Friday, November 7, 2008

Bingung


Suatu waktu saya dapat SMS dari Indosat yang berbunyi kira2: “Bingung car tempat kongkow? Ketik Reg …”. Membaca SMS tsb saya jadi geli dan juga bingung sekaligus. Masak iya sich cari tempat kongkow saja bisa jadi suatu masalah yang layak untuk dibingungkan??


Menjelang lebaran kemarin, ada salah seorang tetangga orang tua saya yg bingung karena belum belikan baju baru yang dimaui anaknya. Padahal semua orang tahu bahwa ia sehari-harinya masih sangat sering kelabakan untuk biaya makan sehari-hari. Lantas saya mikir lagi, apakah memang masalah baju baru menjadi sebegitu prioritasnya untuk dibingungkan olehnya? Kalaupun misalnya ada dana yang cukup untuk beli baju baru, apakah nggak lebih penting untuk dibuat cadangan makan saja? Atau dibuat bikin gerobak gorengan di simpang sana agar besok2 dia nggak perlu lagi kelabakan kemana2??

Di kesempatan dan tempat yang lain lagi, saya ketemu dengan seorang manajemen perusahaan yang kebingungan untuk menyalurkan dana yang sudah dianggarkan untuk tahun berjalan. Saya terus mikir, “Lah dulu planningnya kumaha sih kok bisa ada budget tapi nggak tahu buat apaan?”. Dan kasus seperti ini sering dijumpai. Sama seringnya dengan perusahaan2 yang terpaksa tutup karena cash flow yang bingung akibat tidak dapat proyek.

Jadi sebenarnya apa sih yang bisa ditarik dari fenomena “bingung” ini?

Pertama, bahwa penyebab kebingungan bisa berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya. Untuk memahami kebingungan seorang seringkali kita harus melepaskan kacamata kita dan menggunakan kacamata yg digunakan orang tsb.

Kedua, terkadang karena kurang berfikir jernih, kita membingungkan sesuatu yang semestinya tidak perlu dibingungkan. Ketidak berhasilan kita menentukan skala prioritas permasalahan membuat kita membingungkan sesuatu yang kurang penting/pantas untuk dibingungkan. First thing First, kata Steven Covey. Dahulukan yang lebih penting ketimbang yang penting, kata para ahli fiqih.

Ketiga, Seseorang bingung pada dasarnya karena dia kurang memiliki pengetahuan dan petunjuk yang cukup tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Kebingungannya akan hilang dengan sendirinya ketika dia sudah memiliki pengetahuan/petunjuk yang cukup tentang permasalahannya. Oleh karena itu sering kali kebingungan bisa menjadi pemicu seseorang untuk menambah pengetahuan. Terkadang karena bingung juga bisa menyambung silaturahim dengan orang lain karena harus menghubungi orang lain untuk bertanya, konsultasi, belajar, dsb.

Bahkan “bingung/keraguan” yang positif ini dianjurkan untuk selalu kita pegang. Imam Ali bin Abi Thalib kw pernah berkata: “Tak seorangpun dapat menemukan kebenaran sebelum ia sanggup berfikir bahwa jalan kebenaran itu sendiri mungkin salah.” Karena sikap bahwa pendapat kita saat ini mungkin salah, maka kita jadi terpacu untuk terus mengkaji, belajar dan belajar terus untuk menemukan yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Terakhir, di milis alumni SMA saya, ada salah seorang teman berkata: “punya uang bingung, nggak punya uang bingung. Mendingan kawin aja…”. Kali ini saya jadi bingung, mau jawab apa. Speechless! [undzurilaina]

No comments:

Post a Comment