Doa ialah memohon keperluan hidup yang seharusnya ada pada kita (bukan keperluan yang mengada-ada atau diada-adakan). Ia bukanlah kesendirian. Isi doa adalah hasrat kepada apa yang tidak konkret.
Siapakah orang yang berdoa itu?
Ia adalah orang yang dengan segenap potensi, cinta, keguncangan dan kelembutan dirinya mengharapkan sesuatu. Dialah orang yang menyingkap betapa jauh jarak antara modus being dan becoming yang harus ditempuhnya.[1]
Dialah orang yang guncang dan bergetar karena selalu menginginkan sesuatu. Dia adalah orang yang selama-lamanya merindukan, membutuhkan, kehausan dan merintih. Adapun orang yang jarak antara being dan becoming-nya tidak jauh, maka dia hanya akan melakukan perjalanan yang pendek dan mudah. Orang jenis kedua ini, hanya akan berdoa agar yayasannya diperkaya, diutuhkan kesehatan tubuhnya, dan dihilangkan semua bentuk kemalsan dalam dirinya. Sedangkan doa sebuah jiwa yang kehausan dan kasmaran adalah mi’raj keabadian, pendakian ke puncak yang mutlak, dan perjalanan memanjat dinding keluar dari batas alam fisik (mundus sensibilis).
(dikutip dari "Makna Doa", oleh: Dr.Ali Syariati)
[1] Terminology being dan becoming adalah temuan Erich Fromm yang telah dijabarkannya dalam buku "The Art of Loving". Intinya, bahwa manusia di dunia ini selalu dilengkapi dua corak keberadaan atau dua modus ontologis (hakikat hidup) yaitu being dan becoming. Being merujuk pada keadaan yang telah dimiliki manusia baik secara spiritual, kognitif (berdasarkan pengetahuan faktual dan empiris), mental, psikologis, maupun material. Sedangkan modus becoming merujuk pada proses manusia meningkatkan dirinya kepada apa yang semestinya.
No comments:
Post a Comment