Prawacana Menanggapi Seminar Holocaust di Bali:
“Ketika Yang Mewancarai Tidak Tahu Persoalan, Sama Seperti Yang Diwawancarai”
Inilah sikap mengecewakan yang mana ketika sebagian pemimpin bangsa kita bisanya hanya “manutan” dengan tawaran bangsa asing. Sikap Gus Dur untuk melakukan konferensi Toleransi Agama di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (12 Juni 2007) sungguh sangat disesalkan.
Di sini persoalannya bukan pada masalah toleransi, tetapi pernyataan keliru Gus Dur yang mengatakan bahwa Presiden
Pertama-tama, persoalan kebenaran peristiwa Holocaust bukanlah perselisihan pendapat yang terjadi antara Presiden Ahmedinejad dan kaum Yahudi, karena penolakan atau denial atas peristiwa Holocaust untuk pertama kalinya justru berasal dari mayoritas bangsa
Mungkin Gus Dur perhatian dengan persoalan keagamaan di
Sebagai seorang mantan Presiden, Gus Dur seharusnya bisa melihat persoalan ini secara proporsional dengan tidak melakukan tirani-intelektual, serta memaksakan pendapatnya bahwa bangsa
Gus Dur seharusnya tahu bahwa tidak semua bangsa Israel membenarkan peristiwa Holocaust, bahkan buku The Holocaust Industry yang ditulis oleh seorang Yahudi, Norman G. Finkelstein jelas menunjukkan bahwa yang menolak kebenaran Holocaust bukanlah Presiden Ahmedinejad, tapi justru sebagian besar umat Yahudi sendiri.
Finkelstein mengatakan:
“Since the late 1960s, there has developed a kind of Holocaust industry which has made a cult of the Nazi Holocaust. And the purpose of this industry is, in my view, ethnic aggrandisement - in particular, to deflect criticism of the State of
Demikian pula, Gus Dur seharusnya tidak semata-mata membangun hubungan toleransi beragama dengan rezim Tel Aviv di Israel, tetapi bila Gus Dur memang ingin menyuarakan kebenaran dan toleransi, maka dia seharusnya membangun hubungan dan kerjasama toleransi beragama dengan semua Rabbi di dunia, termasuk dengan mereka yang anti terhadap Zionisme, dan bukan hanya dengan mereka yang mendukungnya.
Dalam sebuah artikel yang berjudul The Role Of Zionism In The Holocaust—oleh Rabbi Gedalya Liebermann, di
“All of the leading Jewish religious authorities of that era predicted great hardship to befall humanity generally and the Jewish People particularly, as a result of Zionism.” (http://www.jewsagainstzionism.com/antisemitism/holocaust/gedalyaliebermann.cfm)
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa di era PD II, kelompok Zionis lah yang justru berkolaborasi dengan pihak Nazi dengan memberikan bantuan militer kepada mereka. Ingat, hal ini terjadi pada masa—menurut konferensi Gus Dur di Bali—terjadinya pembantaian umat Yahudi secara masal oleh pihak Nazi di Eropa:
“In early January 1941 a small but important Zionist organization submitted a formal proposal to German diplomats in
(http://www.jewsagainstzionism.com/antisemitism/holocaust/gedalyaliebermann.cfm)
Soal Pendudukan Atas Palestina, Benar Atau Tidak Gus?
Salah satu persoalan lucu lainnya yang dinyatakan adalah tidak adanya pendudukan atas tanah Palestina oleh
Pertemuan Kabinet Pemerintah Inggris pada 31 Oktober, 1917 menyatakan bahwa Inggris mendukung rencana Zionis untuk membuat sebuah “tanah air nasional” bagi warga Yahudi di tanah Palestina. Artinya, kaum Zionis memang akan menduduki wilayah Palestina dan membangun sebuah negara dan inilah yang disebut pendudukan.
Jadi , pernyataan Gus Dur yang mengatakan “Pendudukan
Sebelum Israel mendeklarasikan Israel pada tahun 1948 di tanah Palestina, maka bangsa Palestina sudah diakui memiliki negara dengan batas-batas teritorial yang diakui oleh Eropa dan bangsa-bangsa lain.
-bersambung- [undzurilaina]
No comments:
Post a Comment