkan pertumpahan darah yang terjadi dalam sejarah Islam mulai biyen sampai sa'iki, iku kabeh gara-gara rumongso iso "independent mind". Sakjane sopo sih sing duwe legitimasi lek pikirane awak dewe iku sing paling bener....????, jelas Gugun dengan berapi-api.

Setelah mendengar penjelasan Gugun, Husin pun mencoba ikut komentar: lek pendapet pribadiku......

Belum genap empat kata terucap, Mat Nayar dengan cepat memotongnya. Sik..sik....!, lek Gusti Allah wis berfirman...yo..iku...wis mesti bener...!. Lek babi haram....yo mesti bener babi iku haram..mosok gara-gara pikiran gak independent trus dadi halaal....?, onok-onok wae...!. Suweh-suweh aku tambah curiga karo Gugun iku. Ojo-ojo awake wis kenek pengaruh ideologi-ideologi kapir...!. Omonganmu iku Gun....., podo karo propaganda sekularisme dan zionis sing memang sentimen karo wong Islam....!, kata Mat Nayar dengan emosional sambil menuding-nudingkan tangannya.

Lho...ko'en ngangep aku opo....???, jawab Gugun seraya berdiri dari tempat duduknya.

Tenang...kalem....,ojo keburu nesu...!, Husin berusaha menenangkan.

Cak Supar yang sejak tadi hanya menjadi pendengar, akhirnya ikut nimbrung: rek...tolong..lek ape tarung ojo nang warung-ku, nggarai gak payu wae...!, kata Cak Supar sedikit mengeluh.

Tampaknya upaya Husin Ali dan Cak Supar berhasil mendinginkan suasana. Wis....wis...karo konco lawas wae mosok kape gepuk-gepukan...!, tambah Husin. Yo..opo...diskusine iso diterusno opo gak...?.

Menjawab pertanyaan Husin tersebut, Gugun menimpali: Monggo wae.....Sedangkan Mat Nayar hanya diam tak menjawab.

Seraya meneguk kopi-jahe yang telah dipesannya, Husin mulai berbicara: Memang persoalannya, kemutlakan syari'ah sering menyebabkan orang menganggap bahwa kebenaran hanya satu. Artinya, harus ada satu pihak yang benar, dan yang lain mesti salah. Padahal, kebenaran ada di "lawh al-mahfuzh". Dan kebenaran itu terlalu besar untuk bisa dipahami manusia. Bukankah kemudian terbuka kemungkinan setiap orang memahami secuil kebenaran Allah...?.

Akibat tak puas, Mat Nayar pun segera protes: lho...terus...kebenaran Qu'ran iku relatif dan ngak normatif ....???. Mat Nayar terus ngedumel dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Malam pun semakin larut. Hawa dingin dari sisa hujan sore tadi tak juga mampu menghalangi hangatnya diskusi itu. Bagai seorang begawan sedang memberikan petuah, Husin bercerita banyak tentang makna kebenaran dan kemampuan manusia untuk memperolehnya. Ia dengan fasihnya mengulas isu-isu filosofis yang memang sangat merumitkan pikiran. Tampaknya ia sangat piawai menguasai retorika ala filosof Yunani yang memang masih terus dipelihara dalam tradisi padepokan Qom.

Sesungguhnya di antara Muslimin memang tak ada perbedaan pandangan mengenai "kemutlakan" intrinsik wahyu Allah. Tapi, Al Qur'an tidak pernah berbicara sendiri. Manusialah yang membacanya, memahaminya, meresapinya, mengkonseptualisasikan ide dan nilai-nilai yang dikandungnya, menyuarakannya dan akhirnya menyusunnya secara sistematis melalui madzab-madzab yang ada. Sejujurnya, walaupun Al Qur'an secara intrinsik bersifat mutlak, persepsi manusia tentangnya tidak pernah absolut dan selalu bersifat relatif sesuai dengan dimensi ruang dan waktu, Husin berbicara terus hingga nasi gorengnya lupa terjamah hingga mendingin.

