DAVOS, JUMAT — Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan beranjak meninggalkan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Kamis (29/1), setelah menyebut Presiden Israel Shimon Peres sebagai "pembunuh." Sebutan itu dikumandangkan oleh Tayyip Erdogan sebagai bentuk keprihatinan terhadap sikap Shimon Peres yang mendukung operasi militer Israel di Gaza.
Peserta debat yang bertopik Gaza, seperti penasihat Presiden Barack Obama, Valerie Jarret, tersontak melihat Erdogan dan Shimon Peres terlibat debat sengit dengan nada tinggi dan penuh emosi. Dalam debat yang memanas itu, Peres tetap membela posisi Israel dalam serangan militer selama 23 hari terhadap militan Hamas.
Peres menerangkan, operasi militer Israel diberlakukan sebagai respons atas serangan roket Hamas selama 8 tahun yang diarahkan ke wilayah teritorial Israel. Saat menyampaikan pandangannya itu, Peres kerap kali melepas pandangannya ke Erdogan yang mengkritik pemblokadean Israel atas wilayah Gaza.
Erdogan menyebut pemblokadean itu sebagai penjara "terbuka" yang terisolasi dari belahan dunia lain. Erdogan menyampaikan keprihatinannya terhadap operasi militer Israel yang menewaskan sekitar 1.300 warga Palestina, lebih dari separuh di antaranya adalah warga sipil.
"Kenapa Hamas menembakkan roket? Tak ada pemblokadean terhadap Hamas sebelumnya," kata Peres dengan nada suara penuh emosional. "Kenapa mereka (Hamas) memerangi kami, apa yang mereka inginkan? Tak pernah ada kelaparan sebelumnya di Gaza."
Debat ini melibatkan Israel dan Turki sebagai pusat perhatian mengingat peran penting Turki sebagai moderator perdamaian Israel dengan Suriah. Erdogan menyampaikan kekecewaannya dengan mengenang upayanya mengadakan pendekatan perdamaian dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert sebelum Israel melancarkan operasi militer di Gaza.
"Saya sedih mengetahui peserta forum bertepuk tangan terhadap ucapanmu (Peres)," kata Erdogan. "Kamu pembunuh. Dan saya berpendapat tindakan itu sangat keliru." Emosi Erdogan memuncak saat seorang moderator panel memotong pernyataannya untuk menanggapi pembelaan Peres terhadap operasi militer Israel melawan Hamas.
Luapan kemarahan ini berlangsung menyusul diadakan debat selama 1 jam di forum yang dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia di Davos. Erdogan berupaya memojokkan Peres lewat sanggahannya saat debat akan berakhir dengan meminta moderator yang adalah kolumnis Washington Post, David Ignatius, memperkenankan menambah waktu baginya untuk berbicara.
"Saya masih ingat dengan anak-anak yang tewas di pantai-pantai," tegas Erdogan. Saat Erdogan diperintahkan menghentikan komentarnya, Erdogan dengan sikap gusar meninggalkan forum yang dihadiri panelis Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Sekretaris Liga Arab Amr Moussa.
"Anda mengetahui betul pembantaian terhadap warga Palestina," ujar Erdogan secara lantang kepada Peres. "Saya masih ingat 2 mantan perdana menteri di negaramu yang pernah mengaku senang saat tank-tank Israel berhasil menjejakkan kehadiran di tanah Palestina," tambahnya.
Saat moderator berupaya memotong pernyataan Erdogan dengan menjelaskan waktunya telah memasuki jam makan malam, Erdogan menyelanya dengan mengatakan: "Jangan interupsi saya. Kamu tidak mengizinkan saya untuk berbicara. Saya tidak akan ke Davos lagi," tegasnya.
Erdogan menekankan alasannya meninggalkan forum di Davos bukan karena perselisihannya dengan Peres. Erdogan menjelaskan tidak diberikan cukup waktu untuk menanggapi pernyataan Shimon Peres. Erdogan mengeluh karena Peres diberikan waktu 25 menit untuk menyampaikan komentar, sementara dirinya hanya diberi waktu 12 menit.
Jangan kau palingkan wajahmu dari kami, Tengoklah kami Yaa Rasulullah....
Saturday, January 31, 2009
Friday, January 30, 2009
Semangat Muqawwamah dan Merdeka atau Mati
Seorang ustadz lulusan perguruan tinggi Syiria pernah bercerita dalam sebuah forum mengenai pengalamannya dulu sewaktu beliau sekolah. Ada sebuah pengalaman menarik yang ingin saya ceritakan disini tentang hubungan Palestina dengan Indonesia. Pada suatu saat sang ustadz bersama teman-temannya berniat untuk melakukan perjalanan ke Palestina. Dalam perjalanan menuju kesana, rombongan bertemu dengan beberapa pemuda Palestina, dan kemudian mereka pun mulai berkenalan. Ketika sampai pada ustadz tadi, pemuda palestina tersebut menunjukkan ekspresi yang begitu gembira ketika mengetahui bahwa ustadz tersebut berasal dari Indonesia.
“Ahlan wa sahlan! kami bangsa Palestina sejak lama memiliki kedekatan dengan Bangsa Indonesia”, begitu kira2 sapaan orang palestina tadi kepada sang ustadz Indonesia itu. Merasa penasaran, sang ustadz pun bertanya apa pasalnya kok bisa bangsa Indonesia dekat dengan bangsa Palestina.
“Kami bangsa Palestina kini merupakan bangsa yang terjajah. Sudah sekitar 60 tahun ini kami berjuang dalam penjajahan Israel yang semakin ekspansif. Bangsa Palestina terus berjuang melawan penjajahan dengan semangat perlawanan (muqawwamah). Kami akan terus berjuang sampai kami mendapatkan hak kemerdekaan kami hingga titik darah penghabisan. Dalam hal ini di sekolah-sekolah, guru-guru kami seringkali memberikan contoh perjuangan bangsa indonesia dalam merebut kemerdekaan dengan semangat yang terkenal dengan Merdeka atau Mati. Bangsa Indonesia tidak kenal menyerah walaupun harus berjuang selama 350 tahun lamanya. Itulah salah satu sebab kedekatan kami dengan bangsa Indonesia, yaitu karena menginspirasikan semangat untuk merebut kemerdekaan. Jadi kalau misalnya kami belum berhasil merebut kemerdekaan saat ini, maka insya Allah anak-anak kami bisa mendapatkannya. Kalaulah anak-anak kami belum bisa, maka insya Allah cucu-cucu kami nanti yang bisa merebutnya. Dan seterusnya. .”, demikian kira-kira penjelasan pemuda palestina itu menjawab penasaran sang ustadz.
Bangsa Palestina saat ini merupakan satu-satunya bangsa di dunia yang masih dalam penjajahan, kalau kita tidak menganggap apa dilakukan oleh AS terhadap Iraq dan Afghanistan sebagai penjajahan. Sebagai bangsa yang dalam mukadimah undang2 dasarnya menyatakan dengan tegas bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini, kita sudah seharusnya mendukung Palestina dalam merebut kemerdekaannya. Apalagi kalau kita melihat dalam sejarah bahwa Palestina merupakan negara pertama bersama Mesir yang memberikan pengakuan atas kemerdekaan bangsa kita ini.
Sering saya baca pengamat, pejabat, penulis sampai dengan yang melabelkan dirinya dengan cendikiawan muslim masih ragu-ragu untuk membela bangsa Palestina. Mereka berkata bahwa bangsa Palestina yang melakukan perlawanan (seperti Hamas) merupakan penyebab terjadinya perang yang berkelanjutan. “Sudahlah, hentikan saja perlawanan, Israel itu menyerang karena diserang oleh kelompok-kelompok ekstrimis berjiwa teroris”, demikian kira2 kata para orang yang katanya pintar itu. Apakah mereka tidak menyadari bahwa apa yang kita semua dapatkan saat ini yaitu kemerdekaan bangsa ini merupakan hasil perjuangan yang tak kenal menyerah dari para pejuang yang dulu juga sering dibilang ekstrimis oleh para penjajah?! Apakah kemerdekaan dapat dicapai apabila para pejuang dulu mendengarkan nasihat2 “bijak” dari orang-orang “pintar” seperti mereka itu di zamannya?
Sungguh aneh!! Kalau memang tidak bisa membantu, sudahlah mendingan diam saja!
Tapi sekarang ini saya kira dunia sudah banyak mengetahui siapa sesungguhnya Israel, Amerika dan siapa sesungguhnya Palestina. Kemenangan adalah keberhasilan pencapaian tujuan. Ketika tujuan tercapai, maka dapat dikatakan dia menang. Dan jika tidak tercapai artinya kalah. Dalam serangan Gaza yang dimulai 27 desember yang lalu, Israel bertujuan untuk menumpas Hamas dan menghancurkan jalur-jalur pasokan untuk rakyat Gaza. Apa yang dihasilkan dari perang Furqan 22 hari itu? Apakah tercapai tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas? Justru sebaliknya, Hamas dikabarkan semakin kuat dan mendapat dukungan yang semakin luas. Dukungan dari segala penjuru dunia mengalir untuk Palestina dan mengutuk Israel. Sesuatu yang sebelumnya sangat susah didapatkan oleh Palestina dari dunia.
Semangat Muqawwamah dan “Merdeka atau Mati”, keduanya adalah semangat perlawanan dan perjuangan menuntuk kemerdekaan, semangat untuk menuntut keadilan atas kezaliman. Lebih dari 1300 tahun yang lalu, cucu Rasulullah SAW yang bernama al-Husain, berteriak lantang “Haihaat mina ad-dzillah!”, Pantang Hina terhadap imperium zalim Yazid. Waktu itu kalau dilihat secara materi, memang kelihatannya pihak al-Husain lah yang kalah karena dibantai dengan sangat sadis oleh pasukan Yazid bin Muawiyyah. Tapi karena peristiwa itulah, semua orang menjadi sadar siapakah sebenarnya Yazid sang penguasa zalim yang mengatas namakan dirinya amir al-mukminin. Untuk itu –menurut saya—selayaknya kita berikrar dalam diri untuk berdamai terhadap pihak yang berdamai terhadap keadilan, dan berperang terhadap pihak yang bermusuhan terhadap keadilan. Ana silmun li man salamahum, wa harbun li man harabahum. [undzurilaina]
“Ahlan wa sahlan! kami bangsa Palestina sejak lama memiliki kedekatan dengan Bangsa Indonesia”, begitu kira2 sapaan orang palestina tadi kepada sang ustadz Indonesia itu. Merasa penasaran, sang ustadz pun bertanya apa pasalnya kok bisa bangsa Indonesia dekat dengan bangsa Palestina.
“Kami bangsa Palestina kini merupakan bangsa yang terjajah. Sudah sekitar 60 tahun ini kami berjuang dalam penjajahan Israel yang semakin ekspansif. Bangsa Palestina terus berjuang melawan penjajahan dengan semangat perlawanan (muqawwamah). Kami akan terus berjuang sampai kami mendapatkan hak kemerdekaan kami hingga titik darah penghabisan. Dalam hal ini di sekolah-sekolah, guru-guru kami seringkali memberikan contoh perjuangan bangsa indonesia dalam merebut kemerdekaan dengan semangat yang terkenal dengan Merdeka atau Mati. Bangsa Indonesia tidak kenal menyerah walaupun harus berjuang selama 350 tahun lamanya. Itulah salah satu sebab kedekatan kami dengan bangsa Indonesia, yaitu karena menginspirasikan semangat untuk merebut kemerdekaan. Jadi kalau misalnya kami belum berhasil merebut kemerdekaan saat ini, maka insya Allah anak-anak kami bisa mendapatkannya. Kalaulah anak-anak kami belum bisa, maka insya Allah cucu-cucu kami nanti yang bisa merebutnya. Dan seterusnya. .”, demikian kira-kira penjelasan pemuda palestina itu menjawab penasaran sang ustadz.
Bangsa Palestina saat ini merupakan satu-satunya bangsa di dunia yang masih dalam penjajahan, kalau kita tidak menganggap apa dilakukan oleh AS terhadap Iraq dan Afghanistan sebagai penjajahan. Sebagai bangsa yang dalam mukadimah undang2 dasarnya menyatakan dengan tegas bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini, kita sudah seharusnya mendukung Palestina dalam merebut kemerdekaannya. Apalagi kalau kita melihat dalam sejarah bahwa Palestina merupakan negara pertama bersama Mesir yang memberikan pengakuan atas kemerdekaan bangsa kita ini.
Sering saya baca pengamat, pejabat, penulis sampai dengan yang melabelkan dirinya dengan cendikiawan muslim masih ragu-ragu untuk membela bangsa Palestina. Mereka berkata bahwa bangsa Palestina yang melakukan perlawanan (seperti Hamas) merupakan penyebab terjadinya perang yang berkelanjutan. “Sudahlah, hentikan saja perlawanan, Israel itu menyerang karena diserang oleh kelompok-kelompok ekstrimis berjiwa teroris”, demikian kira2 kata para orang yang katanya pintar itu. Apakah mereka tidak menyadari bahwa apa yang kita semua dapatkan saat ini yaitu kemerdekaan bangsa ini merupakan hasil perjuangan yang tak kenal menyerah dari para pejuang yang dulu juga sering dibilang ekstrimis oleh para penjajah?! Apakah kemerdekaan dapat dicapai apabila para pejuang dulu mendengarkan nasihat2 “bijak” dari orang-orang “pintar” seperti mereka itu di zamannya?
