Manusia adalah makhluk yang bebas. Bebas memilih yang baik atau yang buruk. Manusia telah diberi pesan mengenai mana yang baik dan mana yang buruk.
“Fa’alhamaha fujuuraha wa taqwaaha” (QS. As-Syams: 8)
Artinya:
Jadi kecenderungan baik dan buruk sudah diperkenalkan kepada seluruh manusia. Setiap jiwa telah ditunjukkan dua jalan, seperti yg juga dijelaskan pada surat sebelumnya (al-Balad:10): ”wa hadainaahu an-Najdain” (dan menunjukkan kepadanya dua jalan).
Jadi setiap manusia pada dasarnya telah diberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Seorang pencuri itu sebenarnya tahu bahwa perbuatannya itu tidak baik, buktinya ia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Seorang koruptor seringkali tidak bisa tidur nyenyak karena takut apabila apa yang telah dia lakukan. Itu karena dia sangat sadar bahwa apa yang dia lakukan itu tidak baik. Seorang yang berzina, sebenarnya juga tahu bahwa apa yang ia lakukan itu tidak baik. Buktinya ia pasti akan marah atau minimal tidak senang apabila ibunya atau saudara perempuannya diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
Hanya saja ada sebagian orang yang berusaha memupuk potensi-potensi baiknya tersebut dan ada sebagian lain yang malah merusaknya.
Sungguh akan beruntung orang yang menumbuhkan jiwanya dalam kesucian,
Dan sungguh akan merugi orang yang merusaknya (QS. As-Syams: 9-10)
Banyak hal yang dapat membuat seseorang menumbuhkan potensi baik tersebut, misalnya dengan pendidikan. Dan banyak hal pula yang dapat merusak potensi baik tersebut. Salah satu perusak yang ingin saya sebutkan disini adalah egoisme kelompok/sektarian.
Saya mengambil contoh itu, karena teringat sebuah cerita yang membuat saya bergidik dari sebuah khutbah jumat yang saya hadiri beberapa waktu yang lalu di dekat kantor. Waktu itu sang khatib bercerita pengalaman pribadinya ketika dalam sebuah perjalanan menggunakan mobil yang membawa rombongan ustadz. Ketika melewati salah satu ruas jalan di Lingkar Selatan Bandung, ada sebuah kecelakaan tabrak lari. Korbannya adalah seorang wanita yang merintih kesakitan karena barusan ditabrak dan penabraknya melarikan diri.
Sopir mobil pembawa rombongan ustadz tersebut karena rasa empatinya seketika langsung menghentikan mobil dan meminggirkannya. Pada saat itu sepertinya fitrah (potensi baik) yang ada di jiwanya seketika timbul untuk berusaha menolong wanita korban tadi. Tapi karena dia hanya seorang sopir, dia mesti minta izin ke rombongan ustadz yang sedang dibawanya tersebut. Ustadz-ustadz tersebut sambil mengamati korban wanita yang sedang kesakitan itu kemudian berkata:
Ustadz: ”Coba tanya dulu apa dia muslim atau bukan? Karena kelihatannya dia tidak pakai hijab!”
Sopir: ”(sambil agak ragu) oh...baik, Ustadz”.
Tak lama kemudian, sopir itu kembali dengan mengatakan kepada ustadz tersebut bahwa wanita itu adalah seorang muslim. Lebih mengejutkan lagi pertanyaan ustadz itu berikutnya:
Ustadz: ”coba tanyakan apa madzhab nya?”
Sopir pun kembali bertanya dan kembali dengan sebuah jawaban kepada si Ustadz tadi.
Ustadz tadi sepertinya masih belum puas juga dengan pertanyaan-pertanyaan..
Ustadz: ”dia pengikut ormas apa?”
Sang sopir yang makin bingung dengan sikap ustadz tersebut mau tak mau terpaksa bolak-balik hanya untuk memuaskan ego ustadz itu tanpa melakukan pertolongan kepada wanita yang sedang kesakitan itu.
Merinding saya mendengar cerita itu. Betapa egoisme kelompok/sektarian itu nyata-nyata telah merusak potensi berbuat baik yang ada pada diri manusia. Kita lihat malah sang sopir yang mungkin lebih sedikit ilmunya ketimbang si ustadz malah masih memupuk potensi baik berupa empatinya kepada sesama manusia.
Teringat salah seorang teman (althurab) yang mengingatkan kepada saya tentang hadits Rasulullah SAW berikut: ”Orang-orang yang memiliki kasih sayang, mereka akan dikasihi oleh Sang Maha Penyayang. Sayangilah siapa yang di bumi (tidak terbatas golongan/kelompok/madzhab/agama tetapi ”siapapun”), maka Yang di langit akan menyayangimu.”
Manusia telah diilhamkan pesan-pesan baik dan buruk. Itulah the divine message. Semoga kita termasuk orang yang senantiasa memupuk potensi baik kita, bukan malah merusaknya. Amien ya Allah.[undzurilaina]
manteb, itu ustadz apaan sih ?
ReplyDeleteItulah...Padahal menebar kasih sayang di muka bumi yg sebenarnya merupakan misi utama Rasulullah (dan tidak Aku utus engkau kecuali sebagai Rahmat bagi alam semesta) sering dilupakan gara2 fanatisme dan kebencian sektarian yg berlebihan. Padahal mestinya bahkan bukan hanya utk manusia saja kita harus kasih sayang, termasuk pada binatang, tumbuhan, dll. Semua yg butuh kasih sayang kita maka kita harus menyayanginya semampu kita.
ReplyDelete