Tuesday, January 6, 2009

Resolusi


Oleh: Arys Hilman (Republika, Minggu 4 Januari 2009)

Resolusi adalah kata paling konyol untuk menutup tahun. Di Jakarta, artis-artis melontarkan resolusi 2009, konon demi kehidupan lebih baik di masa depan, namun pada saat bersamaan mereka seolah berlomba melecehkan kehidupan pernikahan. Di Gaza, Palestina, pada akhir tahun 1429 hijri dan 2008 masehi, resolusi pun tetaplah omong kosong, kendati lahir dari lembaga dunia bernama PBB.

Resolusi selalu suka-suka pemiliknya. Pada 1975, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 yang menyatakan bahwa Zionisme adalah bentuk rasisme. Ada 72 negara yang mendukung resolusi ini, 35 menolak, dan 32 abstain. Tapi, pada 1991, Resolusi 4686 lahir di lembaga yang sama, yang berisi penarikan Resolusi 3379. Luar biasa, peta suara berubah begitu dahsyat; ada 111 suara yang mendukung penarikan Resolusi 3379, hanya 25 yang menolak. Lalu, Zionisme menjadi gerakan warga dunia yang sah.

Resolusi susah dipahami. Ada lima lusin resolusi PBB yang mengecam, mengutuk, atau menuntut Israel atas kejahatan yang dilakukan di wilayah Arab, terutama di Palestina, Lebanon, dan Suriah. Tak ada satu resolusi pun yang ditaati; dan tak ada satu negara pun mampu mendesakkan penaatannya.

Resolusi adalah barang mandul. Resolusi bahkan amat mudah gugur, hanya sempat menjadi janin dan dalam banyak peristiwa justru tak pernah lahir. Aborsi resolusi sah melalui lembaga bernama veto, hak yang hanya dimiliki lima negara. Rancangan resolusi atas kejahatan Israel adalah pemegang rekor aborsi, berkah dari hak veto Amerika Serikat (AS). Resolusi hanya kelihatan hebat kalau bernomor 1737, menyangkut program nuklir Iran.

Resolusi gampang dilupakan. Resolusi PBB Nomor 465 tahun 1980 jelas-jelas mengharuskan Israel keluar dari Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Resolusi tersebut menyatakan Irael tak punya hak atas wilayah yang dicaplok pada Perang 1967 itu namun pembangunan permukiman Yahudi tetap berlangsung di atas wilayah itu, sementara kaum Palestina harus hidup dalam sekat-sekat.

Resolusi tak punya kekuatan penggerak hati. Jadi, hanya sedikit orang yang tersentuh saat Rachel Corrie gugur justru ketika hendak melindungi Resolusi 465. Bulldozer Israel menggilas Corrie, ketika perempuan warga negara Amerika ini menghalanginya menghancurkan permukiman Palestina di Gaza pada 2003. Gaza bukanlah Tiananmen. Pemerintah Amerika tutup mata atas skandal pembunuhan ini. Rachel Corrie hanya menjadi kenangan di Lebanon dalam bentuk nama para bayi; di Beirut dalam bentuk beasiswa pendidikan tinggi; dan di Rafah dalam bentuk program kesehatan mental masyarakat.

Resolusi jelas kalah pamor dibandingkan pertandingan baseball di Amerika. Di negeri ini, terdapat 6 persen populasi makhluk Bumi, namun pendapat mereka tentang bagaimana seharusnya dunia justru mengangkangi pendapat 94 persen manusia lainnya. Seorang wartawan Amerika dengan frustrasi menulis bahwa orang-orang Amerika yang ia temui tak tahu bahwa pendudukan Israel di wilayah Arab adalah ilegal dan Israel telah mendapatkan kecaman dalam lusinan resolusi PBB.

Tapi, orang-orang itu selalu merasa memiliki dunia dan mendukung apapun tindakan Israel di Palestina. Seorang penulis Inggris, dengan kesal, mengibaratkan sikap orang-orang Amerika itu dengan baseball. Mereka menggelar pertandingan World Series, padahal pesertanya hanya orang-orang Amerika.

Resolusi adalah gagasan Indonesia untuk menyelesaikan kejahatan Israel dalam sepekan terakhir. Tapi, untuk apa? Intinya bukan pada resolusi, melainkan penghapusan ketimpangan kekuatan dalam lembaga PBB. Siapa yang akan mendukung dan menegakkan resolusi itu kelak? Bahkan orang-orang Arab pun tak bisa diharapkan. Dengar saja jeritan kaum ibu saat anak-anak mereka gugur kena bom di Gaza,''Biarkan pemerintah-pemerintah Arab bergembira.'' Resolusi, bagi mereka, hanyalah hipokrisi. Bahkan Mesir, negeri yang berbatasan langsung dengan Gaza, menutup pintu perbatasan dan menghalangi para dokter sukarelawan yang hendak menolong para korban di Gaza.

Hanya dalam sepekan terakhir, 428 orang wafat akibat serangan keji Israel. Dari jumlah itu, 68 adalah anak-anak, dan 33 orang adalah perempuan. Ada 2.200 orang lainnya yang cedera.
Hasbunallahu wani'mal wakil.

5 comments:

  1. Salam..

    Ana ingin bertanya berkenaan dengan kitab Risalatul Huquq, yang Tuan tulis disini http://undzurilaina.blogspot.com/2009/04/duhaiibu-dan-ayahku_04.html Dimanakah dapat ana membelinya ?.. Harap Tuan sudi membantu..

    ReplyDelete
  2. Salam,
    Seingat sy dulu sy belinya di toko buku karisma BTC Bandung. Buku tsb juga ada ulasannya dari seorang pakar, tp sy lupa namanya karena sedang di luar kota. Semoga manfaat.

    wass

    ReplyDelete
  3. Salam..

    Terima kasih atas Info Tuan.. Sebenarnya ana di Malaysia.. Boleh ana dapatkan e-mail Tuan.. ini e-mail ana: unicae@yahoo.com

    ReplyDelete
  4. Salam,
    E-mail saya: umar.alhabsyi@gmail.com.
    Salam kenal dan hangat dari saudara Antum di Bandung.

    Wass.

    ReplyDelete
  5. Salam..

    Alhamdulillah.. Salam kenal juga dari Saudara Antum di Malaysia.. Ana ada hantar satu e-mail pada Saudara..

    ReplyDelete