Walaupun mengangguk-angguk, Mat Nayar tampaknya belum bisa menerima semua argumentasi tersebut. Ia tetap tak mau menerima pandangan tersebut. Aku khawatir lek pemikiran koyok ngene terus dikembangno, iso-iso Syari'ah lan Aqidah dadi gak ono artine. Terus yok opo kehebatane wong Islam sing nang sejarah huebate gak karu-karuan mergo yakin marang keabsolutan Syari'ah...???.

Tapi gak iso ngono sih Cak....!!!, tukas Gugun sedikit keras. Pikaran koyok ngono iku sing njaluk menange dewe...!. Kebenaran iku dudhuk monopoli-ne Islam. Kabeh agomo utowo keyakinan termasuk Kristen, Hindu, Budho, Majusi, Sikh, Syiah, Sunni, komunis, sampe agomone wong ndayak nang alas kabeh... mengandung sak cuil kebenaran Gusti Allah Pangestu...!.

Keadaan menegang kembali. Ganasnya pendapat yang satu siap memangsa pendapat yang lain. Mat Nayar melancarkan serangan berikutnya: Alaa...omonganmu iku lak tiru-tiru Cak Nur, ko'en lali tah wong iku sampe dikafirno segala.

Wis...wis...gak oleh ngomong kafir-kafir koyok ngono Mat...!. Sela Husin untuk menghindari berlanjutnya debat kusir ini. Ngomong kafir opo gak iku, cuma Allah sing duwe hak. Menungso iku gak bakal iso ndelok segala sesuatu secara obyektif. Kita melihat dunia bukan "sebagaimana dunia adanya" melainkan "sebagaimana kita adanya" atau sebagaimana kita dikondisikan untuk melihatnya, jelas Husin sekali lagi.

Lho Yek..., sampiyan kok dadi ngono...?, tanya Mat Nayar kepada Husin karena keheranan...

Tapi Husin hanya tersenyum kecil.

Sebaliknya emosi Gugun semakin memuncak walau ia masih mampu mengendalikannya. Aku males ngomong karo wong sing pikirane cupeet....!, ejek Gugun dengan suara agak menjerit dan terus ngacir pergi tak tertarik lagi untuk terus berdiskusi. Dalam hati yang penuh kedongkolan ia bergumam: mendingan kulalap habis epik Arus Balik-nya Pramoedya Ananta, daripada berbicara hanya melelahkan mulut seperti ini.

Masih penasaran karena tak ditanggapi, Mat Nayar terus bertanya. Yek...,opo alasan sampiyan mbelo arek PKI iku...?, arek iku calon Salman Rushdie soko Suroboyo...!.

Husin tetap tak bergeming. Ia pikir tak guna lagi meladeni orang yang sedang kalap memuja kebenarannya dirinya sendiri.

Merasa tidak diacuhkan, Mat Nayar segera beranjak meninggalkan warung seraya bergumam lirih..mandharo kualat ketubruk montor sopo wae sing ono keraguan nang keimanane...

Belum selesai terkejut melihat semua temannya lenyap dari "perhelatan", Husin dikagetkan oleh pertengkaran mulut antara Cak Supar dengan salah seorang pengunjung warung.

Dari gaya serta aksen bicaranya tampak lelaki itu berasal dari daerah Jawa Barat. Sang lelaki mempermasalahkan mengapa teh yang ia pesan diberi gula, padahal ia tak pernah memintanya. Tak kalah ngototnya, Cak Supar tetap bersikeras bahwa selama hidupnya di Jawa Timur menjual air teh itu selalu dalam keadaan manis, kalau menghendaki "tawar" harus ditegaskan sejak awal kepada penjual. Mereka pun terus beradu mulut, dan tak satu pun siap mengalah karena sama-sama merasa benar.