Sungguh aneh!! Kalau memang tidak bisa membantu, sudahlah mendingan diam saja!
Tapi sekarang ini saya kira dunia sudah banyak mengetahui siapa sesungguhnya Israel, Amerika dan siapa sesungguhnya Palestina. Kemenangan adalah keberhasilan pencapaian tujuan. Ketika tujuan tercapai, maka dapat dikatakan dia menang. Dan jika tidak tercapai artinya kalah. Dalam serangan Gaza yang dimulai 27 desember yang lalu, Israel bertujuan untuk menumpas Hamas dan menghancurkan jalur-jalur pasokan untuk rakyat Gaza. Apa yang dihasilkan dari perang Furqan 22 hari itu? Apakah tercapai tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas? Justru sebaliknya, Hamas dikabarkan semakin kuat dan mendapat dukungan yang semakin luas. Dukungan dari segala penjuru dunia mengalir untuk Palestina dan mengutuk Israel. Sesuatu yang sebelumnya sangat susah didapatkan oleh Palestina dari dunia.
Semangat Muqawwamah dan “Merdeka atau Mati”, keduanya adalah semangat perlawanan dan perjuangan menuntuk kemerdekaan, semangat untuk menuntut keadilan atas kezaliman. Lebih dari 1300 tahun yang lalu, cucu Rasulullah SAW yang bernama al-Husain, berteriak lantang “Haihaat mina ad-dzillah!”, Pantang Hina terhadap imperium zalim Yazid. Waktu itu kalau dilihat secara materi, memang kelihatannya pihak al-Husain lah yang kalah karena dibantai dengan sangat sadis oleh pasukan Yazid bin Muawiyyah. Tapi karena peristiwa itulah, semua orang menjadi sadar siapakah sebenarnya Yazid sang penguasa zalim yang mengatas namakan dirinya amir al-mukminin. Untuk itu –menurut saya—selayaknya kita berikrar dalam diri untuk berdamai terhadap pihak yang berdamai terhadap keadilan, dan berperang terhadap pihak yang bermusuhan terhadap keadilan. Ana silmun li man salamahum, wa harbun li man harabahum. [undzurilaina]
Thursday, January 29, 2009
KREATIFITAS PEJABAT INDONESIA ANTI KORUPSI
Setelah proyek multimilyar dollar selesai, sang dirjen kedatangan tamu bule wakil dari HQ kantor pemenang tender. Karena sudah 7 tahun di Jakarta jadi dia bisa cakap Indonesia.
Bule: "Pak, ada hadiah dari kami untuk bapak. Saya parkir dibawah mercy S320."
Dirjen : "Anda mau menyuap saya? ini apa-apaan? tender dah kelar kok. Jangan gitu ya, bahaya tau haree genee ngasih-ngasih hadiah."
Bule: "Tolonglah pak diterima. Kalau gak, saya dianggap gagal membina relasi oleh kantor pusat."
Dirjen: "Ah, jangan gitu dong. Saya gak sudi!!"
Bule: "Gini aja, pak. gimana kalau bapak beli saja mobilnya..."
Dirjen: "Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!!
Bule menelpon kantor pusat.
Bule: "Saya ada solusi, Pak. bapak beli mobilnya dg harga Rp.10.000,-saja."
Dirjen: "Bener ya? OK, saya mau, jadi ini bukan suap. Pake kwitansi ya.."
Bule: "Tentu, Pak.."
Bule itu kemudian menyiapkan dan menyerahkan kwitansi. Sang Dirjen membayar dengan uang 50 ribuan, mereka pun bersalaman.
Bule: "Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp.40.000,-."
Dirjen: "Gak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim saja 4 mobil lagi kerumah saya ya..."
Bule : @#$%^& !!!***
Bule: "Pak, ada hadiah dari kami untuk bapak. Saya parkir dibawah mercy S320."
Dirjen : "Anda mau menyuap saya? ini apa-apaan? tender dah kelar kok. Jangan gitu ya, bahaya tau haree genee ngasih-ngasih hadiah."
Bule: "Tolonglah pak diterima. Kalau gak, saya dianggap gagal membina relasi oleh kantor pusat."
Dirjen: "Ah, jangan gitu dong. Saya gak sudi!!"
Bule: "Gini aja, pak. gimana kalau bapak beli saja mobilnya..."
Dirjen: "Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!!
Bule menelpon kantor pusat.
Bule: "Saya ada solusi, Pak. bapak beli mobilnya dg harga Rp.10.000,-saja."
Dirjen: "Bener ya? OK, saya mau, jadi ini bukan suap. Pake kwitansi ya.."
Bule: "Tentu, Pak.."
Bule itu kemudian menyiapkan dan menyerahkan kwitansi. Sang Dirjen membayar dengan uang 50 ribuan, mereka pun bersalaman.
Bule: "Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp.40.000,-."
Dirjen: "Gak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim saja 4 mobil lagi kerumah saya ya..."
Bule : @#$%^& !!!***
Nasgitel, Rokok dan Usul Fiqih
Siang itu seperti biasa mas Bejo mampir ke wedangan Pak Min Senthung untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan lagi tugasnya melayani para customernya menggunakan becak kesayangannya yang sekarang diparkir persis di depan warung wedangan Pak Min.
Ketika masuk ke wedangan itu, mas Bejo melihat sudah ada beberapa orang yang memang pelanggan loyal wedangan Pak Min. Disitu diantaranya ada pakde Basuki yang lulusan sekolah agama, ada mas Ahmad yang lulusan pesantren kyai marbun, dan ada juga mas Andi yang sarjana komunikasi.
“Nasgithel, Pak!”, kata mas Bejo ke Pak Min mulai pesanan favoritnya yaitu teh nasgitel alias teh panas legi tur kenthel (panas, manis, kental). Tak berapa lama, nasgitel pun sudah terhidang di hadapan mas Bejo yang sudah mulai menyantap beberapa bakwan dan gorengan yang memang muantap dan khas wedangan Pak Min.
Seperti biasa setelah makan gorengan dan wedang nasgitel nya itu, mas Bejo mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari sakunya, dan “jress..sssshh..krtkkrtk..”, mas Bejo menyalakan dan mulai menghisap rokok kreteknya itu. Bau rokok kretek murahan itu pun langsung memenuhi wedangan Pak Min.
Bau rokok mas Bejo yang menyengat itu menyadarkan pakde Basuki dan mas Ahmad yang waktu itu lagi asyik ngobrol.
“Loh…sampeyan kok ijik ngrokok, Jo?!”, tanya pakde Basuki kepada mas Bejo dengan nada agak tinggi.
“Lha kenopo to pakde? Lak biasa wae to aku ben mrene lak yo ngrokok..?!”, jawab mas Bejo heran dengan pertanyaan pakde Basuki.
“Joo..Bejo..! Lha sampeyan opo ra weruh nek MUI ki wingi wis mengharamkan rokok…?! Lha nek ngerti haram terus tetep dilakoni yo dosa kowe, Jo!”, kata pakde Basuki.
“Lha nyuwun pangapunten, pakde. Kulo mboten ngertos kulo, lha wong kulo lak dinan2e lak nang ndalan dadi pilot, dadi mboten weruh. Emange knopo to pakde kok diharamne?”, jawab mas Bejo.
“Dadi ngene ceritane, Jo”, pakde Basuki memulai penjelasannya. Dalam menentukan hukum fiqih kuwi, para ulama nduwe metode utowo cara2 untuk menyimpulkan sesuatu itu haram, dianjurkan (sunnah), mubah, makruh utowo haram. Ilmu sing mempelajari kuwi jenenge ilmu “Ushul Fiqih”.
“Opo to kuwi kok nganggo usul2 barang, Pakde?”, tanya mas Bejo menyela.
“Sik to! menengo sik, Jo!”, kata pakde Basuki meminta mas Bejo mendengarkan dulu penjelasannya.
Dalam ilmu ushul fiqih kuwi ono macem2 kaidah sing digunakne karo para Ulama untuk menyimpulkan sebuah hukum. Sebagian ulama menganggap bahwa tidak semua urusan itu ada aturannya dalam al-Quran dan hadits kanjeng Nabi Muhammad SAW. Koyo masalah rokok iki sing menurut mereka gak ono aturane mergo jarene mulai ono setelah Colombus ketemu wong indian nang Amerika kono. Karena itu para ulama mengembangkan kaidah2 untuk memutuskan hukum seperti kaidah misale analogi utowo qiyas, menutup jalan2 atau sadd dhara’I, membuka jalan2 atau fathu dhara’I, pertimbangan kemaslahatan umat utowo maslahah mursalah, lan sak teruse.
“Opo meneeh kuwi?!”, mas Bejo tambah bingung.
“Sek to, menengo sek to. Ora crigis wae! Meh dilanjutne ora?!”, pakde Basuki mulai jengkel karena disela lagi oleh mas Bejo.
“Nggih…nggih.. Monggo diterusaken, Pakde”, kata mas Bejo meminta pakde meneruskan penjelasannya.
“Lha para Ulama sing mengharamkan rokok iki, pada umumnya menggunakan prinsip sadd dhara’I atau menutup jalan2 yang dapat menyebabkan kemudharatan pada individu maupun masyarakat. Nah karena kabew wong (termasuk pak dokter sing sok udud) mengatakan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, maka jalan menuju kebahayaan/kemudharatan kuwi kudu ditutup. Dadi kesimpulane rokok kuwi Haram hukume”, kata pakde Basuki mengakhir penjelasannya tentang kenapa rokok haram.
“sek..sek to, pakde! Ampun kesusu”, kata mas Ahmad menyela kesimpulan pakde Basuki yang menurutnya terlalu terburu-buru. Mas Ahmad sendiri merokok, karena kyainya dulu juga perokok berat. Menurut sing takpelajari seko kyai-ku ndisik, kesimpulane bedo karo kesimpulan sampeyan niku.
“Lha kyai sampeyan ndisik ngerti ushul fiqih opo ra?!”, tanya pakde Basuki ke mas Ahmad.
“Kyaiku ndisik yo ngerti ushul fiqih, ora mung njenengan thok sing ngerti. Kyaiku ndisik yo nggunake kaidah2 sing njenengan omong mau”, jawab mas Ahmad agak marah kyainya dipertanyakan keilmuannya.
“Lha terus piye ceritane lek ngono?”, kata pakde Basuki menantang mas Ahmad untuk menjelaskan bagaimana penjelasannya kok bisa kesimpulannya berbeda dengan kesimpulannya.
“Ngene, pakde. Koyo sing njenengan omong mau, nang ushul fiqih ki ono prinsip fathu dhara’I atau membuka jalan2 yang dapat menimbulkan kebaikan. Contone, rabi atau menikah kuwi lak apik, dadi segala hal-hal yang dapat membuka jalan menuju pernikahan yang baik, misale koyo biro jodoh sing apik, kuwi hukume yo dadi baik. Setuju nggak, Pakde?”, tanya mas Ahmad meminta persetujuan pakde basuki.
“Yoh..he’e, terus piye bab rokok mau?”, jawab pakde Basuki.
“Sik..sabar sithi to, Pakde! Saiki aku meh takon menurut njenengan nek bermasyarakat utowo bersilaturahim kuwi apik opo elek?”
“Yo apik no, piye to kowe ki kok mbulet wae penjelasane. Bab rokok ki piye?”, jawab pakde Basuki yang sudah nggak sabar menunggu jawaban dari mas Ahmad kenapa rokok bisa halal menurut mas Ahmad.
“Wis, njenengan ki kok nggak sabaran tenan to, Pakde! Lha merokok kuwi telah terbukti bisa memperlancar jalannya kita bermasyarakat dan bersilaturahim. Nek ngobrol karo ngrokok lak obrolan iso dadi nyantai lan akrab ngono to. Nha dadi rokok kuwi hukume yo dadi baik alias halal, malah iso2 cenderung sunnah! Itu karena dia bisa membuka jalan menuju silaturahim dan bermasyarakat yang baik”, jawab mas Ahmad dengan yakin mengakhiri penjelasannya tentang rokok.
Pakde Basuki terdiam bingung, kok bisa prinsip yang sama menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Yang satu bilang haram dengan alasan menutup kemudharatan, yang satu bilang halal dengan alasan membuka jalan kebaikan.
Mas Bejo tidak bisa menahan senyumnya karena lega ada yang membelanya untuk tetap menjadi ahli hisab rokok.
Mas Andi yang dari tadi diam mulai angkat bicara.
“Ehhmm2…aku boleh ikut ngomong nggak ini?”, mas Andi minta izin untuk berpendapat.
“Oh…monggo wae. Disini semua orang bebas berpendapat”, kata mas Ahmad menjawab.
