Hidayah dari segi bahasa memiliki akar kata yang sama dengan hadiah. Dari asal katanya hidayah itu artinya pemberian yg diberikan secara lemah lembut. Menurut para ulama, Hidayah itu ada beberapa macam yaitu:
- Hidayah Naluri,
contohnya adalah yang diberikan kepada bayi yg baru lahir langsung bisa menyusu kepada ibunya, menangis ketika ngompol, dll.
- Hidayah Indrawi,
Selain hidayah naluri, ada hidayah indrawi yg bisa didapat melalui panca indra. Melalui panca indra, manusia dapat mengenali bentuk, bau, rasa, suara dan raba.
- Hidayah Akal,
Hidayah indrawi yang didapat melalui panca indra tersebut di atas kadang suka salah dalam mempersepsikan, misalnya ketika kita lihat tongkat yg tercelup di air, terlihat bengkok, padahal sebenarnya kan tidak bengkok. Nah, untuk meluruskan indra ini maka manusia membutuhkan hidayah Akal. Dimana akal bisa "meluruskan tongkat yg bengkok" tadi dengan ilmu pengetahuan yg diolahnya.
- dan Hidayah Agama.
Diluar itu ada wilayah-wilayah yang akal tidak mampu untuk menjangkaunya, maka manusia membutuhkan hidayah lain yang dinamakan hidayah agama.
Allah Maha Adil. Semua makhluk (bukan hanya manusia) telah diberi hidayah oleh Allah SWT. Seperti disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-A'laa: 1-3 berikut ini:
Sucikanlah Nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi (Sabbihisma rabbika al-A'laa),
yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), (alladzi khollaqa fasawwaa)
dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (wa alladzii qaddara fa hadaa)
Jadi semua makluk Allah itu sudah diberi hidayah. Semua manusia sudah diberi hidayah oleh Allah. Kepada manusia sudah diberi hidayah naluri, indra, akal, sudah diturunkan kitabullah, sudah diutus Nabi dan Rasul untuk menjelaskannya, dll. Tapi manusia adalah makhluk yg terhormat, dia diberi kebebasan untuk memilih jalan. Mau jalan yang benar atau yang salah itu adalah pilihan masing-masing individu. Kalau manusia mau ke jalan yang benar maka Allah akan tunjukkan. Kalau mau ke jalan yang sesat, maka ia akan juga sampai pada yang dipilihnya tersebut.
Jadi syarat untuk memperoleh hidayah Allah itu yang pertama adalah kita harus MAU untuk menerimanya. Jadi kita yang harus aktif untuk mendapatkan petunjuk tersebut. Hidayah itu bak matahari, semua orang bisa mendapatkannya kalau mau. Kalau kita berlindung di dalam rumah atau ruangan yang tertutup, maka kita tidak akan dapat cahayanya. Kalau mau dapat sinar matahari, keluarlah, jangan tutupi sinarnya. Jadi dalam konteks mau tersebut, kemudian kita harus melakukan usaha-usaha yg mendukung ke arah sana. Kalau kita misalnya besok mau naik pesawat jam 5 pagi, maka kita harus bangun pagi lebih awal supaya tidak terlambat. Itu sebagai bukti bahwa kita memang mau naik pesawat jam 5 pagi tsb. Hanya mau tanpa usaha, tidak ada artinya.
Selain itu, kalau kita lihat beberapa ayat al-Quran, disebut juga ada beberapa kelompok/golongan yang tidak akan diberi hidayah oleh Allah, diantaranya:
- Orang-orang yg menutupi (kafir) kebenaran. Mereka ini menutup mata dan telinganya untuk memperoleh kebenaran. Orang semacam ini kata Allah tidak akan mendapat petunjuk kebenaran tersebut,
".....Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS At-Taubah: 37)
- Orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang bergelimang dosa, orang yang tahu mana yang benar dan mana yang salah tapi dia tetep melakukan dosa demi dosa.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik." (QS Al-Hadid: 26.)
"....Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik". (QS At-Taubah: 80:)
- Orang-orang yg melupakan Allah, maka Allah pun akan melupakannya
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An'am:44.)
"....Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka..."(QS At-Taubah: 67)
Kemudian setelah mau dan berusaha sekuat daya untuk mencarinya dan menghindari untuk masuk ke dalam golongan-golongan yang tidak akan diberi hidayah Allah, maka selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah berdoa supaya kita selalu diberi petunjuk dan bimbingan ke jalan yang lurus. Mangkanya setiap Sholat, kita selalu bermohon
"Ihdina as-shirat al-mustaqiim". (Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan yang lurus)
“Shirat al-ladziina ‘an‘amta ‘alaihim” (Jalannya orang2 yg Engkau beri Nikmat)
“Ghairi al-Maghdubi alaiihim wa la ad-Dhaalin”. (Bukan Jalan orang-orang yangg dimurkai dan juga sesat).
Konteks permohonan dalam surat al-Fatihah yang dikutip di atas dimaksudkan untuk bukan sekedar meminta petunjuk untuk kita melaksanakannya. Tapi juga bermohon untuk diantar/dibimbing sampai ke jalan yang lurus tersebut, yaitu as-sirath al-mustaqim. Karena bisa saja kita tahu petunjuk jalan ke suatu tempat, tapi pada prakteknya kita melenceng tersesat ke mana-mana karena berbagai sebab.
Jadi semua orang bisa mendapatkan hidayah Allah, kalau syarat-syarat itu dilakukan. Kalau syarat-syarat nya sudah dilakukan, kemudian dia sudah melakukan usaha sekuat tenaga tapi belum menemukan kebenaran, mungkin juga belum nemui orang yang menyampaikan risalah Allah kepadanya (mungkin seperti orang-orang pedalaman papua, dayak, dll), maka Allah Maha Adil dan Bijaksana.
Wallahu a’lam bishowab.
*) Tulisan ini banyak diilhami dari Ceramah Tafsir al-Misbah untuk surat al-Fatihah oleh Ustadz Quraisy Syihab