Tapi tak mengapa bagi Husin. Semua pengalamannya malam ini membuatnya semakin bijak. Ia pun semakin yakin bahwa betapa tidak pernah "independent"-nya manusia dalam berpikir. Latar belakang kehidupan, agama, budaya, pendidikan, taraf ekonomi, struktur sosial-politik dan sebagainya selalu mewarnai benak pikiran setiap manusia. Selagi menghabiskan nasi-gorengnya yang tinggal sesuap dan tak memperdulikan pertengkaran Cak Supar dengan lelaki Sunda itu, ia pun bertanya pada nuraninya..., is independent minds an illusion...?. Wallahu a'lam bi Sawwab....!

Den Haag, 9 Desember 2000
AKJ

Sapi dan ideologi


Anda mempunyai dua ekor sapi. Dan apa yang akan terjadi dengan Anda sangat
tergantung dari ideologi yang berlaku.

Feodalisme: Anda punya dua ekor sapi dan penguasa akan mengambil sebagian
susunya.

Sosialisme: Pemerintah akan mengambil sapi Anda, meletakkannya di kandang
bersama-sama dengan sapi-sapi milik orang lain. Anda diharuskan memelihara
sapi tersebut dan pemerintah akan memberi Anda susu sesuai kebutuhan.

Fasisme: Anda punya dua ekor sapi. Pemerintah membayar Anda untuk
memeliharanya, kemudian menjual susunya kepada Anda.


Komunisme: Anda punya dua ekor sapi. Semua tetangga ikut memeliharanya dan
susu yang dihasilkan dibagi rata.

Diktatorian: Anda punya dua ekor sapi. Pemerintah mengambil keduanya dan
membunuh Anda.

Militerianisme: Pemerintah mengambil kedua sapi Anda dan memanggil Anda
untuk mengikuti wajib militer.

Demokrasi: Pemerintah menjanjikan akan memberi dua ekor sapi jika Anda
memilih kembali partainya. Ketika pemilu selesai, presiden terpilih dituduh
terlibat 'sapi politik' dan media massa menyebutnya sapigate.

Kapitalisme: Anda punya dua ekor sapi. Anda jual seekor dan hasilnya
dibelikan sapi jantan.

Environmentalisme: Anda mempunyai dua ekor sapi. Pemerintah melarang Anda
mengambil susunya ataupun membunuh mereka.

Feminisme: Anda mempunyai dua ekor sapi. Mereka menikah dan mengadopsianak
sapi.

Soehartoisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, disita negara dengan alasan
demi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat

Golkarisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, dicat kuning semuanya oleh
pemerintah...

Harmokoisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, tiap saat harus ikut penataran
untuk dibujuk jadi kader golkar...

AA Baramuliisme : Anda mempunyai dua ekor sapi terhormat, dan tidak pernah
mengaku doyan rumput.

Wirantoisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, dan selalu siap menjaga anda
setiap saat.

Bennymoerdhaniisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, terampil membuat
kerusuhan dan keributan !

Prabowoisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, gemar menculik kambing.

Tututisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, barang siapa yang melihat
dikenakan biaya.

Sigitisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, hasil menang judi kemarin.

Tommysoehartoisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, ditukar dengan ayam,
dijanjikan 2 ekor banteng suatu saat.

BUMNisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, tiap hari diperah susunya, enggak
pernah dikasih makan.

Dwi Fungsi TNIsme : Anda mempunyai dua ekor sapi, dimanfaatkan oleh
pemerintah untuk berbisnis dan menjaga kemanan.

Cendananisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, harus disita karena tidak
pernah terbukti sapi itu milik anda, karena tidak ada surat buktinya.

Konglomeratisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, besok-besok telahmelahirkan
kuda, kambing , kodok, ikan, gurita dan sebagainya.

Korupsisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, menurut catatan, seharusnya anda
hanya punya dua kodok saja!.

Kolusisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, bersamanya anda dapat mendapatkan
2 banteng, 2 macan, 2 singa, 2 kuda.

Nepotisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, teman-teman si sapi ternyata jadi
milik anda juga semuanya!.

Materialisme : Anda mempunyai dua ekor sapi dan tidak pernah menolak dibawa
ke PI mall dan Plaza senayan.

Kanibalisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, enggak pernah mau makan rumput,
kecuali daging sapi !

Reformasisme: Anda mengira mempunyai dua ekor sapi, ternyata cuma
ekornyasaja !!

Narkobaisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, ditukar dengan 1
gramshabu-shabu

Munafikisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, ternyata anda juga
seekorsapi!!!.

Provokatisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, bisa menghasut anda untuk
berbuat aneh-aneh

Amerikanisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, sangsi untuk sapi yang satu
sangat berbeda dengan yang lainnya!

Romantisisme : Anda mempunyai dua ekor sapi, tiba-tiba minta dinikahkan hari
itu juga ! [undzurilaina]

Saturday, March 22, 2008

Renungan Maulid Nabi


“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan) bagimu, amat kasih dan penyayang terhadap orang-orang mukimin”.


Ya Rasulullah...
Ya Rasuulullaaaaah......Yaaaaa Rasuuuuuulullaaaaaaaaaaaaaah....
Assalamu ’alaika Ya Rasulullah....

Salam bagimu Ya Rasulullah, dari pecinta terpisah sejarah. Salam bagimu ya Nabi Allah, dari perindu yang terhalang waktu. Inilah kami, yang mengaku sebagai umatmu. Yang kebanggaannya adalah menisbatkan diri kepadamu. Yang dikala terhimpit memohon kepada Tuhan dengan menyebut namamu. Yang berharap istighfar kepadaNya disambung dengan maafmu.


Inilah kami ya Rasulullah, pecinta tak tahu krama, perindu tak tahu malu. Ingin kami sampaikan kepadamu beban yang menghimpit kalbu kami, derita yang memasung dada kami. Di mana-mana ya Rasul, kami saksikan umat saling cakar berebut benar. Di mana-mana Ya Rasul, sudah hilang rasa peduli, tak tersisa lagi empati, tak ada lagi harga diri.....

Ya Rasul, kami termangu tak berdaya ketika saudara kami porak poranda. Kami luluh tak bersuara, ketika saudara kami dibantai dianiaya. Kami terpaku tak bergerak, ketika kemungkaran dan kezaliman semakin banyak...

Bukankah kami ini umatmu Ya Rasulullah....tapi mengapa lidah ini tak berdecak, tangan ini tak bergerak, dan hati ini tak lagi tersentak..jantung ini tak berdetak....

Padahal dahulu, dengan derita demi derita, engkau teladankan semua itu pada kami, engkau angkat mereka yang tertindas, engkau peluk mereka yang terhempas, engkau tolong mereka yang terzalimi. Sungguh, begitu berat bagimu melihat umatmu menderita...

Engkaulah Ya Rasul, awal dari semua perjuangan, pemimpin mulia, penegak agama akhlak dan cinta. Dengan itu engkau sampaikan pesan Tuhan...

Wahai Aku, engkau dan kita semua yang mengaku ummat Muhammad..
Dengarkan dengan cermat...
Jeritan jutaan bayi yang hampir sekarat..
Desah napas mereka yang makin berat..

Lihat,
Bayi-bayi kehausan yang tubuhnya mencair seperti lilin..
Karena orang tua mereka tidak mampu membeli susu..
Dengarkan,
Langkah-langkah kaki gontai jutaan pegawai..
Yang pulang ke rumah karena terpaksa di PeHaKa

Lihat,
Mata mereka yang redup kehilangan harapan..
Yang memandang masa depan tanpa kepastian..
Dengarkan,
Jerit berulang-ulang dari para korban penyiksaan..