“Nyuwun sewu, mas Ahmad. Tapi pendapat sampeyan itu menurutku lemah!”, kata mas Andi.
“Lha kok bisa?!”, tanya mas Ahmad dengan nada agak tinggi. Sementara Pakde Basuki memperoleh secercah harapan untuk mencari pembelaan terhadap pendapat awalnya bahwa rokok itu haram.
“Gini, mas Ahmad. Karena sampeyan bilang tadi bahwa rokok itu baik karena dapat membuka jalan ke bermasyarakat dan bersilaturahim yang baik, maka mestinya kesimpulan hukumnya adalah bahwa merokok itu boleh kalau dihisapnya secara bersama2 sambil bersilaturahim. Jadi kalau merokoknya sendirian di jamban, habis makan, temen minum kopi, dan sejenisnya maka hukumnya menjadi haram menggunakan prinsip yang dibilang pakde Basuki?!”, kata mas Andi.
Kali ini semua jamaah wedangan pak Min menjadi bingung.
“Bingung ya?!”, tanya mas Andi.
Mas Andi pun meneruskan penjelasannya mengenai tata-cara ulama dalam menyimpulkan hukum.
Ada lagi kelompok ulama lain yang meyakini bahwa tidak ada segala sesuatu di muka bumi ini yang nggak ada aturannya dalam nash (Quran dan hadits), baik yang bersifat umum/khusus, mutlak/bersyarat, tersurat/tersirat, dsb. Dalam surat al-Anam, Allah SWT berfirman yang artinya Tiadalah kami lupakan sesuatupun dalam kitab ini (al-Quran).
Karena itu dalam hal rokok ini para ulama mencoba mencari nash yang mengisyaratkan ke arah itu. Kemudian misalnya ditemukan ayat yang mengatakan bahwa menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. Nah, tugas para ulama atau mujtahid lah yang menentukan apakah rokok itu termasuk sesuatu yang baik atau buruk. Dan terkadang kesimpulan yang dihasilkan bisa bergantung pada kondisi-kondisi tertentu, bergantung pertimbangan mujtahid. Adapun jika para ulama tidak berhasi melakukan penyimpulan hukum maka berlakulah kaidah-kaidah penerapan seperti al-bara’ah (terserah, semuanya boleh), ihtiyath (prinsip kehati-hatian), dsb.
Alhasil, terlepas dari soal rokok ini, ilmu fiqih ini memang kompleks. Kalau kita tahu kompleksitas ilmu fiqih ini semestinya kita tidak gampang2 menghakimi suatu pendapat benar atau salah. Memang seharusnya urusan seperti ini diserahkan kepada ahlinya”, kata mas Andi mengakhiri penjelasannya.
Semua jamaah majelis wedangan Pak Min pun terdiam. Sebagian mengangguk-angguk, sebagian lagi Cuma diam terpana mendengar penjelasan mas Andi yang sarjana komunikasi itu tapi bisa lebih bijak dari seorang yang memang mempelajari agama secara khusus. Mungkin karena terlalu yakin dengan kebenaran gurunya masing-masing sehingga dia menganggap bahwa kebenaran hanyalah miliknya, yang lainnya salah.
Pak Min yang dari tadi cuman ndengerin perdebatan seputar permasalahan hukum fiqih ini mulai nggak sabar untuk berkomentar. “Mangkane awake dewe kabeh ki lak wong awam to masalah iki. Lha takon masalah ngene kok nang wong awam. Wong tuwa ku ndisik tau pesen nang aku. Intine sebagai awam, awake dewe ki mesti memahami Quran lan hadits ki seko para ahline. Lha nek takon hukum nang wong awam ki podo karo mbek wong edan!”, kata Pak Min.
Kata2 Pak Min itu membuat para jamaah wedangan Pak Min saling menatap satu dengan lainnya, lalu serentak berteriak: “wooo…lha dadi wong edyan kabeeh iki!! Hahahahaha…”. Semua jamaah menyadari bahwa tidak seharusnya kita terburu2 menghakimi pendapat lain sebagai salah atau sesat, kecuali kalau mau dibilang sebagai "orang gila" seperti kata Pak Min tadi. [undzurilaina]
Ketika masuk ke wedangan itu, mas Bejo melihat sudah ada beberapa orang yang memang pelanggan loyal wedangan Pak Min. Disitu diantaranya ada pakde Basuki yang lulusan sekolah agama, ada mas Ahmad yang lulusan pesantren kyai marbun, dan ada juga mas Andi yang sarjana komunikasi.
“Nasgithel, Pak!”, kata mas Bejo ke Pak Min mulai pesanan favoritnya yaitu teh nasgitel alias teh panas legi tur kenthel (panas, manis, kental). Tak berapa lama, nasgitel pun sudah terhidang di hadapan mas Bejo yang sudah mulai menyantap beberapa bakwan dan gorengan yang memang muantap dan khas wedangan Pak Min.
Seperti biasa setelah makan gorengan dan wedang nasgitel nya itu, mas Bejo mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari sakunya, dan “jress..sssshh..krtkkrtk..”, mas Bejo menyalakan dan mulai menghisap rokok kreteknya itu. Bau rokok kretek murahan itu pun langsung memenuhi wedangan Pak Min.
Bau rokok mas Bejo yang menyengat itu menyadarkan pakde Basuki dan mas Ahmad yang waktu itu lagi asyik ngobrol.
“Loh…sampeyan kok ijik ngrokok, Jo?!”, tanya pakde Basuki kepada mas Bejo dengan nada agak tinggi.
“Lha kenopo to pakde? Lak biasa wae to aku ben mrene lak yo ngrokok..?!”, jawab mas Bejo heran dengan pertanyaan pakde Basuki.
“Joo..Bejo..! Lha sampeyan opo ra weruh nek MUI ki wingi wis mengharamkan rokok…?! Lha nek ngerti haram terus tetep dilakoni yo dosa kowe, Jo!”, kata pakde Basuki.
“Lha nyuwun pangapunten, pakde. Kulo mboten ngertos kulo, lha wong kulo lak dinan2e lak nang ndalan dadi pilot, dadi mboten weruh. Emange knopo to pakde kok diharamne?”, jawab mas Bejo.
“Dadi ngene ceritane, Jo”, pakde Basuki memulai penjelasannya. Dalam menentukan hukum fiqih kuwi, para ulama nduwe metode utowo cara2 untuk menyimpulkan sesuatu itu haram, dianjurkan (sunnah), mubah, makruh utowo haram. Ilmu sing mempelajari kuwi jenenge ilmu “Ushul Fiqih”.
“Opo to kuwi kok nganggo usul2 barang, Pakde?”, tanya mas Bejo menyela.
“Sik to! menengo sik, Jo!”, kata pakde Basuki meminta mas Bejo mendengarkan dulu penjelasannya.
Dalam ilmu ushul fiqih kuwi ono macem2 kaidah sing digunakne karo para Ulama untuk menyimpulkan sebuah hukum. Sebagian ulama menganggap bahwa tidak semua urusan itu ada aturannya dalam al-Quran dan hadits kanjeng Nabi Muhammad SAW. Koyo masalah rokok iki sing menurut mereka gak ono aturane mergo jarene mulai ono setelah Colombus ketemu wong indian nang Amerika kono. Karena itu para ulama mengembangkan kaidah2 untuk memutuskan hukum seperti kaidah misale analogi utowo qiyas, menutup jalan2 atau sadd dhara’I, membuka jalan2 atau fathu dhara’I, pertimbangan kemaslahatan umat utowo maslahah mursalah, lan sak teruse.
“Opo meneeh kuwi?!”, mas Bejo tambah bingung.
“Sek to, menengo sek to. Ora crigis wae! Meh dilanjutne ora?!”, pakde Basuki mulai jengkel karena disela lagi oleh mas Bejo.
“Nggih…nggih.. Monggo diterusaken, Pakde”, kata mas Bejo meminta pakde meneruskan penjelasannya.
“Lha para Ulama sing mengharamkan rokok iki, pada umumnya menggunakan prinsip sadd dhara’I atau menutup jalan2 yang dapat menyebabkan kemudharatan pada individu maupun masyarakat. Nah karena kabew wong (termasuk pak dokter sing sok udud) mengatakan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, maka jalan menuju kebahayaan/kemudharatan kuwi kudu ditutup. Dadi kesimpulane rokok kuwi Haram hukume”, kata pakde Basuki mengakhir penjelasannya tentang kenapa rokok haram.
“sek..sek to, pakde! Ampun kesusu”, kata mas Ahmad menyela kesimpulan pakde Basuki yang menurutnya terlalu terburu-buru. Mas Ahmad sendiri merokok, karena kyainya dulu juga perokok berat. Menurut sing takpelajari seko kyai-ku ndisik, kesimpulane bedo karo kesimpulan sampeyan niku.
“Lha kyai sampeyan ndisik ngerti ushul fiqih opo ra?!”, tanya pakde Basuki ke mas Ahmad.
“Kyaiku ndisik yo ngerti ushul fiqih, ora mung njenengan thok sing ngerti. Kyaiku ndisik yo nggunake kaidah2 sing njenengan omong mau”, jawab mas Ahmad agak marah kyainya dipertanyakan keilmuannya.
“Lha terus piye ceritane lek ngono?”, kata pakde Basuki menantang mas Ahmad untuk menjelaskan bagaimana penjelasannya kok bisa kesimpulannya berbeda dengan kesimpulannya.
“Ngene, pakde. Koyo sing njenengan omong mau, nang ushul fiqih ki ono prinsip fathu dhara’I atau membuka jalan2 yang dapat menimbulkan kebaikan. Contone, rabi atau menikah kuwi lak apik, dadi segala hal-hal yang dapat membuka jalan menuju pernikahan yang baik, misale koyo biro jodoh sing apik, kuwi hukume yo dadi baik. Setuju nggak, Pakde?”, tanya mas Ahmad meminta persetujuan pakde basuki.
“Yoh..he’e, terus piye bab rokok mau?”, jawab pakde Basuki.
“Sik..sabar sithi to, Pakde! Saiki aku meh takon menurut njenengan nek bermasyarakat utowo bersilaturahim kuwi apik opo elek?”
“Yo apik no, piye to kowe ki kok mbulet wae penjelasane. Bab rokok ki piye?”, jawab pakde Basuki yang sudah nggak sabar menunggu jawaban dari mas Ahmad kenapa rokok bisa halal menurut mas Ahmad.
“Wis, njenengan ki kok nggak sabaran tenan to, Pakde! Lha merokok kuwi telah terbukti bisa memperlancar jalannya kita bermasyarakat dan bersilaturahim. Nek ngobrol karo ngrokok lak obrolan iso dadi nyantai lan akrab ngono to. Nha dadi rokok kuwi hukume yo dadi baik alias halal, malah iso2 cenderung sunnah! Itu karena dia bisa membuka jalan menuju silaturahim dan bermasyarakat yang baik”, jawab mas Ahmad dengan yakin mengakhiri penjelasannya tentang rokok.
Pakde Basuki terdiam bingung, kok bisa prinsip yang sama menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Yang satu bilang haram dengan alasan menutup kemudharatan, yang satu bilang halal dengan alasan membuka jalan kebaikan.
Mas Bejo tidak bisa menahan senyumnya karena lega ada yang membelanya untuk tetap menjadi ahli hisab rokok.
Mas Andi yang dari tadi diam mulai angkat bicara.
“Ehhmm2…aku boleh ikut ngomong nggak ini?”, mas Andi minta izin untuk berpendapat.
“Oh…monggo wae. Disini semua orang bebas berpendapat”, kata mas Ahmad menjawab.
“Nyuwun sewu, mas Ahmad. Tapi pendapat sampeyan itu menurutku lemah!”, kata mas Andi.
“Lha kok bisa?!”, tanya mas Ahmad dengan nada agak tinggi. Sementara Pakde Basuki memperoleh secercah harapan untuk mencari pembelaan terhadap pendapat awalnya bahwa rokok itu haram.
“Gini, mas Ahmad. Karena sampeyan bilang tadi bahwa rokok itu baik karena dapat membuka jalan ke bermasyarakat dan bersilaturahim yang baik, maka mestinya kesimpulan hukumnya adalah bahwa merokok itu boleh kalau dihisapnya secara bersama2 sambil bersilaturahim. Jadi kalau merokoknya sendirian di jamban, habis makan, temen minum kopi, dan sejenisnya maka hukumnya menjadi haram menggunakan prinsip yang dibilang pakde Basuki?!”, kata mas Andi.
Kali ini semua jamaah wedangan pak Min menjadi bingung.
“Bingung ya?!”, tanya mas Andi.
Mas Andi pun meneruskan penjelasannya mengenai tata-cara ulama dalam menyimpulkan hukum.
Ada lagi kelompok ulama lain yang meyakini bahwa tidak ada segala sesuatu di muka bumi ini yang nggak ada aturannya dalam nash (Quran dan hadits), baik yang bersifat umum/khusus, mutlak/bersyarat, tersurat/tersirat, dsb. Dalam surat al-Anam, Allah SWT berfirman yang artinya Tiadalah kami lupakan sesuatupun dalam kitab ini (al-Quran).
