Anggukan dan gelengan merupakan sebuah gerakan kepala ke atas-bawah dan ke kanan-kiri. Pada umumnya gerakan tersebut merupakan ekspresi persetujuan dan penolakan terhadap sesuatu. Jika kita ditanya, kapan Anda akan menganggukkan kepala? Maka jawabannya adalah ketika kita setuju terhadap sesuatu yang disampaikan oleh lawan bicara kita. Dan akan menjawab ketika kita menolak terhadap sesuatu yang disampaikan oleh lawan bicara kita, jika kita ditanya kapan Anda akan menggelengkan kepala?
Setuju? (please dua pertanyaan diatas jangan dijawab dengan ketika kita senam pagi..hehe)
Tapi tahukah kita bahwa gerakan kita (anggukan/gelengan, senyuman manis/kecut, dll) itu dapat berpengaruh kepada pendapat kita mengenai apa yang kita dengarkan atau kita lihat dari sumber/penyampai informasi?
Ada sebuah penelitian menarik mengenai hal ini pernah dilakukan oleh sebuah perusahaan pembuat headphone berteknologi canggih. Penelitian dengan tajuk studi riset pasar ini dilakukan terhadap segmen mahasiswa yang diberi pengarahan bahwa tujuan riset ini adalah untuk menguji kinerja headphone ini ketika pemakai sedang bergerak seperti menari atau sekedar menggoyang-goyangkan kepalanya.
Semua mahasiswa tadi kemudian mendengarkan lagu-lagu dari Linda Rondstant dan The Eagles, namun setelah itu lagu-lagu tersebut digantikan oleh sebuah ulasan mengenai kenaikan biaya SPP kuliah mereka. Sepertiga diantara mereka diminta mengangguk-anggukan kepalanya ketika mendengarkan ulasan tersebut. Sepertiga lagi diminta menggeleng-gelengkan kepalanya, dan sepertiga sisanya diminta tidak menggerakkan kepalanya.
Setelah selesai, para mahasiswa tadi disodori semacam kuesioner pendek yang menanyakan tentang mutu lagu dan pengaruh gelengan/anggukan kepala terhadapnya. Dan yang paling menarik adalah pertanyaan terakhir dari kuesioner tersebut, yaitu: “Menurut Anda berapakah biaya SPP yang paling tepat untuk mahasiswa S1?”.
Kelompok mahasiswa yang tidak menggerakkan kepalanya, tidak begitu peduli dengan ulasan berita soal SPP. Menurut mereka, seharusnya SPP itu yaa kurang lebih seperti SPP yang sekarang ini.
Sementara kelompok mahasiswa yang diminta menggelengkan kepalanya selama mendengarkan ulasan, mereka menolak keras rencana kenaikan SPP yang disampaikan tersebut. Bahkan mereka minta penurunan biaya SPP tersebut, padahal sebenarnya mereka hanya diminta untuk menguji kualitas headset saja.
Sementara itu kelompok mahasiswa yang diminta mengangguk-anggukan kepalanya, berpendapat bahwa ulasan tersebut sangat persuasif dan logis. Mereka setuju dengan rencana kenaikan SPP walaupun tidak setinggi rencana yang disampaikan pada ulasan tersebut. Artinya mereka setuju terhadap kebijakan yang akan membuat kantong mereka (atau orang tua mereka) dikuras.
Penelitian diatas merupakan salah satu dari sekian penelitian yang menyimpulkan bahwa gerak tubuh dan ekspresi seseorang akan berpengaruh terhadap pendapat lawan bicara/lihatnya. Dalam kasus ini anggukan dan gelengan berpengaruh terhadap persetujuan/penolakan seseorang.
Saya ingat adanya penelitian diatas karena dalam beberapa waktu terakhir ini kebetulan beberapa teman saya sedang sering berurusan dengan beberapa konsultan expatriate asal India. Dimana di India berlaku konvensi yang berkebalikan soal anggukan dan gelengan kepala ini. Menggelengkan kepala di India itu justru merupakan isyarat persetujuan. Dan itu ternyata cukup membuat “benturan peradaban” yang cukup menghambat komunikasi dari beberapa personil lokal yang belum memahaminya di awal.
Salah seorang klien yang punya karakter lugas dan bergenre “suroboyoan” sempat emosi dibuatnya. Dia kesal karena apa yang dia sampaikan selalu ditanggapi dengan gelengan kepala, maka kemudian habislah stok kesabarannya.
Dengan suroboyan english nya dia bilang: “What do you mean with geleng-geleng (sambil memeragakan)?! Sampeyan tuh must understand!!!"
See?! Betapa dahsyatnya pengaruh hanya sekedar anggukan/gelengan kepala.[undzurilaina]