Lihat,
Ratusan juta rakyat Indonesia yang membanting tulang..
Dengan penghasilan yang terus menerus berkurang..
Mereka membayar mahal barang, jasa, dan pajak..
Untuk menyelamatkan harta para perampok dan pembajak..
Apakah Anda akan membiarkan..
Bayi-bayi mati, para penganggur hancur, orang-orang kelaparan, korban-korban penyiksaan dan penculikan makin banyak berjatuhan?

Bangkitlah, wahai para pengaku Umat Muhammad
Sumbangkan jiwa ragamu
Untuk mengubah dunia menjadi penuh Kasih Sayang
Sebagaimana tujuan diutusnya Nabi kita Mulia
Menjadi Rahmat bagi Sekalian Semesta

Wa maa arsalnaka illa Rahmatan lil ’alamiin...
”Dan tidak Aku utus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi Rahmat bagi seluruh sekalian alam” (QS. 21:107). [undzurilaina]


Thursday, March 13, 2008

For All US Citizens...

Why are Palestinians reacting against Israel













Israeli soldiers passing out candy to the kids.
Making sure they get to school.

Helping Ladies across the street..


Providing childcare.

Allowing them a place to rest (permanently)

Access to Healthcare.


Construction projects (demolition)

Respecting American and British pacifist resisters (such as American Rachel Corrie)


And others.

And if you are not satisfied, now, with the truth the following pictures are war crimes as defined by the UN, The Hague and the Geneva Convention.

Using images of your enemy dead or alive (violation)


Human shields (violation)
Live Burial Torture (violation)
And as a last resort, Execution (violation)

These IDF soldiers have faces... I can clearly see them...Can't you? Why are they not being prosecuted? Because it is systematic process that is driven by the government designed to force the people of Palestine into exile so Israel can claim all the land and resources.


This where my American tax dollars are going, do you know where your tax dollars are at? TAKE THE TIME TO FIND THE TRUTH. So many lives depend on it. I, like so many Americans, am Caucasian, non-Arab, and religious. I can no longer sit back with good conscience and do nothing while my government is supporting the types of terrorist actions that we have condemned Muslim Fundamentalist for. Call your Congressman and Senator, send an email to the White House and demand that our government negotiate FAIRLY with both sides and bring a fair and just solution to Palestine and Israel .


Dia adalah Saudara Saya


Laporan Mochamad Elman Dari Teheran, Iran
TEHERAN - Diawali upacara militer yang berlangsung sederhana, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diterima di Kantor Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad kemarin pukul 07.30 waktu setempat atau sekitar pukul 11.00 WIB.

Begitu turun dari mobil di halaman kantor, sebuah gedung dua lantai, SBY langsung dirangkul dan dicium kedua pipinya oleh Ahmadinejad. "Ini pagi yang indah, pertemuan ini diridai Allah subhana wataŹ¼ala," kata SBY kemudian diterjemahkan ke bahasa Iran oleh penerjemah yang berdiri di sampingnya.



Ahmadinejad yang memakai jas lengkap -minus dasi- tampak tersenyum. Keduanya berdiri di samping foto poster SBY ukuran besar yang dipasang di depan kantor kepresidenan. SBY dan Ahmadinejad yang bertubuh ramping itu lalu menaiki tangga kantor kepresidenan untuk melakukan pembicaraan empat mata.

Sambutan terhadap SBY benar-benar hangat. Sepanjang jalan menuju kantor kepresidenan, foto poster SBY terpampang di mana-mana. Jalanan Teheran sangat minim iklan komersial. Yang banyak justru foto pemimpin spritual dan revolusi Islam Iran almarhum Ayatollah Khomeini dan pemimpin spiritual (Supreme Leader) Ali Khamenei.

Namun, khusus menyambut SBY, foto ukuran besar itu sudah menyambut delegasi Indonesia saat tiba di Bandara Internasional Mehraba, Senin (10/3).