Karena itu dalam hal rokok ini para ulama mencoba mencari nash yang mengisyaratkan ke arah itu. Kemudian misalnya ditemukan ayat yang mengatakan bahwa menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. Nah, tugas para ulama atau mujtahid lah yang menentukan apakah rokok itu termasuk sesuatu yang baik atau buruk. Dan terkadang kesimpulan yang dihasilkan bisa bergantung pada kondisi-kondisi tertentu, bergantung pertimbangan mujtahid. Adapun jika para ulama tidak berhasi melakukan penyimpulan hukum maka berlakulah kaidah-kaidah penerapan seperti al-bara’ah (terserah, semuanya boleh), ihtiyath (prinsip kehati-hatian), dsb.
Alhasil, terlepas dari soal rokok ini, ilmu fiqih ini memang kompleks. Kalau kita tahu kompleksitas ilmu fiqih ini semestinya kita tidak gampang2 menghakimi suatu pendapat benar atau salah. Memang seharusnya urusan seperti ini diserahkan kepada ahlinya”, kata mas Andi mengakhiri penjelasannya.
Semua jamaah majelis wedangan Pak Min pun terdiam. Sebagian mengangguk-angguk, sebagian lagi Cuma diam terpana mendengar penjelasan mas Andi yang sarjana komunikasi itu tapi bisa lebih bijak dari seorang yang memang mempelajari agama secara khusus. Mungkin karena terlalu yakin dengan kebenaran gurunya masing-masing sehingga dia menganggap bahwa kebenaran hanyalah miliknya, yang lainnya salah.
Pak Min yang dari tadi cuman ndengerin perdebatan seputar permasalahan hukum fiqih ini mulai nggak sabar untuk berkomentar. “Mangkane awake dewe kabeh ki lak wong awam to masalah iki. Lha takon masalah ngene kok nang wong awam. Wong tuwa ku ndisik tau pesen nang aku. Intine sebagai awam, awake dewe ki mesti memahami Quran lan hadits ki seko para ahline. Lha nek takon hukum nang wong awam ki podo karo mbek wong edan!”, kata Pak Min.
Kata2 Pak Min itu membuat para jamaah wedangan Pak Min saling menatap satu dengan lainnya, lalu serentak berteriak: “wooo…lha dadi wong edyan kabeeh iki!! Hahahahaha…”. Semua jamaah menyadari bahwa tidak seharusnya kita terburu2 menghakimi pendapat lain sebagai salah atau sesat, kecuali kalau mau dibilang sebagai "orang gila" seperti kata Pak Min tadi. [undzurilaina]
Thursday, January 15, 2009
Surat Terbuka Ahmadinejad kepada Raja Saud
Bismillahirrahirrahmanirrahim
YM Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud, Raja Saudi Arabia
Assalamualaikum wr wb.
Sebagaimana Anda ketahui sudah 19 hari, baik siang maupun malam rakyat tak berdosa Gaza berada di bawah serangan dahsyat dan ganas zionisme Israel yang tak berbudaya baik dari darat, laut dan udara sementara mereka telah berada dalam blokade sempurna dari semua arah. Tentulah mereka menghadapi hari-hari yang paling sulit dan menyedihkan. Anak-anak kecil dan wanita serta orang-orang tua lanjut usia dihadapkan pada tindakan genosida di rumah dan tanah air mereka sendiri yang pasti setiap orang yang berhati bebas akan hancur dan berteriak-teriak menangis.
Kekuatan pembohong yang mengklaim demokrasi dan HAM telah mempersenjatai zionisme Israel hingga gigi-gigi mereka. Rezim yang dilahirkan secara illegal dan hanya untuk kejahatan, agresi serta penjajahan. Kali inipun mereka membantu, menyiapkan segala fasilitas dan waktu yang cukup untuk para pembunuh berhati gelap guna melampiaskan segala keinginannya.
Memang kita tidak berharap dari mereka. Namun yang menyedihkan adalah sebagian Negara Arab dan Islam di Kawasan dengan berbagai motivasi dan dalih mampu menahan diri, menampilkan wajah senyum dan restu atau diam seribu bahasa atas pembantaian satu generasi yang tak ada bandingannya ini. Bahkan lebih dari itu turut melindungi tindakan mereka dan berharap dari rakyat pejuang yang heroik dan tanpa pembela itu menerima kehinaan hidup di bawah penjajahan yang Tuhan pun tidak pernah merelai hal itu.
Dengan karunia Allah serta berkat keimanan rakyat Gaza yang kuat dan kokoh, maka tidak ada lain yang akan diperoleh oleh zionisme Israel selain kegagalan dan kekalahan dan pada akhirnya kepunahan mereka.
Semua mengerti, bahwa rezim ini tidak memiliki masa depan yang cerah. Apa yang mereka lakukan saat ini adalah tanda-tanda keputusasaan mereka untuk tetap eksis di Kawasan. Sementara semua bangsa dan para penyeru kebebasan dunia bangkit dan meneriakkan kutukan untuk rezim penjajah dan pelaku berbagai kejahatan dan kriminal di Gaza serta dukungan untuk rakyat tertindas Palestina semakin membumbung tinggi ke langit.
Yang diharapkan dari Anda YM sebagai Raja Saudi Arabia dan Pengemban dua tempat suci Mesjidil Haram, Kiblat kaum muslimin serta pusara suci Rasulullah saw, untuk memecah kebisuan dan secepatnya mengambil sikap yang tegas atas pembantaian anak-anak Anda dan tubuh kaum muslimin.
Kami berharap sikap tegas Anda YM adalah harapan yang dapat kita nanti-nantikan untuk menggagalkan upaya pemecah belahan kaum muslimin dan menjadikan mereka putusa asa.
Kami selalu berdoa untuk kemenangan pejuang dan pemberani Palestina serta kehancuran zionisme Israel. [sumber: www.islammuhammadi.com yang mengutip dari situs resmi Presiden Ahmadinejad http://www.president.ir/fa/?ArtID=14350]
YM Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud, Raja Saudi Arabia
Assalamualaikum wr wb.
Sebagaimana Anda ketahui sudah 19 hari, baik siang maupun malam rakyat tak berdosa Gaza berada di bawah serangan dahsyat dan ganas zionisme Israel yang tak berbudaya baik dari darat, laut dan udara sementara mereka telah berada dalam blokade sempurna dari semua arah. Tentulah mereka menghadapi hari-hari yang paling sulit dan menyedihkan. Anak-anak kecil dan wanita serta orang-orang tua lanjut usia dihadapkan pada tindakan genosida di rumah dan tanah air mereka sendiri yang pasti setiap orang yang berhati bebas akan hancur dan berteriak-teriak menangis.
Kekuatan pembohong yang mengklaim demokrasi dan HAM telah mempersenjatai zionisme Israel hingga gigi-gigi mereka. Rezim yang dilahirkan secara illegal dan hanya untuk kejahatan, agresi serta penjajahan. Kali inipun mereka membantu, menyiapkan segala fasilitas dan waktu yang cukup untuk para pembunuh berhati gelap guna melampiaskan segala keinginannya.
Memang kita tidak berharap dari mereka. Namun yang menyedihkan adalah sebagian Negara Arab dan Islam di Kawasan dengan berbagai motivasi dan dalih mampu menahan diri, menampilkan wajah senyum dan restu atau diam seribu bahasa atas pembantaian satu generasi yang tak ada bandingannya ini. Bahkan lebih dari itu turut melindungi tindakan mereka dan berharap dari rakyat pejuang yang heroik dan tanpa pembela itu menerima kehinaan hidup di bawah penjajahan yang Tuhan pun tidak pernah merelai hal itu.
Dengan karunia Allah serta berkat keimanan rakyat Gaza yang kuat dan kokoh, maka tidak ada lain yang akan diperoleh oleh zionisme Israel selain kegagalan dan kekalahan dan pada akhirnya kepunahan mereka.
Semua mengerti, bahwa rezim ini tidak memiliki masa depan yang cerah. Apa yang mereka lakukan saat ini adalah tanda-tanda keputusasaan mereka untuk tetap eksis di Kawasan. Sementara semua bangsa dan para penyeru kebebasan dunia bangkit dan meneriakkan kutukan untuk rezim penjajah dan pelaku berbagai kejahatan dan kriminal di Gaza serta dukungan untuk rakyat tertindas Palestina semakin membumbung tinggi ke langit.
Yang diharapkan dari Anda YM sebagai Raja Saudi Arabia dan Pengemban dua tempat suci Mesjidil Haram, Kiblat kaum muslimin serta pusara suci Rasulullah saw, untuk memecah kebisuan dan secepatnya mengambil sikap yang tegas atas pembantaian anak-anak Anda dan tubuh kaum muslimin.
Kami berharap sikap tegas Anda YM adalah harapan yang dapat kita nanti-nantikan untuk menggagalkan upaya pemecah belahan kaum muslimin dan menjadikan mereka putusa asa.
Kami selalu berdoa untuk kemenangan pejuang dan pemberani Palestina serta kehancuran zionisme Israel. [sumber: www.islammuhammadi.com yang mengutip dari situs resmi Presiden Ahmadinejad http://www.president.ir/fa/?ArtID=14350]
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
Composed by Michael Heart
Copyright 2009
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Jangan Asal Sibuk
Beberapa hari yg lalu dalam sebuah forum virtual, saya chating singkat dengan salah seorang teman kuliah dulu yang sudah lama sekali tak berjumpa. Ironisnya rumah saya dan dia sebenarnya tidak terlalu berjauhan di Bandung. Saya duluan menyapanya dengan: “hey. Apa kabar? Lama nggak ketemu padahal tangga dekat!.”
“Mantabs..namanya juga orang sibuk..sibuk cari kesibukan..”, jawab teman saya tadi singkat.
Saya mengerti bahwa teman tadi maksudnya bercanda. Tapi kata-kata teman tadi membuat saya merenung. Barangkali memang kita ini pada waktu-waktu tertentu sebenarnya tidak harus sibuk, tapi kita sendiri yang membuat-buat kesibukan tersebut. Karena kita mungkin akan bangga/puas disebut sebagai orang sibuk. “Mantabs!”, kata teman saya tadi. Karena mungkin kita akan mengira bahwa kalau kita sibuk dapat diartikan bahwa kita orang yang banyak dibutuhkan. Kalau kita sibuk berarti kita adalah orang yang menghargai waktu dengan selalu mengerjakan sesuatu. Sehingga orang sibuk sering dikorelasikan sebagai orang sukses. Hmm..benarkah?
Kita seringkali bersemangat melakukan segala sesuatu sampai2 kita tidak menyadari kenapa kita melakukannya. Kita sering tidak menyadari apakah yang kita lakukan ini memang sesuatu yang penting bagi kesuksesan kita. Ataukah kita hanya sekedar melakukan semua yang ada di hadapan kita tanpa memilah-milah mana yang penting dan lebih penting.
Kita mungkin bertanya apakah ada pengaruhnya kalau kita mendahulukan yang lebih penting di banding yang penting? Bukankah hasilnya akan sama saja karena toh pada akhirnya semua aktifitas itu tetap akan kita lakukan juga? Jadi mestinya hasil akhirnya akan sama saja, bagaimanapun urutan aktifitas yang kita lakukan.
Hmm..Mari kita bayangkan potensi kapasitas yang mungkin kita dapatkan dari hasil kegiatan-kegiatan yang kita lakukan sebagai isi dari sebuah bejana bermulut lebar. Di sekeliling bejana tersebut terdapat batu2 yang berukuran cukup besar. Kira2 berapa batu yang dapat dimuat oleh bejana tersebut? Ah..daripada mengira2, kita coba saja masukkan batu2 tersebut ke dalam bejana tersebut sambil menatanya sedemikian sehingga bejana tersebut dapat memuat sebanyak mungkin batu2 tersebut. Sampai akhirnya bejana tersebut penuh dengan batu2 tadi dan tidak dapat dimasuki lagi.
Sekarang apakah bejana tersebut berarti sudah penuh dan tidak dapat dimasuki lagi?
“Belum!”, jawabnya. Buktinya coba ambil kerikil-kerikil kecil. Apakah kerikil kecil tersebut dapat masuk ke dalam bejana tadi? Ya, kerikil tersebut dapat masuk ke dalam bejana tadi dengan cara mengisi ruang-ruang kosong dari batu yang lebih besar yang sudah dimasukkan sebelumnya. Terus masukkan kerikil tersebut sambil sedikit menggoyang-goyangkan bejana tadi sampai ia tidak dapat lagi memuatnya.
Sekarang apakah bejana tersebut sudah penuh dan tidak dapat dimasuki lagi?
“Belum juga!”, jawabnya. Buktinya coba ambilah pasir dan masukkan ke dalam bejana tadi. Maka pasir tadi akan diterima dengan baik oleh bejana tadi dengan mengisi ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh kerikil tersebut.
Setelah pasir tersebut tidak dapat dimuat lagi oleh bejana, apakah bejana tersebut sekarang sudah penuh?
“Lagi-lagi belum”, jawabnya. Coba kita masukkan air pelan-pelan ke dalam bejana yang sudah dipenuhi oleh batu, kerikil dan pasir tadi. Rupanya bejana tersebut masih dapat menampung air yang akan mengisi ruang-ruang yang ditinggalkan oleh pasir sebelumnya.
Dari ilustrasi bejana tersebut, pelajaran apa yang dapat kita peroleh?
Sekarang kita coba bayangkan apabila urutan memasukkan benda ke dalam bejananya kita ubah dari pasir atau air terlebih dahulu. Dapatkah kita kemudian memasukkan batu dan kerikil sebanyak yang kita dapat masukkan dengan urutan sebelumnya, yaitu dari yang paling besar sampai yang paling kecil?
Lihat, Betapa urutan memasukkan benda-benda mempengaruhi hasil yang akan kita dapatkan dari sebuah bejana tadi! Hasil yang akan jauh berbeda akan kita dapatkan dengan cara mendahulukan batu yang besar dibanding kerikil. Mendahulukan kerikil, dibanding pasir dan air, dan seterusnya.
Demikian juga hasil yang akan kita dapatkan dari kesibukan kita tentu akan berbeda jika kita sebelumnya telah memilah-milah dan mendefinisikan mana kegiatan yang lebih penting dan perlu didahulukan dibanding kegiatan lainnya. Prinsip ini tentu perlu diterapkan pada semua peran yang kita emban masing2, baik peran dalam pekerjaan, peran sebagai suami/istri, peran sebagai ayah/ibu/anak, peran sebagai anggota masyarakat, dsb.
Al-Quran mulia memerintahkan kita untuk selalu sibuk beraktifitas yang bermanfaat.
“Dan apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Al-Insyirah: 7).
Jadi kita memang harus “sibuk”. Tapi supaya hasilnya optimal, kesibukan kita perlu diatur agar mendahulukan aktifitas yang lebih penting dibanding yang penting (aktifitas yang tidak penting? Tinggalkan saja!). Kesibukan kita tersebut juga mesti kita susun agar seimbang untuk semua peran yang kita lakoni. Jadi, jangan asal SIBUK! [undzurilaina]
“Mantabs..namanya juga orang sibuk..sibuk cari kesibukan..”, jawab teman saya tadi singkat.
Saya mengerti bahwa teman tadi maksudnya bercanda. Tapi kata-kata teman tadi membuat saya merenung. Barangkali memang kita ini pada waktu-waktu tertentu sebenarnya tidak harus sibuk, tapi kita sendiri yang membuat-buat kesibukan tersebut. Karena kita mungkin akan bangga/puas disebut sebagai orang sibuk. “Mantabs!”, kata teman saya tadi. Karena mungkin kita akan mengira bahwa kalau kita sibuk dapat diartikan bahwa kita orang yang banyak dibutuhkan. Kalau kita sibuk berarti kita adalah orang yang menghargai waktu dengan selalu mengerjakan sesuatu. Sehingga orang sibuk sering dikorelasikan sebagai orang sukses. Hmm..benarkah?
Kita seringkali bersemangat melakukan segala sesuatu sampai2 kita tidak menyadari kenapa kita melakukannya. Kita sering tidak menyadari apakah yang kita lakukan ini memang sesuatu yang penting bagi kesuksesan kita. Ataukah kita hanya sekedar melakukan semua yang ada di hadapan kita tanpa memilah-milah mana yang penting dan lebih penting.
Kita mungkin bertanya apakah ada pengaruhnya kalau kita mendahulukan yang lebih penting di banding yang penting? Bukankah hasilnya akan sama saja karena toh pada akhirnya semua aktifitas itu tetap akan kita lakukan juga? Jadi mestinya hasil akhirnya akan sama saja, bagaimanapun urutan aktifitas yang kita lakukan.
Hmm..Mari kita bayangkan potensi kapasitas yang mungkin kita dapatkan dari hasil kegiatan-kegiatan yang kita lakukan sebagai isi dari sebuah bejana bermulut lebar. Di sekeliling bejana tersebut terdapat batu2 yang berukuran cukup besar. Kira2 berapa batu yang dapat dimuat oleh bejana tersebut? Ah..daripada mengira2, kita coba saja masukkan batu2 tersebut ke dalam bejana tersebut sambil menatanya sedemikian sehingga bejana tersebut dapat memuat sebanyak mungkin batu2 tersebut. Sampai akhirnya bejana tersebut penuh dengan batu2 tadi dan tidak dapat dimasuki lagi.
Sekarang apakah bejana tersebut berarti sudah penuh dan tidak dapat dimasuki lagi?
“Belum!”, jawabnya. Buktinya coba ambil kerikil-kerikil kecil. Apakah kerikil kecil tersebut dapat masuk ke dalam bejana tadi? Ya, kerikil tersebut dapat masuk ke dalam bejana tadi dengan cara mengisi ruang-ruang kosong dari batu yang lebih besar yang sudah dimasukkan sebelumnya. Terus masukkan kerikil tersebut sambil sedikit menggoyang-goyangkan bejana tadi sampai ia tidak dapat lagi memuatnya.
Sekarang apakah bejana tersebut sudah penuh dan tidak dapat dimasuki lagi?
“Belum juga!”, jawabnya. Buktinya coba ambilah pasir dan masukkan ke dalam bejana tadi. Maka pasir tadi akan diterima dengan baik oleh bejana tadi dengan mengisi ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh kerikil tersebut.
Setelah pasir tersebut tidak dapat dimuat lagi oleh bejana, apakah bejana tersebut sekarang sudah penuh?
“Lagi-lagi belum”, jawabnya. Coba kita masukkan air pelan-pelan ke dalam bejana yang sudah dipenuhi oleh batu, kerikil dan pasir tadi. Rupanya bejana tersebut masih dapat menampung air yang akan mengisi ruang-ruang yang ditinggalkan oleh pasir sebelumnya.
Dari ilustrasi bejana tersebut, pelajaran apa yang dapat kita peroleh?
Sekarang kita coba bayangkan apabila urutan memasukkan benda ke dalam bejananya kita ubah dari pasir atau air terlebih dahulu. Dapatkah kita kemudian memasukkan batu dan kerikil sebanyak yang kita dapat masukkan dengan urutan sebelumnya, yaitu dari yang paling besar sampai yang paling kecil?
Lihat, Betapa urutan memasukkan benda-benda mempengaruhi hasil yang akan kita dapatkan dari sebuah bejana tadi! Hasil yang akan jauh berbeda akan kita dapatkan dengan cara mendahulukan batu yang besar dibanding kerikil. Mendahulukan kerikil, dibanding pasir dan air, dan seterusnya.
Demikian juga hasil yang akan kita dapatkan dari kesibukan kita tentu akan berbeda jika kita sebelumnya telah memilah-milah dan mendefinisikan mana kegiatan yang lebih penting dan perlu didahulukan dibanding kegiatan lainnya. Prinsip ini tentu perlu diterapkan pada semua peran yang kita emban masing2, baik peran dalam pekerjaan, peran sebagai suami/istri, peran sebagai ayah/ibu/anak, peran sebagai anggota masyarakat, dsb.
Al-Quran mulia memerintahkan kita untuk selalu sibuk beraktifitas yang bermanfaat.
“Dan apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Al-Insyirah: 7).
Jadi kita memang harus “sibuk”. Tapi supaya hasilnya optimal, kesibukan kita perlu diatur agar mendahulukan aktifitas yang lebih penting dibanding yang penting (aktifitas yang tidak penting? Tinggalkan saja!). Kesibukan kita tersebut juga mesti kita susun agar seimbang untuk semua peran yang kita lakoni. Jadi, jangan asal SIBUK! [undzurilaina]
Tuesday, January 13, 2009
Macan Kertas Itu Bernama Israel
oleh: Saleh Lapadi
Perang yang dimulai dengan serangan jet-jet tempur Rezim Zionis Israel pada tanggal 27 Desember 2008 terhitung perang ke-6 di Timur Tengah. Empat kali rezim ini berperang melawan negara-negara Arab dan berhasil mempecundangi mereka. Perang kelima ketika melawan Hizbullah Lebanon lebih dikenal dengan nama Perang 33 Hari. Untuk kali pertamanya militer Israel yang dikenal sebagai angkatan bersenjata terkuat di Timur Tengah harus rela dipermalukan oleh para pejuang Hizbullah. Sementara perang keenam disebut oleh Ismail Haniyah, Perdana Menteri sah dan pilihan rakyat Palestina sebagai Perang Furqan. Perang antara hak dan batil.
Perang ini telah memasuki pekan ketiga, tepatnya hari ke-17. Korban perlahan-lahan telah melewati angka 900 dan lebih dari 4.100 orang cedera. Masyarakat internasional tidak tahan menyaksikan pembantaian warga Gaza yang hampir dua tahun diblokade dan kini diserang secara membabi buta dari udara, laut dan darat. Untuk pertama kalinya masyarakat internasional setiap harinya menyaksikan demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia. Ironisnya, sebagian besar negara-negara dunia masih tertutup mata dan hatinya menyaksikan lebih dari 300 anak-anak tak berdosa harus menjadi korban.
Saat Rezim Zionis Israel menyerang Lebanon Selatan sejumlah negara-negara Arab mendukung penuh serangan itu dan menyebut Hizbullah sebagai penyebab terjadinya perang. Namun untuk kali pertamanya dalam sejarah perang Zionis Israel, biaya perang kali ini di Gaza ditanggung oleh Arab Saudi. Tidak cukup itu, koran Israel Yedioth Ahronoth yang dikutip Kayhan Iran menulis, sejumlah negara-negara Arab kepada Israel mengatakan, jangan biarkan Ismail Haniyah menjadi Sayyid Hasan Nasrullah kedua!
Tidak ada orang yang ragu bahwa sikap diam dan persekongkolan tiga negara Arab penting Arab Saudi, Mesir dan Yordania dengan Rezim Zionis Israel bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan. Terbentuknya poros ini telah diusahakan sejak Konferensi Annapolis di Amerika hingga pertemuan Sharm Al-Sheikh di Mesir. Menlu Amerika Condoleezza Rice dan timnya betul-betul berusaha keras demi memunculkan front anti Hamas dari negara-negara Arab. Washington secara kontinyu melanjutkan berbagai pertemuan dengan tiga negara Arab anti Hamas. Di tengah-tengah Perang Furqan, media-media Amerika melaporkan diadakannya sejumlah pertemuan rahasia antara para pejabat politik dan dinas intelijen Yordania dan Mesir dengan para pejabat Amerika di New York. Hasilnya adalah kesepakatan negara-negara Arab dengan Duta-Duta Besar Amerika dan Inggris di PBB dalam menyusun dan meratifikasi Resolusi 1860 Dewan Keamanan PBB.
Gaza Sumber Perimbangan Baru Dunia
Transformasi Gaza bakal mengubah struktur Sekularisme dan Anglo-Saxonisme dunia. Timur Tengah abad 20 dan setelah perang dunia terbentuk dengan sistem yang diinginkan Inggris dan bila Dinasti Ottoman tidak terbagi-bagi, tentu saja anak-anak haram seperti Yordania dan Arab Saudi yang punya hubungan kekeluargaan dengan Inggris dan Amerika tidak akan terwujud. Inggris juga tidak akan mampu menciptakan rezim Israel berdampingan dengan negara-negara Arab.
Terbentuknya Liga Arab oleh Inggris juga punya tujuan melindungi struktur dan perimbangan antara negara-negara Arab yang baru terbentuk, sehingga perselisihan antara negra-negara Arab dan Israel dikesankan sebagai masalah keluarga. Setelah Perang Dunia II, bila terjadi perselisihan, para pengelola struktur seperti Amerika akan tampil sebagai mediator. Namun semuanya berubah saat Perang 33 Hari dan Perang Furqan. Tidak ada lagi mediator dengan nama Amerika. Di sini sebenarnya struktur Anglo-Saxon Timur Tengah telah mengalami perubahan dan perimbangan baru muncul ke dunia.
Runtuhnya struktur Timur Tengah Amerika membuat pemerintah negara-negara Arab dan legalitasnya menuai pertanyaan. Dampaknya, negara-negara Arab kebingungan dan tidak mampu mengatur hubungan dalam negeri dan internasionalnya. Fenomena ini telah disemaikan sejak Perang 33 Hari dan semakin transparan saat menyaksikan bagaimana Liga Arab mereaksi serangan brutal Rezim Zionis Israel. Semakin lemahnya Amerika, sebesar itu pula negara-negara Arab menjadi lemah. Raja-raja di negara-negara Arab yang berperan sebagai polisi Amerika, bila mereka masih tetap berkuasa dalam aliran perubahan ini, bakal hancur oleh kesadaran masyarakat untuk menghancurkan struktur ini dan perlahan-lahan mengarah pada sikap perlawanan atas hegemoni.
Struktur keagamaan di Timur Tengah juga ikut mengalami perubahan sesuai dengan transformasi struktur Anglo-Saxon ini. Gambaran Yahudi abad 19 di Timur Tengah, Wahhabi di Ahli Sunnah dan Baha’i di Syiah yang dibentuk Inggris juga tengah memasuki kehancurannya.
Demonstrasi besaran-besaran di dunia mendukung Gaza dan semakin dekatnya Syiah dan Ahli Sunnah membuktikan betapa masyarakat internasional tengah menciptakan identitas baru. Hancurnya struktur lama Timur Tengah akan berujung pada munculnya struktur baru yang tidak dapat menerima kondisi tidak normal yang ada dan perlahan-lahan sistem satu kutub warisan Anglo-Saxon hanya menjadi sejarah.
Sistem satu kutub inilah yang membuat Dewan Keamanan PBB berubah menjadi pemerintah Amerika dan tidak akan ada lagi harapan untuk mencegah kejahatan Zionis Israel. Lembaga yang dibentuk setelah Perang Dunia II tidak lagi mampu menerapkan berbagai peraturan dan hukum yang dimilikinya. Oleh karenanya lembaga ini telah kehilangan legitimasinya. Pernyataan-pernyataan Ahmadinejad soal perlunya diubah struktur Dewan Keamanan PBB guna menyelamatkan lembaga ini. Dan itu hanya bisa dilakukan bila Gedung PBB berada di luar Amerika.
Kalah di Medan Perang Menang di atas Kertas
Apa yang terjadi pada hakikatnya dalam proses ratifikasi Resolusi 1860 oleh Dewan Keamanan PBB tidak seperti yang kita bayangkan selama ini. Suara abstein Amerika bukan karena tidak setuju dengan 9 poin Resolusi 1860, tapi satu bentuk sikap yang muncul akibat begitu gembiranya Amerika menyaksikan draft itu diterima dan diratifikasi sehingga menyatakan suara abstein. Sederhana, Amerika tidak menyangka resolusi itu sama persis dengan yang diinginkannya demi menjamin keinginan Rezim Zionis Israel sebagai pelaku serangan brutal ke Gaza dan yang memulai perang darat. Artinya, Resolusi 1860 tidak mungkin ditentang Amerika bahkan sebaliknya ideal dan dinginkan Amerika dan sekutunya. Dan suara abstein sejatinya untuk menutupi kegembiraan yang berlebihan mereka.
Demonstrasi luas di seluruh dunia yang menekan Rezim Zionis Israel agar menghentikan serangan brutalnya punya pengaruh keluarnya Resolusi 1860 DK PBB. Namun perlu dicamkan bahwa resolusi ini dikeluarkan setelah 14 hari perang terjadi. Selama ini pula Israel, Dewan Keamanan PBB, Amerika dan sekutunya tidak mempedulikan opini umum yang tengah berkembang di seluruh dunia. Resolusi DK PBB dikeluarkan setelah dimulainya perang darat oleh militer Israel dan kegagalan mereka menghadapi perlawanan para pejuang Palestina. Dari sini, Resolusi 1860 tidak ada bedanya dengan Resolusi 1701 DK PBB dalam Perang 33 Hari.
Kesembilan poin Resolusi 1860 DK PBB tidak menyebut sama sekali tentang Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas). Padahal tujuan serangan Zionis Israel ke Gaza jelas-jelas ingin menghancurkan Hamas. Yakni dua pihak yang berperang adalah Israel dan Hamas. Lalu mengapa Hamas tidak disebut sama sekali dalam 9 poin tersebut?
Condoleezza Rice kepada wartawan mengatakan, “Kami keberatan menyamakan Hamas dengan Israel. Di sini tidak seperti Resolusi 1701 di mana ada negara Lebanon dan Israel. Dalam Resolusi 1860 ada organisasi teroris dan pemerintah Israel yang tengah membela dirinya dari serangan roket Hamas.”
Pernyataan Rice cukup menggelikan. Karena dalam Perang 33 Hari, Israel berperang dengan Hizbullah yang menurut mereka adalah organisasi teroris. Dalam Resolusi 1701 nama Hizbullah disebutkan secara terpisah dengan pemerintah Lebanon. Rice tampaknya juga lupa bahwa Hamas adalah pemerintahan legal yang dipilih oleh rakyat Palestina yang dosanya hanya karena tidak mengakui Rezim Zionis Israel. Sejatinya Amerika dan Zionis Israel sengaja tidak memasukkan nama Hamas dalam Resolusi 1860 agar tidak mengulangi kesalahan mereka dalam Resolusi 1701. Amerika dan Zionis Israel dengan bantuan negara-negara Arab poros anti Hamas sengaja tidak memasukkan nama Hamas agar pemerintah legal Hamas juga dilupakan orang dan sekaligus melupakan bahwa tujuan menyerang Gaza untuk melenyapkan Hamas.
Sikap yang ditunjukkan ini tentu saja untuk menutup-nutupi kekalahan pasti Rezim Zionis Israel di medan perang, khususnya perang darat. Tampaknya para pejabat Zionis Israel yang tidak mampu memenangkan perang di medan pertempuran cukup puas menyaksikan kemenangan mereka di atas kertas bernama Resolusi 1860 Dewan Keamanan PBB. Namun yang paling penting dari dikeluarkannya resolusi ini untuk menyelamatkan rezim-rezim korup Arab, khususnya Arab Saudi dan Mesir dari pemberontakan rakyatnya. Arab Saudi melarang aksi unjuk rasa di negaranya dan akan menindak keras para pelaku unjuk rasa. Di Mesir lebih parah. Karena khawatir akan kudeta, pemerintah Mesir menangkap sejumlah jenderalnya dan menangkap puluhan anggota Ikhwanul Muslimin.
Militer Israel Terperangkap di Gaza
Berbeda dengan pernyataan Deputi Menteri Pertahanan Rezim Zionis Israel dan Perdana Menteri Ehud Olmert kemarin (Ahad, 11/01) bahwa militer Israel semakin dekat dengan target mereka, sesuai yang diberitakan koran Kayhan hari ini (Senin, 12/01), para perwira dan pejabat militer Israel menyatakan keputusasaannya atas kinerja pasukan Israel dan kegagalan sejumlah operasi militer Israel. Mereka mewanti-wanti bahwa pasukan Israel sewaktu-waktu dapat terjebak dalam perangkap para pejuang Palestina. Karena Hamas punya cukup waktu untuk menyerang pos-pos tentara Israel di mana saja. Para perwira militer Israel menyatakan tidak mampu memahami taktik perang para pejuang Palestina dalam kontak senjata. Apalagi para pejuang Palestina tetap bersabar dan tidak melakukan peperangan terbuka di tempat yang terbuka pula.
Seorang pejabat Israel malah mengakui bahwa Brigade Syahid Ezzeddin Qassam, sayap militer Hamas belum mengalami kerugian berarti. Pasukan Hamas sangat terlatih dan memiliki persenjataan dan roket modern. Gabi Ashkenazi, Ketua Staf Gabungan Militer Israel dan Menteri Peperangan Ehud Barak lebih memilih perang segera dihentikan dan milih berdamai. Belum lagi kerugian ekonomi Israel akibat serangan brutal militer Israel ke Gaza. Ketua Asosiasi Industri Israel mengatakan, 10 hari pertama perang para produsen di Israel telah mengalami kerugian lebih dari 172 juta dolar. Kenyataan ini membuat terjadi perselisihan antara mereka dengan Departemen Keuangan Israel.
Para analis politik Timur Tengah sepakat bahwa Rezim Zionis Israel tengah menemui jalan buntu dan kekalahan mereka menghadapi perjuangan para pejuang Palestina di bawah pimpinan Hamas adalah satu kepastian. Koran Israel Haaretz meminta militer Israel segera menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza. Karena berlanjutnya perang akan menghancurkan front dalam negeri. Haaretz menambahkan, dengan menekan Gaza Israel berharap dapat memaksa Mesir menyepakati penempatan pasukan asing di jalur-jalur penyeberangan Gaza.
Penutup
Amerika yang semakin lemah dan terperangkap dalam resesi ekonomi serta perang di Irak dan Afghanistan tidak akan mampu menolong sekutunya di Timur Tengah. Israel sebagai anak emas Amerika juga tidak akan mampu mengalahkan para pejuang Palestina. Karena yang dihadapinya bukan sebuah kelompok khusus, tapi seluruh masyarakat Palestina. Negara-negara Arab yang berkoalisi dalam front anti Hamas hendaknya segera mengaca sebelum kemarahan rakyatnya membuncah dan menelan mereka.
Arab Saudi seharusnya menyepakati usulan Iran untuk memakai minyak sebagai alat untuk menekan Rezim Zionis Israel. Mesir juga harus membuka jalur penyeberangan Rafah agar bantuan kemanusiaan dapat memasuki Gaza. Bila kekhawatiran Menlu Mesir akan masuknya senjata ke sana, mengapa ia juga tidak khawatir akan pengiriman 3.000 ton senjata oleh Amerika ke Israel? Mahmoud Abbas yang masa jabatannya sebagai Pemimpin Otorita Palestina juga telah kehilangan legitimasinya dari rakyat Palestina, karena telah menjual dan membantai rakyatnya sendiri.[undzurilaina]
"Israel lebih rapuh dari sarang laba-laba" (Sayyid Hasan Nasrullah)
Perang yang dimulai dengan serangan jet-jet tempur Rezim Zionis Israel pada tanggal 27 Desember 2008 terhitung perang ke-6 di Timur Tengah. Empat kali rezim ini berperang melawan negara-negara Arab dan berhasil mempecundangi mereka. Perang kelima ketika melawan Hizbullah Lebanon lebih dikenal dengan nama Perang 33 Hari. Untuk kali pertamanya militer Israel yang dikenal sebagai angkatan bersenjata terkuat di Timur Tengah harus rela dipermalukan oleh para pejuang Hizbullah. Sementara perang keenam disebut oleh Ismail Haniyah, Perdana Menteri sah dan pilihan rakyat Palestina sebagai Perang Furqan. Perang antara hak dan batil.
Perang ini telah memasuki pekan ketiga, tepatnya hari ke-17. Korban perlahan-lahan telah melewati angka 900 dan lebih dari 4.100 orang cedera. Masyarakat internasional tidak tahan menyaksikan pembantaian warga Gaza yang hampir dua tahun diblokade dan kini diserang secara membabi buta dari udara, laut dan darat. Untuk pertama kalinya masyarakat internasional setiap harinya menyaksikan demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia. Ironisnya, sebagian besar negara-negara dunia masih tertutup mata dan hatinya menyaksikan lebih dari 300 anak-anak tak berdosa harus menjadi korban.
Saat Rezim Zionis Israel menyerang Lebanon Selatan sejumlah negara-negara Arab mendukung penuh serangan itu dan menyebut Hizbullah sebagai penyebab terjadinya perang. Namun untuk kali pertamanya dalam sejarah perang Zionis Israel, biaya perang kali ini di Gaza ditanggung oleh Arab Saudi. Tidak cukup itu, koran Israel Yedioth Ahronoth yang dikutip Kayhan Iran menulis, sejumlah negara-negara Arab kepada Israel mengatakan, jangan biarkan Ismail Haniyah menjadi Sayyid Hasan Nasrullah kedua!
Tidak ada orang yang ragu bahwa sikap diam dan persekongkolan tiga negara Arab penting Arab Saudi, Mesir dan Yordania dengan Rezim Zionis Israel bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan. Terbentuknya poros ini telah diusahakan sejak Konferensi Annapolis di Amerika hingga pertemuan Sharm Al-Sheikh di Mesir. Menlu Amerika Condoleezza Rice dan timnya betul-betul berusaha keras demi memunculkan front anti Hamas dari negara-negara Arab. Washington secara kontinyu melanjutkan berbagai pertemuan dengan tiga negara Arab anti Hamas. Di tengah-tengah Perang Furqan, media-media Amerika melaporkan diadakannya sejumlah pertemuan rahasia antara para pejabat politik dan dinas intelijen Yordania dan Mesir dengan para pejabat Amerika di New York. Hasilnya adalah kesepakatan negara-negara Arab dengan Duta-Duta Besar Amerika dan Inggris di PBB dalam menyusun dan meratifikasi Resolusi 1860 Dewan Keamanan PBB.
Gaza Sumber Perimbangan Baru Dunia
Transformasi Gaza bakal mengubah struktur Sekularisme dan Anglo-Saxonisme dunia. Timur Tengah abad 20 dan setelah perang dunia terbentuk dengan sistem yang diinginkan Inggris dan bila Dinasti Ottoman tidak terbagi-bagi, tentu saja anak-anak haram seperti Yordania dan Arab Saudi yang punya hubungan kekeluargaan dengan Inggris dan Amerika tidak akan terwujud. Inggris juga tidak akan mampu menciptakan rezim Israel berdampingan dengan negara-negara Arab.
Terbentuknya Liga Arab oleh Inggris juga punya tujuan melindungi struktur dan perimbangan antara negara-negara Arab yang baru terbentuk, sehingga perselisihan antara negra-negara Arab dan Israel dikesankan sebagai masalah keluarga. Setelah Perang Dunia II, bila terjadi perselisihan, para pengelola struktur seperti Amerika akan tampil sebagai mediator. Namun semuanya berubah saat Perang 33 Hari dan Perang Furqan. Tidak ada lagi mediator dengan nama Amerika. Di sini sebenarnya struktur Anglo-Saxon Timur Tengah telah mengalami perubahan dan perimbangan baru muncul ke dunia.
