Thursday, January 27, 2011

Antara SBY dan Arnold Schwarzenenger

Ribut-ribut soal Pak SBY yang curhat tentang gaji presiden yang tidak pernah naik
mengingatkan saya pada sosok Arnold_Schwarzenegger, mantan gubernur California.
Arnold mulai menjabat sebagai gubernur pada bulan November 2003, terpilih kembali di tahun
2006 dan baru saja pensiun bulan Januari ini. Apa yang mengingatkan saya pada bintang film yang film-filmnya selalu laris manis di pasaran ini?
Sama dengan Pak SBY, soal gaji.
Bedanya, Arnold menolak digaji selama dia menjabat sebagai gubernur yang jumlahnya sebesar 175
ribu dollar per tahun.

Bukan hanya tidak digaji, dia juga harus merelakan kehilangan penghasilan dari
bermain film selama dia menjadi gubernur. Dalam wawancara dengan harian Krone
di Vienna, Austria, negara asal Terminator ini minggu lalu, Arnold menyebutkan
bahwa selama menjabat sebagai gubernur dia merugi secara finansial, minimal 200 juta dollar, baik dari gaji gubernur yang tidak pernah dia ambil apalagi dari bayaran bermain film
yang selama ini dia tidak bisa lakoni. Tetapi menurutnya, mengabdi sebagai
gubernur lebih berharga dari jumlah uang sebesar itu.

Mengapa Arnold mau tidak digaji? Mungkin karena dia sudah memiliki kekayaan yang
ditaksir sebesar 200 juta dollar ketika dia meninggalkan Hollywood
tujuh tahun lalu untuk menjadi gubernur negara bagian yang sudah bangkrut ini.
Dengan kekayaan sebesar itu, Arnold merasa yakin bisa hidup tanpa digaji dan menyerahkan gajinya kembali ke kas negara bagian untuk dipakai untuk kepentingan lain. Dia ingin benar-benar mengabdi kepada rumah barunya ini.

California mengalami krisis ekonomi di awal tahun 2000-an. Dimulai dengan jatuhnya harga saham perusahaan-perusahaan internet atau perusahaan dot.com. Setelah mengalami
kejayaan dari tahun 1995, gelembung saham pecah, California terkena imbas yang parah karena lembah silikon atau silicon valley, markas perusahaan-perusahaan ini terletak di California bagian utara. Banyak perusahaan yang bangkrut membuat banyak orang yang
menganggur, bisnis lokal mati dan pemerintah tidak mendapat pemasukan.

Krisis ini disusul dengan krisis listrik tahun 2001. Walaupun warga California harus membayar rekening listrik tiga kali lebih besar dari sebelumnya tetapi tidak ada jaminan pasokan listrik
akan stabil. Setiap hari terjadi pemadaman listrik. Gubernur Gray Davis dianggap lamban dalam menyelesaikan masalah ini. Setelah krisis listrik dapat diatasi, timbul lagi krisis baru, yaitu krisis moral di lingkungan kantor gubernur. Beberapa orang dekat gubernur terbukti menerima dana kampanye (Davis berencana maju lagi dalam pemilu 2002) dari perusahaan yang sebelumnya diberi kontrak dengan nilai yang sudah di-mark-up. Mereka dipecat, tetapi Gubernur Davis selamat, bahkan terpilih lagi menjadi gubernur.

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Davis harus menghadapi defisit anggaran yang besarnya 38,2 milyar dollar, lebih besar dari gabungan jumlah defisit seluruh negara bagian lain.
Karena defisit, pajak dan tarif pelayanan umum dinaikkan berlipat-lipat membuat rakyat marah. Rakyat tidak mau lagi dipimpin oleh Davis, mereka meminta Davis dilengserkan melalui pemungutan suara yang dikenal dengan nama recall election.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, California untuk pertama kalinya mengadakan recall election yang diadakan pada tanggal 7 Oktober 2003. Ada dua pertanyaan yang diajukan, pertama, setuju atau tidak setuju kalau Davis di-recall. Kalau setuju, masuk ke pertanyaan kedua, yaitu siapakah dari empat calon pengganti (salah satunya Arnold) yang dipilih untuk menggantikan Davis.
Hasil election, Davis di-recall oleh rakyat dan Arnold terpilih sebagai gubernur baru.

Beberapa saat setelah dilantik sebagai gubernur, 17 November 2003, Arnold
mengumumkan pembatalan beberapa kebijakan yang diambil oleh Davis yang dirasa memberatkan rakyat. Dia juga mengumumkan tekadnya untuk memotong pengeluaran negara bagian dimulai dari dirinya sendiri dengan cara tidak mau menerima gajinya sebagai gubernur. Janji yang dipegangnya teguh sampai dia pensiun bulan Januari ini.