Agenda pertemuan SBY kemarin, selain membahas masalah politik dan keamanan internasional, juga membicarakan kerja sama ekonomi kedua negara. Delegasi presiden yang dibawa dalam kunjungan ke Iran, antara lain, Ny Hj Ani Bambang Yudhoyono, Mensesneg Hatta Radjasa, Menlu Hassan Wirajuda, Menperdag Marie Elka Pangestu, Menteri Agama Maftuh Basyuni, dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah Alwi Shihab. Dari kalangan pengusaha tampak antara lain Ketua Kadin Moh. S. Hidayat, Dirut PT Pertamina Ari Sumarno, serta Dirut PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

Pada kunjungan SBY ke kantor kepresidenan kemarin, ibu negara Ani SBY tidak terlihat. Yang juga menarik, semua staf kepresidenan dan protokoler harus memakai busana longgar dan penutup kepala. Tak terkecuali Menteri Perdagangan Marie Pangestu yang tampak anggun dengan jarik batik, kebaya, kerudung merah muda.

Ahmadinejad terkesan sangat girang menyambut SBY. Boleh jadi itu terkait keputusan Indonesia mengambil sikap tidak mendukung (abstain) Resolusi 1747 Dewan Keamanan PBB yang memberi sanksi lebih berat untuk program nuklir Iran. Saat pengambilan suara di Dewan Keamanan Selasa (4/3), Indonesia menjadi lonely nation karena menjadi satu-satunya negara yang bersikap abstain. 14 negara lainnya mendukung resolusi.

Karena itu, saat dipertemukan dengan semua anggota delegasi, tak semua mendapat ciuman dari Ahmadinejad. Tapi, giliran Menlu Hassan dan Utusan Khusus Timur Tengah Alwi Shihab, keduanya dipeluk dan dihadiahi ciuman.

Perhatian terhadap kehadiran SBY sangat besar. Ini terlihat dari puluhan wartawan lokal dan internasional yang meliput. Pertemuan empat mata dan pembicaraan bilateral delegasi kedua negara berlangsung lumayan panjang, tiga jam lebih. Meski demikian, para wartawan itu terlihat dengan sabar menunggu. Ruang konferensi pers tak ada separonya Istana Merdeka, sehingga udara Teheran yang sebetulnya dingin jadi terasa gerah.

Kota Teheran sedang menyongsong musim semi. Pohon-pohon kebanyakan masih meranggas. Beberapa puncak gunung yang mengitari ibu kota Iran ini masih diselimuti salju.

Pada saat jumpa pers siangnya Ahmadinejad terang-terangan memuji sikap abstain Indonesia sebagai langkah yang bisa memengaruhi citra tentang Dewan Keamanan PBB. "Itu sikap yang adil," katanya.

Ahmadinejad yakin kehadiran Indonesia sebagai anggota tidak tetap di DK PBB bisa memengaruhi lembaga ini untuk menjaga perdamaian dunia. Sebagai negara

besar di Timur Tengah dan Asia Tenggara, mantan wali kota Teheran itu yakin Iran dan Indonesia bisa berperan dalam percaturan ekonomi serta mencari solusi bagi konflik di Palestina, Afghanistan, Iraq, dan lain-lain.

"Beliau adalah saudara saya," kata Ahmadinejad. Dia juga berjanji lebih banyak mengajak SBY membicarakan persoalan-persoalan kenegaraan bersama.

Usai jumpa pers, acara dilanjutkan jamuan santap siang. Ahmadinejad dan SBY lalu keluar dengan berjalan kaki dari kantor kepresidenan. Bak "saudara", keduanya saling menebar senyum dan lambaian tangan kepada para wartawan.

Jarak ke tempat makan siang itu sekitar 100 meter dari kantor presiden. Di luar dugaan, saat pintu gerbang kantor kepresidenan dibuka, beberapa gadis SD yang masih membawa tas sekolah mencegat SBY dan Ahmadinejad. Mereka berceloteh bareng dalam bahasa Iran. Rupanya, rombongan bocah itu ingin mengajak tamu negara Iran dan minta tanda tangan. SBY benar-benar sedang punya banyak fans di Iran. (*/kim)