Perbedaan huruf, ukuran, bentuk, dll bukanlah sebuah bentuk kezaliman. Bila kita menuliskan kata ALI, maka harus terdapat huruf A yang seperti pasak memiliki dua kaki, ada huruf L yang membentuk sudut 90 derajat dan huruf I yang tegak lurus. Gabungan ketiganya ini menciptakan sebuah makna.
Setiap huruf yang ada tidak punya hak untuk mengkritik penulis. Huruf A misalnya, tidak akan mempertanyakan mengapa bentuk saya seperti pasak yang memiliki dua kaki. Atau L mempertanyakan mengapa bentuknya seperti sudut 90 derajat dan begitu juga I. Kezaliman itu muncul ketika huruf A sebelumnya tidak berbentuk demikian tapi seperti D dan kemudian kita memaksanya mengangkang sehingga seperti huruf A. Sejak awal huruf A diciptakan demikian dan ini bukan kezaliman.
Begitu juga dengan sebuah permadani yang kita gunting menjadi beberapa bagian. Ini sebuah kezaliman karena bentuknya yang besar itu kita ambil. Namun, bila kita mendapatkan permadani itu sejak awal kecil, di sini tidak terdapat kezaliman.
Tidak ada orang yang mengatakan kepada seorang pemilik pabrik keramik sebagai orang yang zalim, karena membuat keramik dalam bentuk yang beragam. Karena sejak awal tidak ada keramik sehingga kemudian kita dapat dikatakan mengambil kesempurnaannya dan menzaliminya.
Perbedaan manusia dalam penciptaan juga berdasarkan kearifan Ilahi. Dengan demikian, Allah tidak menzalimi seseorang. Karena setiap orang akan menemukan dirinya sesuai dengan potensinya, tidak kurang dan tidak lebih. Dan Allah akan menilainya pula berdasarkan itu. WaLLahu A’lam bi as-Shawab. [undzurilaina]
No comments:
Post a Comment