Saat ini California dipimpin oleh gubernur baru (muka lama) yaitu Jerry Brown, yang pernah menjabat sebagai gubernur negara bagian yang sama dari tahun 1975-1983. Brown menghadapi
masalah yang sama, defisit anggaran, yang besarnya 25,4 milyar dollar.
Siapapun yang menjadi gubernur di Amerika saat ini memang harus menghadapi
masalah defisit anggaran.

Sikap Arnold yang menolak untuk menerima gaji sebagai gubernur menjadi inspirasi
gubernur atau calon gubernur lain. Meg_Whitman, lawan Brown di pemilihan lalu dalam kampanyenya menyatakan akan bekerja tanpa bayaran bila terpilih sebagai gubernur. Jon_Corzine, sewaktu menjadi gubernur New Jersey dari tahun 2006 – 2010 hanya mau digaji sebesar 1 dollar setahun. Phil_Bredesen, gubernur Tennesse periode 2003 – 2011, sama seperti Arnold, bekerja tanpa dibayar. Di tingkat walikota, Michael_Bloomberg di kota New York hanya mau digaji sebesar 1 dollar setahun.

Janet Napolitano (hlswatch.org)

Kalau kesemua nama di atas tidak mau menerima gaji karena mereka adalah
milyuner yang tidak butuh uang tambahan, ada yang menerima gaji
seperti biasa tetapi menolak kenaikan gaji. Janet_Napolitano
ketika menjadi gubernur Arizona dari tahun 2003 – 2008 menolak kenaikan gaji,
sampai sekarang gaji gubernur Arizona (yang dijabat oleh Jan Brewer) hanya
sebesar 95 ribu dollar per tahun, jauh di bawah rata-rata gaji
gubernur Amerika yang besarnya 130 ribu dollar per tahun. Sedangkan rekor gaji
gubernur terrendah dipegang oleh gubernur negara bagian Maine yang dijabat oleh Paul_LePage. Negara bagian ini terakhir menaikkan gaji gubernurnya pada tahun 1987, dari
35 ribu dollar menjadi 70 ribu dollar per tahun. Sampai sekarang, setelah 23
tahun, jumlah itu tidak bertambah.

Kembali ke soal curhat Pak SBY soal gaji yang tidak pernah naik. Tulisan ini tidak
untuk menganjurkan Pak SBY untuk tidak menerima gaji seperti yang pernah
dilakukan oleh Arnold Schwarzenneger. Juga tidak untuk meniru Michael Bloomberg
yang hanya mau digaji 1 dollar saja per tahun. Maksud dari tulisan ini adalah
memberikan gambaran kalau ada pejabat seperti gubernur Janet Napolitano yang
tidak pernah curhat soal gaji bahkan menolak ketika gajinya akan dinaikkan. Ada juga orang seperti LePage yang mau menjadi gubernur dengan gaji yang sangat kecil kalau
dibandingkan dengan gaji seluruh gubernur lain.

Napolitano pastilah sudah tahu jumlah gaji yang akan diterima sebelum dia maju dalam
pemilihan gubernur. Karena itu selama menjabat dia tidak pernah mengeluh,
bahkan membuktikan kalau dengan gaji sebesar itu dia bisa hidup nyaman jadi
tidak perlu mendapat tambahan gaji. Demikian juga LePage, pasti dia sudah tahu
berapa gaji seorang gubernur negara bagian Maine. Saya percaya LePage nantinya tidak
akan mengeluh soal gaji yang kecil itu karena kalau dia menganggap gaji
gubernur tidak akan cukup menghidupi keluarganya tentulah dia tidak akan maju
dalam pemilihan gubernur lalu.

Saya yakin Pak SBY dulu waktu maju dalam pemilu presiden sudah tahu berapa gaji dan
tunjangan seorang presiden RI. Kalau memang merasa gaji dan fasilitas yang
didapat dirasa tidak cukup sebaiknya tahun 2009 lalu tidak lagi mencalonkan
diri sebagai presiden. Tetapi tidak apalah, walaupun sudah terlanjur menjabat
di periode kedua ini, masih belum terlambat sebenarnya. Masih bisa mengundurkan
diri untuk mencari pekerjaan lain yang dapat memberikan penghasilan yang lebih
memuaskan. Sebenarnya merupakan suatu kehormatan bagi rakyat Indonesia
seandainya bisa memberikan yang terbaik bagi presiden mereka termasuk menaikkan
gaji dan tunjangan, tetapi sayang sampai saat ini rakyat masih belum mampu
melakukan itu.

Maafkan kami, Pak SBY, semoga lekas mendapat pekerjaan baru…[]
sumber:
http://politik.kompasiana.com/2011/01/22/antara-sby-dan-arnold-schwarzenneger/