Monday, July 2, 2007

Pedagang Sejati

Alkisah, Cak Amir adalah seorang pedagang tulen yang terkenal di kota. Dia sudah mulai berdagang sejak muda dari mulai sekedar membantu orang tuanya menjagakan toko, sampai akhirnya mempunyai toko sendiri yang cukup ramai. Saking ramainya, sehingga dia selalu buka setiap hari, tak peduli hari libur. Bahkan hari libur itulah ramai-ramainya pembeli, katanya.

Cak Amir punya 5 anak: jaelani, rohana, julaeha, rahmat dan saleh. Anak-anak cak Amir ini termasuk anak-anak yang nurut sama orang tuannya. Mereka sering secara bergiliran membantu menjaga ayahnya menjagakan toko. Dan ini sudah berjalan bertahun-tahun sehingga sudah menjadi kebiasaan tanpa diperintah lagi.

Saking semangatnya cak Amir dalam berdagang, sering kali dia tidak mempedulikan kekuatan fisiknya yang sudah mulai melemah karena dimakan usia. Sampai akhirnya ia jatuh sakit yang cukup parah, hingga dokter pun sudah menyerah untuk mengobatinya. Alias, hidupnya sudah tidak lama lagi. Cak Amir pun punya firasat bahwa rasa-rasanya ia akan segera meninggalkan dunia yang fana ini.

Karena tahu bahwa Cak Amir sudah dekat dengan ajalnya, istri cak Amir berinisiatif untuk mengumpulkan semua anaknya mengelilingi sang Ayah. Barangkali ada pesan-pesan terakhir yang ingin disampaikan sang Ayah kepada anak-anaknya.

Alhasil, semua anaknya sudah berkumpul mengeliling sang Ayah yang lunglai terbaring di atas ranjang. Kemudian dengan suara yang pelan dan berat, Cak Amir mulai bicara:

Cak Amir: Bu, apakah anak-anak sudah pada ngumpul sekarang?

Ibu: Sudah, yah.

Cak Amir: Jaelani ada?

Jaelani: Ada, yah.

Cak Amir: Rohana ada?

Rohana: Ada, ayahku sayang.

Cak Amir: Julaeha?

Julaeha: Ada, yah.

Cak Amir: Rahmat, Saleh?

Rahmat dan Saleh: Hadir, yah.

Cak Amir (terdiam sejenak....kemudian berkata): Loh, lalu yang jaga toko SIAPA??! [undzurilaina]

No comments:

Post a Comment