Teman itu ada DUA, kata motivator yang sedang naik daun dengan “the Golden Ways” nya. Jenis teman yang pertama adalah teman yang memperlakukan dirinya di hadapan temannya sebagai orang penting sehingga mendapatkan pengakuan dari temannya itu bahwa dia itu orang penting. Sedangkan jenis teman yang kedua adalah seseorang yang selalu memperlakukan temannya itu sebagai orang penting.
Teman jenis pertama akan bilang ke para temannya bahwa dia adalah orang penting, sembari secara tersirat/tersurat mengatakan bahwa ia lebih penting dibanding temannya itu. Dia adalah orang yang berpengalaman di sebuah bidang sambil secara tersirat/tersurat mengatakan bahwa temannya itu masih “ingusan” dibanding dia. Dan seterusnya ia menganggap dia lebih penting dari temannya dan berusaha menganggap temannya itu mengakui ke-“penting”-annya.
Sedangkan teman jenis kedua justru sebaliknya, dia berusaha memperlakukan temannya lebih penting dari dirinya. Meletakkan kepentingan temannya di atas kepentingan dirinya. Sehingga seluruh teman-temannya menganggap dia adalah orang penting setelah menemuinya.
Masih di dalam rangka bulan kelahiran Rasulullah SAW, mari kita lihat bagaimana beliau SAW memperlakukan teman-temannya. Rasulullah SAW selalu lebih dahulu mengucapkan salam ketika bertemu dengan sahabat-sahabatnya. The Greatest man ever lived itu SAW selalu memperlakukan secara personal setiap sahabat yang bertemu dengannya, menanyakan bagaimana keadaannya, bagaimana keluarganya, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan sahabatnya tersebut sehingga sahabatnya selalu merasa sebagai orang penting. Penghulu para nabi dan rasul SAW itu tak lupa menanyakan sahabatnya ketika pada beberapa saat tidak berjumpa. Beliau SAW yang meminta cincin besi yang sudah pudar milik sahabatnya yang kurang terkenal untuk dikenakannya hingga akhir hayatnya. Dan masih banyak lagi akhlak agung junjungan alam SAW tersebut kepada para sahabat-sahabatnya (bahkan juga terhadap yang memusuhinya).
Mufassir kondang kebanggaan Indonesia, ustadz Quraish Syihab (UQS) memberikan ulasan menarik terhadap ayat: “La qad ja’akum rasuulun min anfusikum….”, yang artinya “telah datang kepadamu seorang rasul dari golonganmu/sejiwa denganmu…”. UQS mengatakan bahwa dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Rasulullah yang datang kepada kita, bukan kita yang datang kepada beliau SAW. Itu menyiratkan bagaimana Rasulullah menganggap kita umatnya sebagai orang yang penting sehingga beliau SAW yang menghampiri bukan kita yang menghampiri beliau SAW. Kalau insan seagung Rasulullah SAW saja tidak segan menghampiri kita yang penuh dosa ini, lantas kenapa kita masih segan untuk mendahului menghampiri orang lain. Walaupun orang itu mungkin lebih muda atau lebih rendah jabatannya atau lebih2 lainnya yang membuat kita MERASA lebih dari dia. Demikian kurang lebih UQS mengulas potongan ayat “telah datang kepadamu..” di atas.
Kalau itu dikembalikan ke masing2 kita, teman yang seperti apakah kita ini? Teman yang lebih menginginkan orang lain menganggap kita penting sehingga teman kita merasa kurang penting dibanding kita? Atau sebagai teman yang menginginkan teman kita menjadi merasa penting.
Beberapa hari yang lalu waktu perjalanan ke Jakarta, saya melihat antrian panjang di pintu tol. Antrian itu disebabkan jalan tol yang ditutup sementara karena ada ORANG PENTING yang mau lewat. Benar saja selang beberapa menit, beberapa sedan mewah melintas dikawal polisi dan militer menggunakan mobil dan sepeda motor. Rupanya pak SBY mau lewat, jadi jalanan perlu dikosongkan. Sewaktu perjalanan pulang, sialnya saya bernasib serupa. Pintu masuk tol kota ditutup dengan penjagaan polisi, lalu lintas di arahkan ke jalan lain. selang beberapa menit ada deretan ORANG PENTING yang lewat. Kali ini mungkin sekelas menteri, anggota DPR atau pejabat sekelas lainnya karena saya lihat nomor platnya yang berangka cukup besar.
Mungkin pejabat atau orang yang ada disekelilingnya melakukan itu agar semua orang menghargai dia sebagai ORANG PENTING. Tapi justru buat saya, mereka itu bukan orang penting. Orang penting buat saya adalah orang yang menganggap urusan orang lain itu penting. Bukan orang yang mementingkan kepentingan dia di atas yang lain, apalagi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Duh..Nggak penting banget! Sungguh KASIHAN!! [undzurilaina]