Monday, June 11, 2007

Tergesa-gesa

Alkisah, pernah hidup seseorang yang memelihara seekor anjing dalam rumahnya. Pada suatu hari, demi suatu keperluan yang mendesak, ia pergi keluar rumah dan meninggalkan bayinya yang mansih menyusui bersama anjingnya itu. Dalam perkiraannya, ia bakal cepat kembali ke rumah. Namun, tatkala pulang ke rumah, dirinya disambut sang anjing dengan mulut yang berlumuran darah. Ia langsung beranggapan, jangan-jangan anjing ini telah menerkam dan membunuh si bayi.

Dengan rasa marah, ia lantas mengangkat senapannya dan menembak anjing tersebut. Setelah itu, ia bergegas masuk ke dalam rumah. Namun, kejadian yang sesungguhnya ternyata amat jauh berbeda. Ia menjumpai anaknya yang masih bayi itu tidak mengalami cedera apa pun.

Kejadian sebenarnya begini. Sewaktu pergi, ia meninggalkan pintu rumahnya yang berlokasi di pinggiran kota itu dalam keadaan terbuka. Tak urung, seekor serigala pun datang dan dengan mudah masuk ke dalamnya.

Kemudian dengan leluasa pula ia bisa memasuki kamar tidur si bayi mungil itu dan berusaha menyerangnya. Adapun anjing yang bertugas melindungi bayi tersebut berusaha mati-matian melindungi si bayi dan mengusir serigala tersebut keluar dari rumah. Dengan menggunakan kuku serta taringnya yang tajam, anjing itu menyerang balik sang serigala. Dalam perkelahian itu, sang serigala akhirnya menderita luka-luka yang mengeluarkan darah, untuk kemudian lari terbirit-birit keluar dari rumah. Namun sayang, akibat penilaian sang pemilik rumah yang tergesa-gesa itu, alih-alih ungkapan terima kasih yang diterimanya, anjing yang telah berjuang sekuat tenaga menyelamatkan si bayi tersebut malah harus meregang nyawa dan mati dibunuh tuannya sendiri!

Sang pemilik rumah segera saja menyesali perbuatannya itu dan menghampiri tubuh anjingnya yang telah terkapar. Ia berharap bisa menyelamatkannya dari kematian. Namun nasi telah menjadi bubur, anjing tersebut telah mati dengan meninggalkan rasa sesal yang begitu getir.

Orang tersebut kemudian berkata, ”Aku menatap bola mata anjingku yang ketika itu sedang dalam keadaan terbuka dan hatiku mendengar suara jeritannya yang parau, ”Wahai manusia, betapa engkau amat tergesa-gesa! Mengapa engkau memberikan penilaian secara gegabah? Mengapa engkau tidak terlebih dahulu masuk ke dalam rumah? Engkau membunuhku tanpa disertai alasan yang jelas.”

Setelah melakukan tindakan yang amat disesalinya itu, sang pemilik rumah menulis sebuah artikel yang bertajuk ”Wahai Manusia, Betapa Cepatnya Engkau Menilai”.

Memang kita sering terlalu tergesa-gesa memberi penilaian. [undzurilaina]

No comments:

Post a Comment