Wednesday, March 26, 2008

The Servant


A Simple Story About the True Essence of Leadership


In order to lead, you must serve. Ini adalah premis utama dari “The Servant” karya James C. Hunter. Premis utama tersebut didiskusikan dalam “The Servant” melalui kisah John Daily, seorang business executive yang mulai kehilangan posisinya sebagai bos, suami, ayah dan pelatih. Diceritakan kemudian John Daily mengasingkan diri selama seminggu ke sebuah Benedictine Monastery untuk memusatkan dan menemukan kembali keseimbangan pikirannya. Selama pengasingannya tersebut, legenda Wall Street tersebut menemukan perspektif baru tentang leadership, yaitu servant leadership.

10 Atribut Cinta dan Kepemimpinan
Buku karya James C. Hunter ini menyebutkan ada beberapa atribut kunci dari seorang servant leader. Secara tidak sengaja, ternyata ini juga merupakan atribut dari Cinta,
yang pernah dibahas orang sebelumnya sebagai perilaku yang baik terhadap sesama.

• Sabar (patient) – bisa menunjukkan self-control
• Baik (kind) – memberikan perhatian, apresiasi, dan dorongan
• Rendah hati (humble) – berwibawa tanpa pretensi atau arogansi
• Menghormati (respectfull) – memperlukan setiap orang sebagai orang penting
• Tidak egois (selfless) – memenuhi kebutuhan orang
• Pemaaf (forgiving) – marah pada tempatnya namun kemudian memaafkan
• Jujur (honest) – bebas dari kecurangan
• Komitmen (commitment) – konsisten dengan pilihan

Semua atribut perilaku tersebut akan mendorong kita untuk mau melayani dan berkorban kepasa sesama. Hal ini dapat berarti bahwa mengesampingkan keinginan dan kebutuhan pribadi untuk fokus kepada apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

The Law of the Harvest
Ingat: ”anda akan menuai apa yang anda tanam”. Agar supaya otoritas atau pengaruh anda dapatkan, harus diciptakan lingkungan yang tepat dan pemeliharaan perilaku yang dibutuhkan secara konsisten. Ibaratnya dalam sebuah taman, agar supaya tanaman bisa tumbuh baik dan subur maka dibutuhkan tanah, sinar matahari, air, pupuk dan cara perawatan yang benar. Satu hal yang mungkin kita tidak dapat terlalu yakin adalah kapan sebenarnya bunga-bunga yang kita tanam tersebut akan mekar. Tanamkan pada pikiran kita bahwa pengaruh (influence) bukanlah sebuah biji kacang yang akan berbuah dalam semalam, tapi ia adalah sesuatu yang membutuhkan waktu untuk tumbuh berkembang.

The Rewards of Leading with Authority
Memimpin dengan otoritas memungkinkan kita untuk memiliki misi personal, yaitu: untuk melayani orang yang kita pimpin, untuk mendengarkan apa yang dia butuhkan, untuk memberikan penghargaan dan pengakuan, untuk menunjukkan kebaikan, dan untuk bersikap jujur. Ketika “servant leadership” ini telah menjadi etos dalam kehidupan kita, maka yakinlah orang akan berbaris untuk mengikuti apa yang anda inginkan.

Dengan melayani orang lain dan mencintai tetangga kita, maka otomatis kita juga sedang menjalankan doktrin dari semua agama. Kita juga akan menjadi manusia yang matang secara psikologis dan spiritual, dimana hal tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang dalam kehidupannya.

Ketika resep tersebut di atas dijalankan dengan benar, maka hadiah terpenting yang akan kita dapatkan adalah kesenangan dan kebahagiaan. Yaitu ketika kita mengutamakan kepentingan orang lain maka kita akan terbebas dari belenggu self-centeredness.

Dr. Albert Schweitzer mengatakan: ”I don’t know that your destiny will be, but one thing I do know. The only ones among you who will be really happy are those who will have sought and found how to serve”.

Nabi Islam, Rasulullah SAW mengatakan pula: “Manusia terbaik di antara kalian adalah dia yang paling bermanfaat (melayani) bagi orang lain”.

Siapkah kita untuk memiliki sikap “melayani”? [undzurilaina].

3 comments:

  1. dunia cinta memang tidak ada matinya untuk diulas.
    salam kenal

    ReplyDelete
  2. Terima kasih, mas Antown. Salam kenal juga..

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete