Seorang ustadz lulusan perguruan tinggi Syiria pernah bercerita dalam sebuah forum mengenai pengalamannya dulu sewaktu beliau sekolah. Ada sebuah pengalaman menarik yang ingin saya ceritakan disini tentang hubungan Palestina dengan Indonesia. Pada suatu saat sang ustadz bersama teman-temannya berniat untuk melakukan perjalanan ke Palestina. Dalam perjalanan menuju kesana, rombongan bertemu dengan beberapa pemuda Palestina, dan kemudian mereka pun mulai berkenalan. Ketika sampai pada ustadz tadi, pemuda palestina tersebut menunjukkan ekspresi yang begitu gembira ketika mengetahui bahwa ustadz tersebut berasal dari Indonesia.
“Ahlan wa sahlan! kami bangsa Palestina sejak lama memiliki kedekatan dengan Bangsa Indonesia”, begitu kira2 sapaan orang palestina tadi kepada sang ustadz Indonesia itu. Merasa penasaran, sang ustadz pun bertanya apa pasalnya kok bisa bangsa Indonesia dekat dengan bangsa Palestina.
“Kami bangsa Palestina kini merupakan bangsa yang terjajah. Sudah sekitar 60 tahun ini kami berjuang dalam penjajahan Israel yang semakin ekspansif. Bangsa Palestina terus berjuang melawan penjajahan dengan semangat perlawanan (muqawwamah). Kami akan terus berjuang sampai kami mendapatkan hak kemerdekaan kami hingga titik darah penghabisan. Dalam hal ini di sekolah-sekolah, guru-guru kami seringkali memberikan contoh perjuangan bangsa indonesia dalam merebut kemerdekaan dengan semangat yang terkenal dengan Merdeka atau Mati. Bangsa Indonesia tidak kenal menyerah walaupun harus berjuang selama 350 tahun lamanya. Itulah salah satu sebab kedekatan kami dengan bangsa Indonesia, yaitu karena menginspirasikan semangat untuk merebut kemerdekaan. Jadi kalau misalnya kami belum berhasil merebut kemerdekaan saat ini, maka insya Allah anak-anak kami bisa mendapatkannya. Kalaulah anak-anak kami belum bisa, maka insya Allah cucu-cucu kami nanti yang bisa merebutnya. Dan seterusnya. .”, demikian kira-kira penjelasan pemuda palestina itu menjawab penasaran sang ustadz.
Bangsa Palestina saat ini merupakan satu-satunya bangsa di dunia yang masih dalam penjajahan, kalau kita tidak menganggap apa dilakukan oleh AS terhadap Iraq dan Afghanistan sebagai penjajahan. Sebagai bangsa yang dalam mukadimah undang2 dasarnya menyatakan dengan tegas bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini, kita sudah seharusnya mendukung Palestina dalam merebut kemerdekaannya. Apalagi kalau kita melihat dalam sejarah bahwa Palestina merupakan negara pertama bersama Mesir yang memberikan pengakuan atas kemerdekaan bangsa kita ini.
Sering saya baca pengamat, pejabat, penulis sampai dengan yang melabelkan dirinya dengan cendikiawan muslim masih ragu-ragu untuk membela bangsa Palestina. Mereka berkata bahwa bangsa Palestina yang melakukan perlawanan (seperti Hamas) merupakan penyebab terjadinya perang yang berkelanjutan. “Sudahlah, hentikan saja perlawanan, Israel itu menyerang karena diserang oleh kelompok-kelompok ekstrimis berjiwa teroris”, demikian kira2 kata para orang yang katanya pintar itu. Apakah mereka tidak menyadari bahwa apa yang kita semua dapatkan saat ini yaitu kemerdekaan bangsa ini merupakan hasil perjuangan yang tak kenal menyerah dari para pejuang yang dulu juga sering dibilang ekstrimis oleh para penjajah?! Apakah kemerdekaan dapat dicapai apabila para pejuang dulu mendengarkan nasihat2 “bijak” dari orang-orang “pintar” seperti mereka itu di zamannya?
Sungguh aneh!! Kalau memang tidak bisa membantu, sudahlah mendingan diam saja!
Tapi sekarang ini saya kira dunia sudah banyak mengetahui siapa sesungguhnya Israel, Amerika dan siapa sesungguhnya Palestina. Kemenangan adalah keberhasilan pencapaian tujuan. Ketika tujuan tercapai, maka dapat dikatakan dia menang. Dan jika tidak tercapai artinya kalah. Dalam serangan Gaza yang dimulai 27 desember yang lalu, Israel bertujuan untuk menumpas Hamas dan menghancurkan jalur-jalur pasokan untuk rakyat Gaza. Apa yang dihasilkan dari perang Furqan 22 hari itu? Apakah tercapai tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas? Justru sebaliknya, Hamas dikabarkan semakin kuat dan mendapat dukungan yang semakin luas. Dukungan dari segala penjuru dunia mengalir untuk Palestina dan mengutuk Israel. Sesuatu yang sebelumnya sangat susah didapatkan oleh Palestina dari dunia.
Semangat Muqawwamah dan “Merdeka atau Mati”, keduanya adalah semangat perlawanan dan perjuangan menuntuk kemerdekaan, semangat untuk menuntut keadilan atas kezaliman. Lebih dari 1300 tahun yang lalu, cucu Rasulullah SAW yang bernama al-Husain, berteriak lantang “Haihaat mina ad-dzillah!”, Pantang Hina terhadap imperium zalim Yazid. Waktu itu kalau dilihat secara materi, memang kelihatannya pihak al-Husain lah yang kalah karena dibantai dengan sangat sadis oleh pasukan Yazid bin Muawiyyah. Tapi karena peristiwa itulah, semua orang menjadi sadar siapakah sebenarnya Yazid sang penguasa zalim yang mengatas namakan dirinya amir al-mukminin. Untuk itu –menurut saya—selayaknya kita berikrar dalam diri untuk berdamai terhadap pihak yang berdamai terhadap keadilan, dan berperang terhadap pihak yang bermusuhan terhadap keadilan. Ana silmun li man salamahum, wa harbun li man harabahum. [undzurilaina]