Runtuhnya struktur Timur Tengah Amerika membuat pemerintah negara-negara Arab dan legalitasnya menuai pertanyaan. Dampaknya, negara-negara Arab kebingungan dan tidak mampu mengatur hubungan dalam negeri dan internasionalnya. Fenomena ini telah disemaikan sejak Perang 33 Hari dan semakin transparan saat menyaksikan bagaimana Liga Arab mereaksi serangan brutal Rezim Zionis Israel. Semakin lemahnya Amerika, sebesar itu pula negara-negara Arab menjadi lemah. Raja-raja di negara-negara Arab yang berperan sebagai polisi Amerika, bila mereka masih tetap berkuasa dalam aliran perubahan ini, bakal hancur oleh kesadaran masyarakat untuk menghancurkan struktur ini dan perlahan-lahan mengarah pada sikap perlawanan atas hegemoni.
Struktur keagamaan di Timur Tengah juga ikut mengalami perubahan sesuai dengan transformasi struktur Anglo-Saxon ini. Gambaran Yahudi abad 19 di Timur Tengah, Wahhabi di Ahli Sunnah dan Baha’i di Syiah yang dibentuk Inggris juga tengah memasuki kehancurannya.
Demonstrasi besaran-besaran di dunia mendukung Gaza dan semakin dekatnya Syiah dan Ahli Sunnah membuktikan betapa masyarakat internasional tengah menciptakan identitas baru. Hancurnya struktur lama Timur Tengah akan berujung pada munculnya struktur baru yang tidak dapat menerima kondisi tidak normal yang ada dan perlahan-lahan sistem satu kutub warisan Anglo-Saxon hanya menjadi sejarah.
Sistem satu kutub inilah yang membuat Dewan Keamanan PBB berubah menjadi pemerintah Amerika dan tidak akan ada lagi harapan untuk mencegah kejahatan Zionis Israel. Lembaga yang dibentuk setelah Perang Dunia II tidak lagi mampu menerapkan berbagai peraturan dan hukum yang dimilikinya. Oleh karenanya lembaga ini telah kehilangan legitimasinya. Pernyataan-pernyataan Ahmadinejad soal perlunya diubah struktur Dewan Keamanan PBB guna menyelamatkan lembaga ini. Dan itu hanya bisa dilakukan bila Gedung PBB berada di luar Amerika.
Kalah di Medan Perang Menang di atas Kertas
Apa yang terjadi pada hakikatnya dalam proses ratifikasi Resolusi 1860 oleh Dewan Keamanan PBB tidak seperti yang kita bayangkan selama ini. Suara abstein Amerika bukan karena tidak setuju dengan 9 poin Resolusi 1860, tapi satu bentuk sikap yang muncul akibat begitu gembiranya Amerika menyaksikan draft itu diterima dan diratifikasi sehingga menyatakan suara abstein. Sederhana, Amerika tidak menyangka resolusi itu sama persis dengan yang diinginkannya demi menjamin keinginan Rezim Zionis Israel sebagai pelaku serangan brutal ke Gaza dan yang memulai perang darat. Artinya, Resolusi 1860 tidak mungkin ditentang Amerika bahkan sebaliknya ideal dan dinginkan Amerika dan sekutunya. Dan suara abstein sejatinya untuk menutupi kegembiraan yang berlebihan mereka.
Demonstrasi luas di seluruh dunia yang menekan Rezim Zionis Israel agar menghentikan serangan brutalnya punya pengaruh keluarnya Resolusi 1860 DK PBB. Namun perlu dicamkan bahwa resolusi ini dikeluarkan setelah 14 hari perang terjadi. Selama ini pula Israel, Dewan Keamanan PBB, Amerika dan sekutunya tidak mempedulikan opini umum yang tengah berkembang di seluruh dunia. Resolusi DK PBB dikeluarkan setelah dimulainya perang darat oleh militer Israel dan kegagalan mereka menghadapi perlawanan para pejuang Palestina. Dari sini, Resolusi 1860 tidak ada bedanya dengan Resolusi 1701 DK PBB dalam Perang 33 Hari.
Kesembilan poin Resolusi 1860 DK PBB tidak menyebut sama sekali tentang Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas). Padahal tujuan serangan Zionis Israel ke Gaza jelas-jelas ingin menghancurkan Hamas. Yakni dua pihak yang berperang adalah Israel dan Hamas. Lalu mengapa Hamas tidak disebut sama sekali dalam 9 poin tersebut?
Condoleezza Rice kepada wartawan mengatakan, “Kami keberatan menyamakan Hamas dengan Israel. Di sini tidak seperti Resolusi 1701 di mana ada negara Lebanon dan Israel. Dalam Resolusi 1860 ada organisasi teroris dan pemerintah Israel yang tengah membela dirinya dari serangan roket Hamas.”
Pernyataan Rice cukup menggelikan. Karena dalam Perang 33 Hari, Israel berperang dengan Hizbullah yang menurut mereka adalah organisasi teroris. Dalam Resolusi 1701 nama Hizbullah disebutkan secara terpisah dengan pemerintah Lebanon. Rice tampaknya juga lupa bahwa Hamas adalah pemerintahan legal yang dipilih oleh rakyat Palestina yang dosanya hanya karena tidak mengakui Rezim Zionis Israel. Sejatinya Amerika dan Zionis Israel sengaja tidak memasukkan nama Hamas dalam Resolusi 1860 agar tidak mengulangi kesalahan mereka dalam Resolusi 1701. Amerika dan Zionis Israel dengan bantuan negara-negara Arab poros anti Hamas sengaja tidak memasukkan nama Hamas agar pemerintah legal Hamas juga dilupakan orang dan sekaligus melupakan bahwa tujuan menyerang Gaza untuk melenyapkan Hamas.
Sikap yang ditunjukkan ini tentu saja untuk menutup-nutupi kekalahan pasti Rezim Zionis Israel di medan perang, khususnya perang darat. Tampaknya para pejabat Zionis Israel yang tidak mampu memenangkan perang di medan pertempuran cukup puas menyaksikan kemenangan mereka di atas kertas bernama Resolusi 1860 Dewan Keamanan PBB. Namun yang paling penting dari dikeluarkannya resolusi ini untuk menyelamatkan rezim-rezim korup Arab, khususnya Arab Saudi dan Mesir dari pemberontakan rakyatnya. Arab Saudi melarang aksi unjuk rasa di negaranya dan akan menindak keras para pelaku unjuk rasa. Di Mesir lebih parah. Karena khawatir akan kudeta, pemerintah Mesir menangkap sejumlah jenderalnya dan menangkap puluhan anggota Ikhwanul Muslimin.
Militer Israel Terperangkap di Gaza
Berbeda dengan pernyataan Deputi Menteri Pertahanan Rezim Zionis Israel dan Perdana Menteri Ehud Olmert kemarin (Ahad, 11/01) bahwa militer Israel semakin dekat dengan target mereka, sesuai yang diberitakan koran Kayhan hari ini (Senin, 12/01), para perwira dan pejabat militer Israel menyatakan keputusasaannya atas kinerja pasukan Israel dan kegagalan sejumlah operasi militer Israel. Mereka mewanti-wanti bahwa pasukan Israel sewaktu-waktu dapat terjebak dalam perangkap para pejuang Palestina. Karena Hamas punya cukup waktu untuk menyerang pos-pos tentara Israel di mana saja. Para perwira militer Israel menyatakan tidak mampu memahami taktik perang para pejuang Palestina dalam kontak senjata. Apalagi para pejuang Palestina tetap bersabar dan tidak melakukan peperangan terbuka di tempat yang terbuka pula.
Seorang pejabat Israel malah mengakui bahwa Brigade Syahid Ezzeddin Qassam, sayap militer Hamas belum mengalami kerugian berarti. Pasukan Hamas sangat terlatih dan memiliki persenjataan dan roket modern. Gabi Ashkenazi, Ketua Staf Gabungan Militer Israel dan Menteri Peperangan Ehud Barak lebih memilih perang segera dihentikan dan milih berdamai. Belum lagi kerugian ekonomi Israel akibat serangan brutal militer Israel ke Gaza. Ketua Asosiasi Industri Israel mengatakan, 10 hari pertama perang para produsen di Israel telah mengalami kerugian lebih dari 172 juta dolar. Kenyataan ini membuat terjadi perselisihan antara mereka dengan Departemen Keuangan Israel.
Para analis politik Timur Tengah sepakat bahwa Rezim Zionis Israel tengah menemui jalan buntu dan kekalahan mereka menghadapi perjuangan para pejuang Palestina di bawah pimpinan Hamas adalah satu kepastian. Koran Israel Haaretz meminta militer Israel segera menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza. Karena berlanjutnya perang akan menghancurkan front dalam negeri. Haaretz menambahkan, dengan menekan Gaza Israel berharap dapat memaksa Mesir menyepakati penempatan pasukan asing di jalur-jalur penyeberangan Gaza.
Penutup
Amerika yang semakin lemah dan terperangkap dalam resesi ekonomi serta perang di Irak dan Afghanistan tidak akan mampu menolong sekutunya di Timur Tengah. Israel sebagai anak emas Amerika juga tidak akan mampu mengalahkan para pejuang Palestina. Karena yang dihadapinya bukan sebuah kelompok khusus, tapi seluruh masyarakat Palestina. Negara-negara Arab yang berkoalisi dalam front anti Hamas hendaknya segera mengaca sebelum kemarahan rakyatnya membuncah dan menelan mereka.
Arab Saudi seharusnya menyepakati usulan Iran untuk memakai minyak sebagai alat untuk menekan Rezim Zionis Israel. Mesir juga harus membuka jalur penyeberangan Rafah agar bantuan kemanusiaan dapat memasuki Gaza. Bila kekhawatiran Menlu Mesir akan masuknya senjata ke sana, mengapa ia juga tidak khawatir akan pengiriman 3.000 ton senjata oleh Amerika ke Israel? Mahmoud Abbas yang masa jabatannya sebagai Pemimpin Otorita Palestina juga telah kehilangan legitimasinya dari rakyat Palestina, karena telah menjual dan membantai rakyatnya sendiri.[undzurilaina]
Tuesday, January 6, 2009
Topeng Monyet, Jilid 2
Semenjak saya menulis “Topeng Monyet”, entah kenapa saya jadi sering melihat bahwa atraksi monyet pintar ini di jalan2 yg saya lalui. Di perempatan jalan, di komplek2 perumahan, bahkan katanya sudah masuk ke mall2 pula.. Hmmm..
Beberapa waktu yang lalu saya dan keluarga berkunjung ke mertua sekaligus menghabiskan liburan akhir tahun di Lampung. Pada suatu siang, fauzan anak sulungku berteriak2 sambil ngejar tukang topeng monyet yang lewat depan rumah mertua. Mengetahui itu, aku minta tolong Husin –keponakan istriku—untuk memanggilkan saja tukang topeng monyet itu ke rumah.
Tak lama setelah itu Husin pun kembali bersama tukang topeng monyet tadi. Pertama melihat tukang topeng monyet itu, saya melihat ada hal baru. Baru kali ini saya melihat tukang topeng monyet itu naik motor untuk menjajakan kepintaran monyetnya beratraksi. Selama ini yang saya tahu, tukang topeng monyet selalu berjalan kaki dengan memanggul peralatan beserta monyetnya (kadang juga ular) dan memukul2 gendangnya.
Rupanya bisnis topeng monyet telah tersentuh dengan manajemen inovasi. Tanpa belajar konsepnya Kaplan dan Norton (Balanced Scorecard, red), tukang topeng monyet itu rupanya telah berfikir untuk melakukan inovasi supaya bisnisnya bisa tetap tumbuh dan bertahan serta memiliki kinerja keuangan yang baik melalui pelanggan yang lebih banyak. Walhasil, itu pelajaran pertama yang saya dapat begitu tukang topeng monyet itu muncul di hadapan saya.
Setelah siap2 sebentar, kemudian mulailah si tukang mengeluarkan monyetnya dari tempatnya. Tentu saja masih dalam keadaan lehernya dipasang rantai agar sang tukang bisa mudah mengendalikannya. Sejurus kemudian sang monyet pun mulai beratraksi dibawah iringan gendang ala kadarnya dari tuannya. Berjalan, membawa payung, keranjang belanja, dll sampai dengan jumpalitan sesuai dengan perintah tuannya. Sang tukang terkadang mengulur dan menarik rantai dari monyet itu sebagai tanda bagi si monyet apakah dia harus kembali atau berjalan terus ke suatu arah tertentu.
Atraksi itu membuat anak2 yang berkerumun melihatnya sangat senang. Mereka pun tak jarang menggoda monyet itu dengan mengelus kepalanya atau memegang buntutnya dari belakang. Monyet itu seperti tanpa ekspresi menanggapi godaan anak2 itu. Wah, luar biasa sekali monyet ini dalam menjalankan tugasnya, pikirku. Sopan-santun terhadap para “customer”-nya ketika menjalankan tugasnya. Dia sadar betul bahwa dia adalah unjung tombak penghasilan tuannya. Dia sadar betul bahwa itu adalah mata pencariannya yang menuntut dia harus berlaku begitu. Itu pelajaran kedua yang saya ambil dari monyet itu.
Setelah menyelesaikan semua atraksinya, maka si tukang topeng monyet itu menutup acara dengan salam perpisahan, terima kasih atas perhatian para penonton, dan tentu saja meminta upahnya yang 10 ribu perak. Si monyet itupun kemudian ditarik untuk masuk ke kandang yang terletak di belakang motornya. Walaupun acaranya cukup singkat, rupanya anak2 yang tadi menonton pertunjukan monyet tadi masih ingin bertegur sapa dengan sang monyet. Beberapa anak masih cekikikan melihat wajah monyet di kandangnya yang cukup terbuka itu. “Lain kali kesini lagi ya, nyet! Sering2 kesini ya!”, ucap anak2 itu berusaha ngobrol dengan si monyet yang santun tadi.
Kali saya lihat ekspresi monyet agak berbeda dari sebelumnya. Salah seorang anak yang ingin mengelus kepala monyet tadi (seperti yang dia lakukan sebelumnya), langsung dibalas dengan tangkisan tangan dan kuku monyet itu. Untung saja anak tsb tidak terluka karenanya. Si tukang topeng monyet itu pun menegur, “Kalau nggak lagi main, jangan coba2 menggoda monyet ini. Kalau dia lagi main, dia nggak akan marah..”.
Wah, ini pelajaran yang paling menarik buat saya. Rupanya monyet ini benar-benar profesional. Dia menyadari betul bahwa dia jumpalitan karena itulah profesinya. Dia bersedia menjatuhkan harkat “kemonyetan”-nya untuk digoda2 dan disentuh oleh anak kecil karena itulah profesi dia. Tapi diluar itu, jangan coba2 meminta saya melakukan hal yang serupa! Monyet tadi sudah memahami sepenuhnya perbedaan antara profesi dengan kehidupan sehari-hari.
Seorang guru TK dituntut harus sabar ketika menghadapi anak2 didiknya, walaupun diluar itu bisa jadi dia bukan seorang penyabar. Seorang konsultan dituntut untuk berusaha keras memikirkan solusi terbaik bagi para klien-nya, walaupun di luar itu sering kali dia mempunya banyak masalah yang juga membutuhkan solusi. Seorang dokter dituntut untuk memberikan advis medis terbaik buat para pasiennya, walaupun seringkali dia juga tidak melakukan hal serupa ketika masalah yang sama menghampirinya.
Hmm…sekali lagi.. kita dipaksa berfikir untuk menjawab pertanyaan: “Lantas..Apa bedanya kita dengan monyet ha??!”. [undzurilaina]
Beberapa waktu yang lalu saya dan keluarga berkunjung ke mertua sekaligus menghabiskan liburan akhir tahun di Lampung. Pada suatu siang, fauzan anak sulungku berteriak2 sambil ngejar tukang topeng monyet yang lewat depan rumah mertua. Mengetahui itu, aku minta tolong Husin –keponakan istriku—untuk memanggilkan saja tukang topeng monyet itu ke rumah.
Tak lama setelah itu Husin pun kembali bersama tukang topeng monyet tadi. Pertama melihat tukang topeng monyet itu, saya melihat ada hal baru. Baru kali ini saya melihat tukang topeng monyet itu naik motor untuk menjajakan kepintaran monyetnya beratraksi. Selama ini yang saya tahu, tukang topeng monyet selalu berjalan kaki dengan memanggul peralatan beserta monyetnya (kadang juga ular) dan memukul2 gendangnya.
Rupanya bisnis topeng monyet telah tersentuh dengan manajemen inovasi. Tanpa belajar konsepnya Kaplan dan Norton (Balanced Scorecard, red), tukang topeng monyet itu rupanya telah berfikir untuk melakukan inovasi supaya bisnisnya bisa tetap tumbuh dan bertahan serta memiliki kinerja keuangan yang baik melalui pelanggan yang lebih banyak. Walhasil, itu pelajaran pertama yang saya dapat begitu tukang topeng monyet itu muncul di hadapan saya.
Setelah siap2 sebentar, kemudian mulailah si tukang mengeluarkan monyetnya dari tempatnya. Tentu saja masih dalam keadaan lehernya dipasang rantai agar sang tukang bisa mudah mengendalikannya. Sejurus kemudian sang monyet pun mulai beratraksi dibawah iringan gendang ala kadarnya dari tuannya. Berjalan, membawa payung, keranjang belanja, dll sampai dengan jumpalitan sesuai dengan perintah tuannya. Sang tukang terkadang mengulur dan menarik rantai dari monyet itu sebagai tanda bagi si monyet apakah dia harus kembali atau berjalan terus ke suatu arah tertentu.
Atraksi itu membuat anak2 yang berkerumun melihatnya sangat senang. Mereka pun tak jarang menggoda monyet itu dengan mengelus kepalanya atau memegang buntutnya dari belakang. Monyet itu seperti tanpa ekspresi menanggapi godaan anak2 itu. Wah, luar biasa sekali monyet ini dalam menjalankan tugasnya, pikirku. Sopan-santun terhadap para “customer”-nya ketika menjalankan tugasnya. Dia sadar betul bahwa dia adalah unjung tombak penghasilan tuannya. Dia sadar betul bahwa itu adalah mata pencariannya yang menuntut dia harus berlaku begitu. Itu pelajaran kedua yang saya ambil dari monyet itu.
Setelah menyelesaikan semua atraksinya, maka si tukang topeng monyet itu menutup acara dengan salam perpisahan, terima kasih atas perhatian para penonton, dan tentu saja meminta upahnya yang 10 ribu perak. Si monyet itupun kemudian ditarik untuk masuk ke kandang yang terletak di belakang motornya. Walaupun acaranya cukup singkat, rupanya anak2 yang tadi menonton pertunjukan monyet tadi masih ingin bertegur sapa dengan sang monyet. Beberapa anak masih cekikikan melihat wajah monyet di kandangnya yang cukup terbuka itu. “Lain kali kesini lagi ya, nyet! Sering2 kesini ya!”, ucap anak2 itu berusaha ngobrol dengan si monyet yang santun tadi.
Kali saya lihat ekspresi monyet agak berbeda dari sebelumnya. Salah seorang anak yang ingin mengelus kepala monyet tadi (seperti yang dia lakukan sebelumnya), langsung dibalas dengan tangkisan tangan dan kuku monyet itu. Untung saja anak tsb tidak terluka karenanya. Si tukang topeng monyet itu pun menegur, “Kalau nggak lagi main, jangan coba2 menggoda monyet ini. Kalau dia lagi main, dia nggak akan marah..”.
Wah, ini pelajaran yang paling menarik buat saya. Rupanya monyet ini benar-benar profesional. Dia menyadari betul bahwa dia jumpalitan karena itulah profesinya. Dia bersedia menjatuhkan harkat “kemonyetan”-nya untuk digoda2 dan disentuh oleh anak kecil karena itulah profesi dia. Tapi diluar itu, jangan coba2 meminta saya melakukan hal yang serupa! Monyet tadi sudah memahami sepenuhnya perbedaan antara profesi dengan kehidupan sehari-hari.
Seorang guru TK dituntut harus sabar ketika menghadapi anak2 didiknya, walaupun diluar itu bisa jadi dia bukan seorang penyabar. Seorang konsultan dituntut untuk berusaha keras memikirkan solusi terbaik bagi para klien-nya, walaupun di luar itu sering kali dia mempunya banyak masalah yang juga membutuhkan solusi. Seorang dokter dituntut untuk memberikan advis medis terbaik buat para pasiennya, walaupun seringkali dia juga tidak melakukan hal serupa ketika masalah yang sama menghampirinya.
Hmm…sekali lagi.. kita dipaksa berfikir untuk menjawab pertanyaan: “Lantas..Apa bedanya kita dengan monyet ha??!”. [undzurilaina]
Resolusi
Oleh: Arys Hilman (Republika, Minggu 4 Januari 2009)
Resolusi adalah kata paling konyol untuk menutup tahun. Di Jakarta, artis-artis melontarkan resolusi 2009, konon demi kehidupan lebih baik di masa depan, namun pada saat bersamaan mereka seolah berlomba melecehkan kehidupan pernikahan. Di Gaza, Palestina, pada akhir tahun 1429 hijri dan 2008 masehi, resolusi pun tetaplah omong kosong, kendati lahir dari lembaga dunia bernama PBB.
Resolusi selalu suka-suka pemiliknya. Pada 1975, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 yang menyatakan bahwa Zionisme adalah bentuk rasisme. Ada 72 negara yang mendukung resolusi ini, 35 menolak, dan 32 abstain. Tapi, pada 1991, Resolusi 4686 lahir di lembaga yang sama, yang berisi penarikan Resolusi 3379. Luar biasa, peta suara berubah begitu dahsyat; ada 111 suara yang mendukung penarikan Resolusi 3379, hanya 25 yang menolak. Lalu, Zionisme menjadi gerakan warga dunia yang sah.
Resolusi susah dipahami. Ada lima lusin resolusi PBB yang mengecam, mengutuk, atau menuntut Israel atas kejahatan yang dilakukan di wilayah Arab, terutama di Palestina, Lebanon, dan Suriah. Tak ada satu resolusi pun yang ditaati; dan tak ada satu negara pun mampu mendesakkan penaatannya.
Resolusi adalah barang mandul. Resolusi bahkan amat mudah gugur, hanya sempat menjadi janin dan dalam banyak peristiwa justru tak pernah lahir. Aborsi resolusi sah melalui lembaga bernama veto, hak yang hanya dimiliki lima negara. Rancangan resolusi atas kejahatan Israel adalah pemegang rekor aborsi, berkah dari hak veto Amerika Serikat (AS). Resolusi hanya kelihatan hebat kalau bernomor 1737, menyangkut program nuklir Iran.
Resolusi gampang dilupakan. Resolusi PBB Nomor 465 tahun 1980 jelas-jelas mengharuskan Israel keluar dari Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Resolusi tersebut menyatakan Irael tak punya hak atas wilayah yang dicaplok pada Perang 1967 itu namun pembangunan permukiman Yahudi tetap berlangsung di atas wilayah itu, sementara kaum Palestina harus hidup dalam sekat-sekat.
Resolusi tak punya kekuatan penggerak hati. Jadi, hanya sedikit orang yang tersentuh saat Rachel Corrie gugur justru ketika hendak melindungi Resolusi 465. Bulldozer Israel menggilas Corrie, ketika perempuan warga negara Amerika ini menghalanginya menghancurkan permukiman Palestina di Gaza pada 2003. Gaza bukanlah Tiananmen. Pemerintah Amerika tutup mata atas skandal pembunuhan ini. Rachel Corrie hanya menjadi kenangan di Lebanon dalam bentuk nama para bayi; di Beirut dalam bentuk beasiswa pendidikan tinggi; dan di Rafah dalam bentuk program kesehatan mental masyarakat.
Resolusi jelas kalah pamor dibandingkan pertandingan baseball di Amerika. Di negeri ini, terdapat 6 persen populasi makhluk Bumi, namun pendapat mereka tentang bagaimana seharusnya dunia justru mengangkangi pendapat 94 persen manusia lainnya. Seorang wartawan Amerika dengan frustrasi menulis bahwa orang-orang Amerika yang ia temui tak tahu bahwa pendudukan Israel di wilayah Arab adalah ilegal dan Israel telah mendapatkan kecaman dalam lusinan resolusi PBB.
Tapi, orang-orang itu selalu merasa memiliki dunia dan mendukung apapun tindakan Israel di Palestina. Seorang penulis Inggris, dengan kesal, mengibaratkan sikap orang-orang Amerika itu dengan baseball. Mereka menggelar pertandingan World Series, padahal pesertanya hanya orang-orang Amerika.
Resolusi adalah gagasan Indonesia untuk menyelesaikan kejahatan Israel dalam sepekan terakhir. Tapi, untuk apa? Intinya bukan pada resolusi, melainkan penghapusan ketimpangan kekuatan dalam lembaga PBB. Siapa yang akan mendukung dan menegakkan resolusi itu kelak? Bahkan orang-orang Arab pun tak bisa diharapkan. Dengar saja jeritan kaum ibu saat anak-anak mereka gugur kena bom di Gaza,''Biarkan pemerintah-pemerintah Arab bergembira.'' Resolusi, bagi mereka, hanyalah hipokrisi. Bahkan Mesir, negeri yang berbatasan langsung dengan Gaza, menutup pintu perbatasan dan menghalangi para dokter sukarelawan yang hendak menolong para korban di Gaza.
Hanya dalam sepekan terakhir, 428 orang wafat akibat serangan keji Israel. Dari jumlah itu, 68 adalah anak-anak, dan 33 orang adalah perempuan. Ada 2.200 orang lainnya yang cedera.
Hasbunallahu wani'mal wakil.
Subscribe to:
Posts (Atom)